1. Latar Belakang
Wilayah Banjarnegara, sebagai bagian dari hinterland regional Barlingmascakeb, menghadapi tantangan aksesibilitas yang signifikan, terutama dalam konektivitas menuju pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti Purwokerto dan Purbalingga. Keterbatasan akses transportasi umum yang terintegrasi menyebabkan ketergantungan tinggi pada kendaraan pribadi, yang tidak hanya berdampak pada beban lalu lintas, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, penyediaan layanan transportasi umum yang efisien dan terencana secara spasial menjadi suatu kebutuhan mendesak dalam mendukung mobilitas masyarakat serta pencapaian target pembangunan berkelanjutan.
Dalam konteks tersebut, pengembangan layanan Bus Trans Jateng pada koridor Bukateja–Banjarnegara menjadi intervensi strategis untuk meningkatkan konektivitas antara tiga wilayah penting: Purwokerto–Purbalingga–Banjarnegara. Keberadaan rute dan halte yang dirancang secara tepat tidak hanya akan mempermudah mobilitas masyarakat Banjarnegara menuju Stasiun Purwokerto sebagai simpul transportasi regional, tetapi juga dapat memperkuat integrasi antarwilayah serta mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Tidak hanya berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, adanya transportasi umum yang terintegrasi juga dapat berdampak pada pergeseran pola perjalanan dari kendaraan pribadi ke moda transportasi umum yang lebih ramah lingkungan, seperti Bus Trans Jateng, akan berkontribusi langsung terhadap penurunan emisi karbon dan konsumsi energi fosil. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah dan nasional dalam mitigasi perubahan iklim dan pengembangan sistem transportasi berkelanjutan. Oleh karena itu, kajian "Penentuan Rute dan Lokasi Halte Bus Trans Jateng Purbalingga-Banjarnegara" dilakukan dengan tujuan untuk merumuskan rute optimal dan menentukan lokasi strategis halte Bus Trans Jateng di koridor Bukateja–Banjarnegara dengan mempertimbangkan aspek keterjangkauan spasial, kepadatan permukiman, serta titik-titik konsentrasi aktivitas masyarakat. Harapannya, hasil kajian ini dapat mendukung perencanaan transportasi berbasis data serta dapat mendukung peningkatan aksesibilitas Kabupaten Banjarnegara dan konektivitas regional di Jawa Tengah.
2. Metodologi dan Sumber Data
Kajian ini dilakukan dengan menggunakan data spasial berupa data fasilitas publik, jaringan jalan, titik awal, dan titik akhir rute bus. Data fasilitas publik dan jaringan jalan bersumber dari Open Street Map yang dilengkapi data dari Google Maps. Tahapan pertama yaitu menentukan rute Bus Trans Jawa Tengah, kemudian membuat peta kepadatan fasilitas publik menggunakan Kernel Density Analysis. Dari data rute dan kepadatan fasilitas publik, dapat ditentukan titik lokasi strategis yang tepat untuk pemberhentian bus, yang kemudian jarak antar halte dievaluasi berdasarkan data penggunaan lahan dan peraturan berupa Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 271/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum. Lalu, dihasilkan hasil akhir berupa peta rute dan lokasi halte Bus Trans Jawa Tengah Bukateja - Banjarnegara. Analisis awal dilakukan dengan perangkat lunak QGIS, kemudian visualisasi dan perhitungan jarak antar halte dilakukan dengan platform Geo MAPID. Metode pengolahan data dapat dilihat di diagram alir pada Gambar 1.

3. Penentuan Rute Bus
Penentuan rute bus dilakukan dengan tahapan berupa penentuan titik awal dan titik akhir rute, dan pemilihan jalan utama untuk rute bus. Titik awal rute bus pada Bus Trans Jawa Tengah Bukateja - Banjarnegara ditentukan berdasarkan titik akhir rute yang sudah ada sebelumnya, yaitu rute Purwokerto - Purbalingga, dimana rute tersebut berakhir di Terminal Bukateja, Kabupaten Purbalingga. Rute yang akan direncanakan diharapkan dapat menghubungkan Purbalingga hingga area pusat kabupaten Banjarnegara, sehingga ditentukan titik akhir berupa Terminal Induk Banjarnegara. Adapun jalan utama yang dipilih sebagai rute bus adalah Jalan Purbalingga - Klampok, Jalan Ajibarang - Secang, dan Jalan Stadion. Pertimbangan dalam pemilihan rute tersebut didasarkan pada kondisi jalan yang sudah baik dan lebar jalan yang memadai (terutama Jalan Ajibarang - Secang yang merupakan jalan nasional), dan area di sekitar jalan tersebut merupakan wilayah yang padat fasilitas publik sehingga diperlukan adanya transportasi umum yang menghubungkan fasilitas-fasilitas publik tersebut. Dengan demikian, masyarakat dapat mengakses fasilitas publik dengan mudah.
4. Parameter Penentuan Lokasi Halte
Penentuan lokasi halte didasarkan pada 6 parameter fasilitas publik, yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, pemerintahan, pariwisata, transportasi, dan perdagangan. Jenis fasilitas yang dipertimbangkan dalam analisis ini terdapat di Tabel 1.

5. Analisis Spasial Lokasi Halte
Penentuan lokasi halte didasarkan pada kepadatan fasilitas publik, dimana area dengan fasilitas publik yang padat diprioritaskan untuk pembangunan halte agar halte tersebut dapat melayani fasilitas publik di sekitarnya. Jarak antar halte perlu diperhatikan sesuai dengan penggunaan lahan yang ada di area tersebut. Area yang didominasi oleh pusat aktivitas manusia memiliki jarak antar halte yang lebih berdekatan dibandingkan dengan area dengan penggunaan lahan campuran jarang dimana banyak terdapat penggunaan lahan lain seperti sawah, ladang, kebun, dan tanah kosong. Penentuan jarak antara halte dilakukan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 271/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum yang terdapat di tabel berikut. Hasil analisis penentuan rute dan lokasi halte dapat dilihat pada Gambar 2.

Rute Bus Trans Jawa Tengah Bukateja - Banjarnegara memiliki panjang 36100 meter (36,1 km) mulai dari titik awal di Terminal Bukateja hingga titik akhir di Terminal Banjarnegara. Berdasarkan hasil analisis penentuan lokasi halte yang telah dilakukan, sepanjang rute Bukateja - Banjarnegara terdapat 56 halte dengan jarak antar halte mulai dari 400 hingga 1200 meter. Perbedaan jarak antar halte disebabkan karena perbedaan kepadatan fasilitas publik serta penggunaan lahan di sekitar halte tersebut. Perbandingan antara kepadatan fasilitas publik dengan lokasi halte dapat dilihat pada Gambar 3.

Area dengan kepadatan fasilitas publik yang padat memiliki jarak antar halte yang rapat, misalnya di area Kecamatan Banjarnegara sebagai ibukota Kabupaten Banjarnegara. Di Kecamatan Banjarnegara terdapat banyak fasilitas publik, baik fasilitas pendidikan, kesehatan, pariwisata, maupun perdagangan sehingga di area Banjarnegara tersebut banyak terdapat halte dengan jarak berdekatan untuk melayani berbagai fasilitas publik. Lain halnya dengan area Kecamatan Mandiraja dan Klampok yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara bagian barat, dimana terdapat halte dengan jarak yang cukup jauh satu sama lain. Hal tersebut diakibatkan oleh penggunaan lahan yang masih didominasi oleh penggunaan lahan selain lahan terbangun sebagai pusat aktivitas manusia. Area bervegetasi seperti kebun dan sawah masih mendominasi di area tertentu sehingga kurang sesuai untuk dijadikan lokasi halte. Fasilitas publik pun masih jarang atau bahkan tidak ada di area tersebut.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kajian ini menemukan bahwa pengembangan rute Bus Trans Jateng koridor Bukateja–Banjarnegara sepanjang 36,1 km dengan 56 titik halte yang ditentukan berdasarkan kepadatan fasilitas publik dan penggunaan lahan, mampu meningkatkan konektivitas wilayah hinterland Banjarnegara ke pusat-pusat pertumbuhan regional seperti Purwokerto dan Purbalingga. Temuan ini menunjukkan bahwa perencanaan transportasi regional perlu mengadopsi pendekatan spasial berbasis data untuk memastikan efisiensi, aksesibilitas, dan pemerataan layanan, terutama di wilayah padat aktivitas. Untuk pengembangan lebih lanjut, disarankan dilakukan validasi lapangan terhadap lokasi halte, pelibatan masyarakat dalam perencanaan akhir, serta integrasi rute ini dengan simpul transportasi lain guna menciptakan sistem transportasi yang lebih terhubung dan berkelanjutan, disertai evaluasi berkala agar layanan dapat terus menyesuaikan kebutuhan pengguna.