PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

03/03/2023 • Alif Septian Bagaskoro

Jalan

Garis Pantai

Kelerengan

Bahaya Tsunami

Titik Rawan

Tempat Evakuasi Sementara

Jalur Evakuasi

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

1. Latar Belakang

Banyaknya jumlah kejadian Tsunami di Indonesia karena posisi geografis yang berada pada persimpangan tiga lempeng utama yang membentuk kerak bumi, yaitu Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara, Lempeng tektonik Indo-Australia yang bergerak memanjang di Samudera Hindia dari arah utara (Aceh) hingga sekitar Laut Timor di timur, serta Lempeng Pasifik yang bergerak di sekitar Samudera Pasifik hingga utara Papua (Pratomo, 2013). Lempeng tektonik Indo-Australia bergerak ke arah utara dengan kecepatan 7 cm/tahun menunjam ke bawah lempeng tektonik Eurasia yang relatif diam sehingga ada kemungkinan akan terjadi gempa setiap pergerakannya. Gempa-gempa yang terjalin di jalan subduksi tersebut berpotensi besar menyebabkan tsunami (Hadi dkk., 2016).

Kecamatan Kretek memiliki potensi bencana tsunami karena berhadapan dengan zona subduksi di Samudera Hindia (Saputra dkk., 2014). Tsunami pernah terjadi di sekitar pantai selatan pada tanggal 11 September 1921 dan terjadi gempa dengan magnitudo 7,7 Skala Ritchter di laut selatan Pangandaran pada tanggal 17 Juni 2006 yang mengakibatkan tsunami di selatan Pulau Jawa dengan run-up 3 m di Pantai Parangtritis (BMKG, 2018).

Maka dari itu untuk mengurangi dampak dari tsunami yang lebih besar di waktu yang data maka perlu dilaksanakan kajian analisis risiko bencana salah satunya pemetaan bahaya tsunami. Identifikasi daerah yang berpotensi mengalami bahaya tsunami dilakukan dengan permodelan tsunami terutama pemodelan run-up dan inundasi. Dengan melakukan pemodelan inundasi dan run-up akan diperoleh luasan dan ketinggian rendaman pada suatu daerah. Ketinggian tersebut akan dikelaskan yang berikutnya menjadi tingkat bahaya. Peta bahaya tsunami tersebut dibuat sebagai bahan kajian untuk membuat jalur evakuasi dan tempat evakuasi sementara.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemetaan bahaya tsunami untuk penentuan jalur evakuasi tsunami di Kecamatan Kretek, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan visualisasi yang lebih baik dalam menyampaikan informasi mengenai distribusi bahaya dan jalur evakuasi tsunami di Kecamatan Kretek, sehingga para pengambil keputusan dapat menggunakannya sebagai bahan kajian dalam mengurangi risiko dari bencana tsunami.

2. Bahan

Bahan yang digunakan digunakan dalam penelitian ini dirincikan sebagai berikut:

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

3. Metodelogi

Kegiatan yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan pelaksanaan yang penjelasan lebih lanjut ditampilkan dengan diagram alir pelaksanaan penelitian yang termuat pada Gambar 1.

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4. Hasil dan Pembahasan

Peta bahaya dapat diperoleh dengan memodelkan zonasi penurunan tinggi gelombang ketika menyentuh daratan. Pemodelannya menggunakan metode Hloss oleh Berryman (2006). Dalam persamaan metode Hloss terdapat variabel yang diperlukan antara lain koefisien kekasaran, tinggi gelombang tsunami pada garis pantai, dan kemiringan lereng.

Pada penelitian ini variabel tinggi gelombang tsunami di garis pantai yaitu dan 28.3 m. Variabel tinggi gelombang tsunami pada garis pantai sesuai dengan PTHA. Ketinggian 28.3 m diperoleh dari Tinggi tsunami maksimum (m) di daerah pantai untuk periode ulang 2,500 tahun di Kabupaten Bantul.

4.1 Peta Kekasaran Penutup Lahan

Variabel koefisien kekasaran didapat dari pengklasifikasian penutup lahan citra Sentinel-2. Citra Sentinel-2 ditampilkan dengan komposit true color (band 1,2,3). Metode klasifikasi penutup lahannya menggunakan klasifikasi berbasis objek yang prosesnya terdiri dari dua tahapan yaitu segmentasi citra dan klasifikasi. Algoritma yang digunakan adalah algoritma multiresolution segmentation. Peta penutup lahan Kecamatan Kretek hasil dari klasifikasi berbasis objek ditunjukkan pada Gambar 2.

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Berdasarkan Peta penutup lahan Kecamatan Kretek hasil dari klasifikasi berbasis objek Gambar 2 terdapat kelas-kelas yaitu badan air, belukar atau semak, lahan kosong atau terbuka, lahan pertanian (sawah), bangunan, dan kebun. Luasan untuk masing–masing kelas penutup lahan diperoleh melalui analisis keruangan dan perhitungan dengan menggunakan sistem informasi geografis yang tersaji pada Tabel 2 sebagai berikut:

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Berdasarkan peta dan tabel penutup lahan, Kecamatan Kretek memiliki penutup lahan yang didominasi sawah dengan luas total 912.88 ha dan bangunan seluas 738.58 ha. Terdapat penutup lahan badan air di Kecamatan Kretek yaitu Kali Elo. Tingginya lahan terbangun di Desa tersebut dikarenakan terdapat beberapa tempat wisata seperti Gumuk Pasir, dan Pantai Parangtritis sehingga banyak masyarakat yang membangun toko atau tempat tinggal di sana. Sungai tersebut melewati Desa Donotirto, Desa Parangtritis, dan Desa Tirtohargo. Luas total Kali Elo yang melewati ketiga desa tersebut sebesar 101.68 ha. Daerah pesisir bagian selatan Desa Parangtritis di dominasi oleh lahan terbuka berupa hamparan pasir pantai dan gumuk pasir. Pada bagian timur Desa Parangtrits terdapat perkebunan pohon jati.

Setiap penutup lahan memiliki nilai kekasaran permukaan. Nilai kekasaran tersebut berhubungan dengan energi gelombang tsunami yang terendam oleh penutup lahan. Semakin tinggi nilai kekasaran maka energi tsunami yang terendam akan semakin banyak sehingga ketinggian rendaman tsunami yang melewati penutup bangunan yang memiliki nilai koefisien kekasaran 0.045 akan lebih rendah dibandingkan dengan yang melewati penutup lahan badan air dengan nilai koefisien 0.007.

4.2 Peta Kemiringan Lereng

Variabel kemiringan lereng di Kecamatan Kretek diperoleh dari data DEMNAS. Data tersebut diproses dengan menggunakan tool slope dari perangkat lunak ArcMap. Gambar 4.2 menunjukkan peta kemiringan lereng yang dikelaskan menjadi 5 kelas kemiringan.

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Berdasarkan peta kemiringan lereng, Kecamatan Kretek memiliki kemiringan lereng 0.0031 derajat sampai 41.319 derajat denganr rata-rata 6.0909 derajat. Pesisir Desa Parangtritis yang didominasi oleh lahan terbangun serta hamparan pasir pantai dan gumuk pasir memiliki kemiringan berkisar 0,0119 derajat sampai 21.3073 derajat. Sementara, wilayah timur Desa Parangtritis yang berupa perbukitan kebun jati memiliki kemiringan lereng yang tinggi sampai 41.816 derajat.

4.3 Peta Bahaya Tsunami

Dari variabel-variabel yang diperoleh tersebut dilakukan perhitungan dengan persamaan Hloss untuk memodelkan zonasi penurunan tinggi gelombang. Untuk mengetahui arah air dilakukan operasi cost distance. Cost distance adalah tool yang digunakan untuk menentukan jarak terdekat dari satu piksel ke piksel[BAP1] lain menuju ke lokasi sumber gelombang, dalam hal ini adalah garis pantai. Hasil perhitungan Hloss dan operasi cost distance adalah model rendaman tsunami sehingga untuk menampilkan tingkat bahaya tsunami perlu dilakukan pengkelasan ulang. Tingkat bahaya pada penelitian sesuai dengan PERKA BPBD No. 2 Tahun 2012. Pada penelitian ini peta bahaya tsunami dimodelkan dengan ketinggian 28.3 m.

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Pada Gambar 4 terdapat 2 desa yang terendam tsunami yaitu Desa Parangtritis dan Desa Tirtohargo. Distribusi luas yang terkena dampak rendaman tsunami pada model ketinggian gelombang di garis pantai 28.3 m seluas 744.256426 Ha dengan persentase 28.21014696 % dari total luasan Kecamatan Kretek. Desa Parangtritis memiliki luas yang terkena dampak rendaman tsunami seluas 519 Ha dengan persentase 48% dari total luasan Desa Parangtritis sedangkan Desa Tirtohargo memiliki luas daerah yang terkena dampak rendaman tsunami seluas 231 Ha dengan persentase 59 % dari total luasan Desa Tirtohargo.

Ketinggian rendaman di Kecamatan Kretek diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu tingkat bahaya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat bahaya tinggi memiliki tinggi rendaman 3 m sampai 28.3 m, tingkat bahaya sedang 1 m sampai 3 m dan tingkat bahaya rendah 0.0023 m sampai 1 m. Luasan tingkat bahaya tinggi pada Kecamatan Kretek 684.814 Ha, tingkat bahaya sedang seluas 38.8535 Ha, tingkat bahaya rendah seluas 20.5889 Ha. Berdasarkan rendaman dengan tingkat bahaya tinggi adalah Desa Parangtritis yang memiliki luas 482 Ha sedangkan Desa Tirtohargo memiliki luas rendaman dengan tingkat bahaya tinggi seluas 21 Ha.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya variabel yang mempengaruhi distribusi genangan tsunami yaitu koefisien kekasaran permukaan, kemiringan lereng dan ketinggian gelombang pada garis pantai. Daerah pesisir pantai selatan di Kecamatan Kretek yang terdiri dari Desa Parangtritis dan Desa Tirtohargo memiliki rata-rata kemiringan lereng 7.8 derajat dan 4.24 derajat sehingga dua desa tersebut digolongkan dalam kemiringan yang landai. Berdasarkan kemiringan yang landai tersebut menyebabkan daerah pesisir pantai selatan Kecamatan Kretek memiliki tingkat bahaya tsunami yang tinggi. Penutup lahan di daerah pesisir selatan Desa Parangtritis didominasi oleh pasir pantai dan gumuk pasir yang memiliki koefisien kekasaran 0.015 sehingga kurang bisa menghalau gelombang tsunami namun pada Pantai Parangtritis dan Pantai Depok memilki penutup lahan terbangun yang cukup padat dikarenakan kedua wilayah tersebut merupakan tempat wisata. Lahan terbangun tersebut terdiri dari tempat perbelanjaan, rumah warga, infrastruktur umum. Keberadaan lahan terbangun tersebut mengurangi rambatan gelombang tsunami dikarenakan lahan terbangun memiliki nilai koefisien tertinggi yaitu 0.045. Pada timur Desa Parangtritis memiliki kemiringan lereng yang tinggi berkisar 20 derajat sampai 41.8166 derajat serta memiliki penutup lahan perkebunan jati yang memiliki koefisien kekasaran 0.035 sehingga daerah tersebut tidak terendam oleh rendaman tsunami.

Sungai merupakan pintu masuk yang paling mudah untuk dilewati gelombang tsunami. Badan air yang salah satunya berupa sungai memiliki nilai koefisien terkecil yaitu sebesar 0.007. Kretek merupakan muara dari Sungai Elo sehingga keberadaan sungai tersebut menyebabkan daerah sekitar sungai yang memilki derajat kelerengan rendah akan terendam tsunami. Keberadaan penutup lahan sekitar Kali Elo di Desa Parangtritis dan Desa Tirtohargo tidak bisa menahan rambatan gelombang tsunami. Derajat kemiringan lereng di Kali Elo dan sekitarnya dari kedua desa tersebut juga tidak bisa menahan gelombang tsunami. Jarak inundasi tsunami di Kali Elo sejauh 3.5 km.

4.4 Peta Titik Rawan dan TES

Titik rawan diletakkan di zona bahaya tsunami dan berbanding lurus dengan tingkat kepadatan penduduk. Selain pemukiman, peletakannya juga berdasarkan tempat pariwisata karena terdapat potensi terjadi kepadatan pengunjung. Untuk mendapatkan posisinya dilakukan dengan interpretasi citra satelit, peta penutup lahan, dan peta bahaya tingkat tsunami. Penentuan tempat evakuasi sementara ditentukan berdasarkan tempat evakuasi sementara yang sudah ditentukan oleh BPBD. Hasil distribusi titik rawan dan tempat evakuasi sementara ditunjukkan pada Gambar 5.

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4.5 Peta Jalur Evakuasi

Jalur evakuasi digunakan untuk mengarahkan masyarakat agar menjauhi daerah bahaya tsunami menuju ke tempat yang aman sehingga membutuhkan jarak yang terpendek dan dengan waktu tempuh yang singkat. Pada penelitian ini menggunakan dua skenario kecepatan. Skenario evakuasi yang pertama dengan menggunakan kecepatan rata-rata orang berjalan secara bergerombol yaitu 68.4 m/menit dan skenario yang kedua dengan menggunakan kecepatan joggingyaitu 161.667 m/menit. Hasil jalur evakuasi ditampilkan pada Gambar 6 Keterangan hasil perhitungan jarak dan waktu dari setiap jalur evakuasi di tampilkan pada Tabel 5.

PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMETAAN BAHAYA TSUNAMI UNTUK PENENTUAN JALUR EVAKUASI DI KECAMATAN KRETEK, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Berdasarkan informasi yang terdapat pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa ada 44 jalur evakuasi yang terhubung dengan Tempat Evakuasi Sementara (TES). TES Makam Syekh Maulana Maghribi merupakan TES yang memiliki jalur evakuasi paling banyak. yaitu 18 jalur evakuasi, sementara TES Kantor Kecamatan Kretek hanya memiliki 2 jalur evakuasi. Jumlah jalur evakuasi tergantung pada banyaknya titik rawan yang berdekatan dengan TES. Jalur evakuasi terpanjang adalah jalur T38 yang menghubungkan Landasan Udara Pantai Depok dan TPR Pintu Gerbang Parangtritis. Waktu tempuhnya adalah 52.469 menit jika berjalan dalam kerumunan dan 22.236 menit jika berlari.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

  1. 1.
    Tsunami dengan ketinggian 28.3 m menghasilkan luasan inundasi seluas 744.256426 Ha dengan persentase 28% dari total luasan Kecamatan Kretek. Luasan tingkat bahaya tinggi pada Kecamatan Kretek 684.814 Ha, tingkat bahaya sedang seluas 38.8535 Ha, tingkat bahaya rendah seluas 20.5889 Ha.
  1. 2.
    TES yang memiliki jalur evakuasi terbanyak adalah TES Makam Syekh Maulana Maghribi dengan 18 jalur evakuasi, sedangkan TES Kantor Kecamatan Kretek hanya memiliki 2 jalur evakuasi. Jumlah jalur evakuasi dipengaruhi oleh jumlah titik rawan terdekat dari TES. Jalur evakuasi terpanjang adalah jalur T38, yang berada di Landasan Udara Pantai Depok menuju ke TPR Pintu Gerbang Parangtritis.

6. Saran

  1. 1.
    Hasil peta tingkat bahaya tsunami pada penelitian ini dapat dijadikan salah satu data dalam pemetaan resiko bencana tsunami dengan menambahkan variabel kerentanan dan kapasitas.
  1. 2.
    Pada penelitian berikutnya disarankan untuk membuat model rambatan tsunami dari pusat gempa di laut sehingga dapat diperoleh waktu tiba tsunami ke bibir pantai. Dengan adanya waktu tiba tersebut maka dapat diperkiraan batas waktu untuk evakuasi.
  1. 3.
    Pada penelitian berikutnya disarakan untuk menambakan kapasitas pada jalur evakuasi. Untuk memperoleh kapasitas jalur dilakukan dengan mengukur lebar jalur. Fungsi kapasitas jalur untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan berdasarkan kepadatan jalur yang digunakan sehingga dapat dijadikan pertimbangan pemilihan jalur evakuasi.
  1. 4.
    Pada penelitian ini kapasitas tempat evakuasi sementara tidak menjadi perhitungan dalam pemilihannya sehingga pada penelitian selanjutnya disarankan agar dapat menambahkannya. Tujuannya diketahui kapasitas tempat evakuasi adalah sebagai bahan pertimbangan pemilihan tempat evakuasi berdasarkan daya tampung dari tempat evakuasi.
  1. 5.
    Insititusi terkait dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penataan ruang pemukiman dan tempat pariwasata terkhusus di daerah bahaya tsunami.

7. Daftar Pustaka

Berryman, K. R. (2006). Review of Tsunami Hazard and Risk in New Zealand. Igns, September, 139.

BMKG. (n.d.). Layanan Peringatan dari BMKG.

BMKG. (2018). KATALOG TSUNAMI INDONESIA PER-WILAYAH TAHUN 416-2018.

BNPB. (2012). Pedoman Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat.

BNPB. (2013). Pedoman teknik pembuatan peta bahaya rendaman tsunami.

DINPAR D.I. Yogyakarta. (2019). Statistik Kepariwisataan 2019 DI Yogyakarta.

ESDM. (2014). 19 Wilayah Indonesia Rawan Tsunami, Masyarakat Diminta Waspada.

ESRI. (n.d.). Overlay Analysis.

ESRI. (2020). Types of network analysis layers.

Hadi, A. L., Anjasmara, I. M., and Yusfania, M. (2016). Analisa Kecepatan Pergeseran di Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan Menggunakan GPS-CORS Tahun 2013-2015. Jurnal Teknik Its, 5(2), C70–C74.

Hartanto, B., and Astriawati, N. (2020). Identifikasi Pendekatan Shallow Water Equation Dalam Simulasi 2D Gelombang Tsunami di Pantai Keburuhan Purworejo. Majalah Ilmiah Bahari Jogja, 18(1), 127–152. https://doi.org/10.33489/mibj.v18i1.233

Horspool, N., Pranantyo, I. R., Griffin, J., Latief, H., Natawidjaja, D., Kongko, W., and Cipta, A. (2013). Kajian Nasional Bahaya Tsunami untuk Indonesia. 1–34.

Ikhwandito, Anang; Prasetyo, Yudo; Laila, A. N. (2018). Analisis Perbandingan Model Genangan Tsunami Menggunakan Data Dem Aster, Srtm Dan Terrasar (Studi Kasus: Kabupaten Pangandaran). Jurnal Geodesi Undip, 7(1), 131–141.

Iswari, M. Y., and Anggraini, K. (2018). Demnas: Model Digital Ketinggian Nasional Untuk Aplikasi Kepesisiran. Oseana, 43(4). https://doi.org/10.14203/oseana.2018.vol.43no.4.2

Lestari, T. W. (2017). ( SKRIPSI ) Penentuan Zonasi Risiko Bencana Tsunami di Kabupaten Banyuwangi.

Marfai, M. A. (2012). Identifikasi Dampak Banjir Genangan (Rob) Terhadap Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Jurnal Bumi Indonesia, 1(1).

Marwanta, B. (2005). Tsunami Di Indonesia Dan Upaya Mitigasinya. In Alami: Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana (Vol. 10, Issue 2).

Natsir, A. M. M. (2018). Pemodelan Mitigasi Bencana Tsunami di Pantai Losari. 9-1 To 9-90., 12–14.

Pratomo, R. A. (2013). Permodelan Tsunami dan Implikasinya Terhadap Mitigasi Bencana di Kota Palu. Biro Penerbit Planologi Undip, 9(2), 174–182.

Purwadhi, S. H., and Sanjoto, T. B. (2008). Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh.

Rahmadhani, N., Suprayogi, A., and Sabri, L. (2013). Analisis Aksesibilitas Shelter Evakuasi Tsunami Di Kota Padang Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip, 2(1), 85004.

Saputra, I. D., Subardjo, P., Handoyo, G., Kelautan, J. I., Perikanan, F., Diponegoro, U., Soedarto, J. P. H., and Semarang, T. (2014). Peta Kerawanan Tsunami Serta Rancangan Jalur Evakuasi Di Pantai Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Journal of Oceanography, 3(4), 722–731.

Sengaji, E. (2009). Pemetaan Tingkat Resiko Tsunami Di Kabupaten Sikka , Nusa Tenggara Timur ( Tsunami Risk Level Mapping In Sikka County , East Nusa Tenggara ) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan , Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Indonesia merupakan salah satu neg. 1(1), 48–61.

Subardjo, P., and Ario, R. (2016). Uji Kerawanan Terhadap Tsunami Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Pesisir Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jurnal Kelautan Tropis, 18(2), 82–97. https://doi.org/10.14710/jkt.v18i2.519

Sugito, N. (2008). Tsunami.

USGS. (2006). Earthquakes USGS.

Data Publications