Analisis Pengembangan Kawasan Stasiun Lempuyangan sebagai Transit-Oriented Development (TOD)

22 November 2025

By: Lintang Praja

Open Project

Final Project

tumbnail

Latar Belakang

Kawasan sekitar stasiun di Yogyakarta masih berada pada kategori rendah–sedang menunjukkan bahwa tingkat walkability (Widyastuti & Pradoto, 2018) sehingga membutuhkan intervensi perancangan kota berbasis transit Stasiun Lempuyangan merupakan simpul transportasi penting di Kota Yogyakarta dengan aktivitas penumpang yang tinggi dan lokasi strategis di pusat kota.

Kondisi ini menjadikannya berpotensi dikembangkan sebagai kawasan Transit-Oriented Development (TOD), yaitu konsep pengembangan kota yang mengintegrasikan transportasi publik, tata guna lahan, dan mobilitas berkelanjutan (Calthorpe, 1993).

Namun, kawasan sekitar stasiun masih menghadapi tantangan seperti kemacetan, keterbatasan ruang pedestrian, padatnya permukiman, serta rendahnya integrasi antarmoda. Regulasi nasional melalui Permen ATR/BPN No. 16/2017 mendorong penerapan TOD untuk meningkatkan efisiensi ruang kota dan kualitas mobilitas.

Tujuan

1. Mengidentifikasi area jangkauan pejalan kaki (walkable area) dari Stasiun Lempuyangan.

2. Menganalisis kepadatan fasilitas publik dan komersial per Desa yang termasuk dalam kawasan TOD sebagai potensi pendukung TOD

3. Memberikan rekomendasi area prioritas pengembangan kawasan berbasis TOD.

Metode dan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa fitur dalam mapid, yaitu berupa:

1. Analisis Buffer: melihat jangkauan kawasan inti TOD (400m) dan kawasan pendukung TOD (800m) dari titik utama yaitu stasiun lempuyangan

2. Isokron: melihat jangkauan walkabitiliy dari stasiun lempuyangan dengan jarak tempuh 5 menit (Kawasan inti TOD) dan 10 menit (Kawasan pendukung TOD)

3. Analisis Site Selection: dari data demografi kota yogyakarta dilakukan untuk analisis kepadatan fasilitas public dan komersial yang dilakukan pada setiap desa yang termasuk dalam Kawasan TOD baik inti maupun pendukung

Pembahasan

1. Mengidentifikasi area jangkauan pejalan kaki (walkable area) dari Stasiun Lempuyangan

Gambar 1 Area Buffer Stasiun (400m dan 200m) dan Jangkauan Walkable dengan durasi waktu (5 dan 10 menit)

Gambar 2. Jangkauan Halte Trans Jogja

Analisis jangkauan pejalan kaki dilakukan menggunakan Buffer Analysis dengaBuffer Analysis meter sebagai kawasan inti TOD dan 800 metersebagai kawasan pendukung TOD, serta dilengkapi dengan Isokron 5–10 menituntuk menggambarkan kemampuan akses berdasarkan waktu tempuh pejalan kaki. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola jangkauan pejalan kaki dari Stasiun Lempuyangan memiliki sebaran yang cukup merata ke arah utara, selatan, dan timur, namun lebih terbatas pada sisi barat akibat kepadatan permukiman dan jaringan jalan sempit.

Kawasan yang sepenuhnya berada dalam radius 400 meter (5 menit perjalanan) mencakup sebagian besar dari Desa Bausasran dan Tegalpanggung, sehingga kedua desa ini dapat dikategorikan sebagai zona TOD inti. Kedekatan spasial ini memungkinkan integrasi moda dan aktivitas masyarakat berjalan efektif, yang merupakan syarat utama dalam pengembangan TOD berdasarkan prinsip walkability dan kedekatan fungsi.

Sementara itu, radius 800 meter (10 menit perjalanan) mencakup wilayah yang lebih luas seperti Kotabaru, Klitren, dan Baciro. Kawasan-kawasan tersebut masih memiliki potensi walkability, namun perlu peningkatan infrastruktur pendukung seperti jalur pedestrian, perbaikan trotoar, dan konektivitas jaringan jalan untuk mencapai kualitas TOD yang optimal.

2. Menganalisis kepadatan fasilitas publik dan komersial per Desa yang termasuk dalam kawasan TOD sebagai potensi pendukung TOD

Pada analisis ini digunakan beberapa parameter untuk mengukur kepadatan aktivitas dengan parameter POI dan Demografi.

Parameter POI dan demografi

Semakin besar bobot maka akan diperhitungkan lebih berat dalam pegukuran ini utamanya hasil sangat sesuai menunjukkan kepadatan yang tinggi sedangkan sangat tidak sesuai menunjukkan kepadatan yang rendah.

bausasran

Memiliki jumlah fasilitas berintensitas tinggi dalam jumlah signifikan dan termasuk kawasan dengan kepadatan penduduk tinggi. Kombinasi antara kedekatan dengan stasiun dan tingginya fasilitas publik menjadikan Bausasran salah satu area dengan nilai kepadatan aktivitas tertinggi

Tegalpanggung

Memiliki fungsi campuran yang kuat, seperti perdagangan dan kuliner, serta berada dalam jarak dekat dari stasiun. Kepadatan penduduk yang tinggi memperkuat aktivitas harian, sehingga nilai kepadatan aktivitas berada pada kategori sedang–tinggi

Kotabaru

Mempunyai fasilitas publik paling lengkap, seperti sekolah, kawasan heritage, kuliner, perkantoran, dan rekreasi. Meskipun jarak dari stasiun sedikit lebih jauh dibanding Bausasran dan Tegalpanggung, fasilitasnya yang melimpah menjadikan Kotabaru tetap masuk kategori aktivitas tinggi

Klitren Baciro

Kedua desa ini memiliki jumlah fasilitas komersial dan publik lebih sedikit dibanding desa lain, namun secara demografi memiliki jumlah penduduk produktif yang cukup. Aktivitasnya berada pada kategori sedang, membuat desa ini berpotensi sebagai area pengembangan TOD pendukung.

Analisis ini menunjukkan bahwa semakin tinggi bobot POI dan demografi suatu desa, semakin tinggi pula tingkat kepadatan aktivitasnya. Hasil Tujuan 2 memberikan gambaran mengenai desa mana yang sudah memiliki fondasi aktivitas kuat (Kotabaru, Bausasran) dan desa mana yang perlu penguatan fasilitas untuk mencapai standar kawasan TOD

3. Memberikan rekomendasi area prioritas pengembangan kawasan berbasis TOD

Rekomendasi pengembangan kawasan berbasis TOD di sekitar Stasiun Lempuyangan diperoleh dari integrasi dua analisis utama, yaitu (1)analisis jangkauan pejalan kaki (walkablwalkable areaui Buffer 400–800 meter dan Isokron 5–10 menit, serta (2) analisis kepadatan fasilitas publik dan komersial per desa yang termasuk dalam radius TOD, berdasarkan parameter POI dan demografi beserta bobotnya. Hasil kedua analisis tersebut memberikan gambaran spasial mengenai desa mana yang memiliki potensi tertinggi untuk dikembangkan sebagai kawasan TOD serta desa mana yang memerlukan intervensi peningkatan fasilitas maupun aksesibilitas.

Prioritas 1 – Kawasan TOD Inti (High TOD Potential) ada di Desa Bausasran & Desa Tegalpanggung karena berada di zona inti TOD (400 m / 5 menit), mempunyai kepadatan fasilitas publik–komersial tinggi, memiliki kepadatan penduduk produktif yang cukup besar, aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat sangat intens, dan fasilitas transportasi pendukung seperti halte dan titik ojek online sudah tersedia. Intervensi yang direkomendasikan untuk wilayah ini berupa perbaikan walkability (trotoar, zebra cross, penerangan jalan), penataan PKL & ruang parkir untuk mengurangi hambatan lalu lintas, pengembangan fungsi campuran (mixed-use), dan penambahan halte dan integrasi antarmoda.

Prioritas 2 – Kawasan TOD Pendukung (Medium TOD Potential) di Desa Kotabaru karena fasilitas publik & komersial sangat lengkap (pendidikan, perkantoran, kuliner, aktivitas masyarakat tinggi sepanjang hari, masuk zona TOD pendukung (800 m / 10 menit), memiliki karakter heritage yang mendukung pengembangan TOD berorientasi wisata & budaya. Intervensi yang direkomendasikan untuk wilayah ini berupa penguatan jaringan pejalan kaki menuju stasiun, penambahan rute transportasi publik mikro (shuttle), penyediaan park & ride skala kecil, dan konservasi bangunan yang sesuai karakter Kotabaru.

Prioritas 3 – Kawasan TOD Pengembangan Selanjutnya (Lower TOD Potential) di Desa Klitren & Desa Baciro karena sebagian wilayahnya berada dalam radius 800 m namun aksesibilitas jalan pejalan kaki perlu peningkatan, kepadatan fasilitas publik–komersial lebih rendah dibanding desa lain, dan cocok sebagai area perluasan TOD berbasis hunian dan aktivitas pendukung. Intervensi yang direkomendasikan yaitu berupa pengembangan jaringan pedestrian ke arah stasiun, penambahan fasilitas komersial kecil (retail, kuliner), penataan permukiman padat dengan pendekatan urban renewal, dan penempatan halte baru untuk mendukung konektivitas.

Kesimpulan

Kawasan sekitar Stasiun Lempuyangan memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai kawasan Transit-Oriented Development (TOD) berdasarkan hasil analisis jangkauan pejalan kaki dan kepadatan aktivitas. Desa Bausasran dan Tegalpanggung menjadi kawasan dengan prioritas tertinggi karena berada dalam radius akses paling dekat sekaligus memiliki kepadatan fasilitas publik dan komersial yang tinggi serta didukung oleh kepadatan penduduk produktif. Desa Kotabaru menempati prioritas berikutnya karena memiliki intensitas aktivitas yang tinggi meskipun jaraknya berada pada zona pendukung TOD. Sementara itu, Desa Klitren dan Baciro berada pada prioritas pengembangan selanjutnya dengan kebutuhan peningkatan aksesibilitas dan fasilitas agar dapat terintegrasi optimal dalam pengembangan TOD. Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa pengembangan TOD di Stasiun Lempuyangan perlu dilakukan secara bertahap, dimulai dari desa yang memiliki kesiapan paling kuat sebelum diperluas ke kawasan sekitarnya

Daftar Pustaka

Calthorpe, P. (1993). The Next American Metropolis: Ecology, Community, and the American Dream. Princeton Architectural Press.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. (2017). Peraturan Menteri ATR/BPN No. 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit.

Widyastuti, M., & Pradoto, W. (2018). Analisis Walkability pada Kawasan Transit di Kota Yogyakarta. Jurnal Teknik PWK, Universitas Diponegoro.

Data Publikasi

OPTIMALISASI JALUR KUNJUNGAN WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS JARINGAN

Pariwisata

22 Nov 2025

Muhammad Rozadi

OPTIMALISASI JALUR KUNJUNGAN WISATA DI KOTA BANDAR LAMPUNG MENGGUNAKAN PENDEKATAN ANALISIS JARINGAN

Menganalisis 10 objek wisata di Kota Bandar Lampung untuk menentukan rute transportasi wisata yang optimal menggunakan network analysis

13 menit baca

29 dilihat

Analisis Kesesuaian Jumlah Fasilitas Kesehatan Terhadap Penduduk Lansia Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan Tahun 2025

Kesehatan

21 Nov 2025

Yasina Murti

Analisis Kesesuaian Jumlah Fasilitas Kesehatan Terhadap Penduduk Lansia Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan Tahun 2025

Analisis Kesesuaian Jumlah Fasilitas Kesehatan Terhadap Penduduk Lansia Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan Tahun 2025

7 menit baca

53 dilihat

Identifikasi Zona Potensial untuk Pengembangan Kawasan Perumahan di Kabupaten Tuban

Perumahan

21 Nov 2025

Rahma Novita Sari

Identifikasi Zona Potensial untuk Pengembangan Kawasan Perumahan di Kabupaten Tuban

zona potensial pengembangan perumahan di Kabupaten Tuban dengan memperhatikan kesesuaian lahan, infrastruktur, dan regulasi tata ruang untuk pembangunan berkelanjutan.

19 menit baca

50 dilihat

1 Proyek

Analisis Lokasi Sebagai Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tanah Kosong PT LPP Agro Nusantara Berbasis Platform MAPID

Perumahan

21 Nov 2025

Monica Sheva Ayu Adelia

Analisis Lokasi Sebagai Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tanah Kosong PT LPP Agro Nusantara Berbasis Platform MAPID

Penelitian ini mengkaji pemanfaatan platform MAPID sebagai alat analisis spasial terpadu untuk mengelola dan mengintegrasikan data lokasi pada aset tanah PT LPP Agro Nusantara. Fokus utama adalah penggunaan fitur-fitur seperti overlay spasial, analisis buffer, dan penilaian berbasis skor dalam satu sistem berbasis awan, guna mendukung pengambilan keputusan strategis yang akurat dan efisien dalam optimalisasi aset perusahaan. Platform ini juga memfasilitasi kolaborasi real-time dan visualisasi data yang interaktif, sehingga meningkatkan efektivitas pengelolaan aset berbasis lokasi.

19 menit baca

52 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat