Latar Belakang
Mie ayam merupakan makanan berbahan dasar mie yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Makanan bertipe oriental ini telah dikenal luas dan terus eksis hingga saat ini. Di Indonesia, khususnya di kawasan urban dan semi-urban, mie ayam telah menjelma menjadi salah satu makanan favorit lintas generasi. Rasanya yang gurih (beberapa cenderung manis), penyajiannya yang cepat, serta harganya yang relatif terjangkau menjadikan mie ayam sebagai salah satu pilihan utama bagi masyarakat dalam berbagai kesempatan makan.
Popularitas mie ayam terus meningkat dari waktu ke waktu, terutama di kalangan anak muda. Berdasarkan penelitian, generasi muda usia 15–24 tahun merupakan kelompok konsumen tertinggi terhadap makanan ini (Rahman, 2022). Hal ini turut mendorong tingginya permintaan terhadap konsumsi mie secara umum. Bahkan, secara global, Indonesia menempati posisi kedua setelah Tiongkok sebagai negara dengan konsumsi mie instan tertinggi, yaitu sebesar 14,54 miliar porsi (Kamal dkk., 2025).
Tingginya permintaan ini mendorong banyak pihak melihat mie ayam sebagai peluang bisnis yang menjanjikan. Tidak hanya warung khusus mie ayam, berbagai tempat makan lain seperti warung bakso pun turut menghadirkan mie ayam dalam daftar menu mereka. Perkembangan yang pesat ini membuat keberadaan mie ayam mudah ditemukan di berbagai titik, khususnya di kota-kota besar. Sebaran yang luas mencerminkan tingginya tingkat persaingan sekaligus besarnya potensi pasar kuliner mie ayam.
Di Kota Yogyakarta, warung mie ayam tersebar di berbagai kawasan, mulai dari permukiman, pusat pendidikan, perkantoran, pasar tradisional, hingga kawasan wisata. Kondisi ini dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi penduduk lokal, banyaknya pendatang yang belajar atau bekerja, serta tingginya arus wisatawan. Dengan karakteristik tersebut, Yogyakarta memiliki potensi besar sebagai target pasar usaha kuliner mie ayam.
Namun demikian, jumlah dan persebaran usaha mie ayam yang tinggi menjadikan tingkat persaingan antar pelaku usaha semakin ketat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi calon pelaku usaha baru yang ingin masuk ke dalam pasar yang sudah jenuh. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi bisnis yang matang, mulai dari pemilihan konsep usaha, inovasi produk, strategi pemasaran, hingga penentuan harga yang bersaing. Selain itu, pemilihan lokasi usaha menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan bisnis mie ayam. Dalam konteks ini, pendekatan spasial menjadi sangat relevan. Melalui location analytics, pelaku usaha dapat menganalisis sebaran kompetitor dan mengidentifikasi calon wilayah yang ideal untuk pengembangan usaha.
Tujuan
Tujuan dari publikasi ini meliputi:
-
1.Mengetahui Persebaran dan Kepadatan Lokasi Eksisting Tempat Makan Mie Ayam di Kota Yogyakarta
-
2.Mengetahui Calon Lokasi Potensial Peluang Pengembangan Usaha Mie Ayam di Kota Yogyakarta
Data dan Metode
Data-data yang digunakan dalam publikasi ini meliputi:
-
1.Batas Administrasi Kota Yogyakarta (Sumber: GEO MAPID)
-
2.Persebaran Lokasi Eksisting Tempat Makan Mie Ayam di Kota Yogyakarta (Sumber: Google Map)
-
3.Dokumen RDTR Kota Yogyakarta Tahun 2021-2041
Metode analisis yang digunakan dalam publikasi ini yaitu Heatmap dan Grid Analysis. Grid Analysis dilakukan dengan cara overlay beberapa parameter data yang tersedia pada fitur INSIGHT pada GEO MAPID. Parameter-paramater yang digunakan dalam analisis meliputi:
- Fasililitas Pendidikan (SMA - Perguruan Tinggi)
- Fasilitas Perkantoran (Pemerintahan dan Pelayanan/Jasa)
- Fasilitas Penginapan (Kos)
- Fasilitas Retail
Overlay dilakukan dengan data parameter di atas untuk ditimbang besar/jumlah titik yang tercakup dalam grid hekasgonal (500 meter). Output analisis akan menghasilkan 5 kelas tingkatan kesesuaian, yaitu Sangat Sesuai, Cukup Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai.
Pembahasan

Keberadaan titik-titik lokasi tempat makan mie ayam di Kota Yogyakarta tersebar di hampir seluruh wilayah kota (Gambar 1). Persebaran ini mencakup seluruh wilayah administratif, yang mengindikasikan adanya potensi usaha mie ayam yang cukup besar. Namun demikian, terdapat perbedaan tingkat kepadatan persebaran antara wilayah utara dan selatan Kota Yogyakarta yang tergambarkan melalui heatmap. Berdasarkan peta tersebut, teridentifikasi beberapa area dengan konsentrasi tinggi titik lokasi mie ayam yang saling berdekatan, ditandai dengan warna merah. Area berintensitas tinggi ini terutama berada di wilayah Kecamatan Tegalrejo dan Bumijo.

Meskipun demikian, terdapat beberapa wilayah dengan jumlah tempat makan mie ayam yang relatif minim. Salah satunya adalah wilayah Kelurahan Muja-Muju di Kecamatan Umbulharjo. Jika ditinjau lebih detail, wilayah ini menunjukkan intensitas persebaran yang rendah dibandingkan dengan area sekitarnya. Hanya terdapat satu titik lokasi yang teridentifikasi dalam area ini. Dari sudut pandang keberadaan kompetitor, kondisi tersebut dapat menjadi peluang strategis untuk pengembangan usaha mie ayam di wilayah ini, terutama dengan memanfaatkan ceruk pasar yang belum banyak tergarap.

Gambar di atas menunjukkan hasil analisis calon lokasi potensial untuk pengembangan usaha mie ayam. Analisis ini dilakukan menggunakan metode overlay pada fitur Insight di GEO MAPID, dengan mempertimbangkan sejumlah parameter spasial dan demografis. Parameter yang digunakan meliputi titik POI fasilitas pendidikan (SMA hingga perguruan tinggi), perkantoran (pemerintahan dan jasa/layanan), penginapan (terutama rumah kos), serta fasilitas retail. Selain itu, turut diperhitungkan distribusi jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun). Hasil dari analisis tersebut menghasilkan persebaran grid heksagonal yang diklasifikasikan ke dalam lima tingkat kesesuaian, yaitu: sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.

Berdasarkan analisis grid, hanya terdapat 2 grid hexagonal yang mewakili kesesuaian calon lokasi pengembangan (warna hijau tua). Calon lokasi tersebut berada di wilayah Gedongkiwo di Kecamatan Mantrijeron dan Muja-Muju di Kecamatan Umbulharjo. Kedua wilayah tersebut menunjukkan tingkat potensi yang tinggi terhadap peluang pengembangan usaha mie ayam.
Menelaah Dokumen Peta RDTR Kota Yogyakarta 2021–2041, kedua area tersebut menunjukkan kesesuaian dengan peruntukannya. Keduanya berada dalam kawasan Perdagangan dan Jasa. Area potensial 1 (Gedongkiwo) memiliki keuntungan tambahan berupa keberadaan kawasan permukiman dengan kepadatan sedang hingga tinggi di sekitarnya. Selain itu, lokasinya berdekatan dengan kawasan pariwisata dan berada di sepanjang ruas Jalan Bantul, yang memiliki volume lalu lintas tinggi. Kondisi ini menjadikan area tersebut sangat potensial untuk menarik konsumen dari berbagai segmen, baik penduduk lokal maupun wisatawan.
Sementara itu, area potensial 2 (Muja-Muju) juga memiliki karakteristik spasial yang mendukung, di antaranya permukiman padat, kedekatannya dengan kawasan perkantoran, institusi pendidikan, dan taman rekreasi. Lokasi ini juga berada di sekitar ruas Jalan Timoho dan Jalan Kusumanegara, yang merupakan jalur penghubung utama dengan tingkat aktivitas lalu lintas yang tinggi, khususnya pada jam sibuk. Tingginya mobilitas di area ini menciptakan potensi pasar yang luas, tidak hanya dari warga setempat, tetapi juga dari kalangan pekerja, pelajar, serta pengunjung fasilitas umum yang melintas. Dengan karakteristik lingkungan tersebut, area potensial ini memiliki peluang besar sebagai lokasi pengembangan usaha mie ayam.
Kesimpulan
-
1.Persebaran titik eksisting tempat makan mie ayam menjangkau seluruh wilayah Kota Yogyakarta. Namun, terdapat area dengan konsentrasi yang lebih tinggi di bagian utara kota, khususnya di wilayah Kecamatan Tegalrejo dan Kelurahan Bumijo. Area ini menunjukkan tingkat kepadatan yang signifikan dibandingkan kawasan lainnya.
-
2.Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat 2 calon lokasi potensial untuk pengembangan usaha mie ayam, yaitu di sekitar wilayah Gedongkiwo dan Muja-Muju.
Catatan
-
1.Publikasi ini hanya terbatas pada analisis lokasi potensial sebagai salah satu strategi dalam pengembangan usaha. Untuk mengoptimalkan keberhasilan bisnis, diperlukan perancangan komponen strategi lainnya secara komprehensif.
-
2.Analisis dalam publikasi ini masih dapat diperdalam lebih lanjut sebagai bagian dari penguatan strategi bisnis berbasis lokasi.
Daftar Pusataka
Kamal, M. M. Y., Ramadhan, G., & Aviraldha, M. S. (2025). Waktu dan Ekonomi: Pola Habitualitas Mahasiswa Dalam Konsumsi Mie Ayam. Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi, Vol. 14 (32), 33 - 46
Peraturan Walikota (Perwali) Kota Yogyakarta Nomor 118 Tahun 2021 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2021 - 2041
Rahman, S. A. (2022). Preferensi Remaja Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Korea Berbagai Merek di Kabupaten Sumenep. Jurnal Pertanian Cemara, 19(2), 61-69.