
Latar Belakang
Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi untuk dilanda bencana banjir karena berbagai macam faktor. Kota Bogor pada umumnya memiliki intensitas curah hujan yang tinggi terutama pada musim hujan. Selain itu, permasalahan pada sistem drainase seperti adanya alih fungsi saluran irigasi dan sampah, kapasitas saluran drainase yang tidak memadai, hingga pendangkalan saluran oleh sampah juga menjadi faktor pendukung terjadinya banjir di Kota Bogor (Rufina et al. 2019). Namun, faktor et alya seperti topografi, alih fungsi lahan, dan kepadatan permukiman juga dapat menjadi potensi bahaya untuk terjadi banjir di suatu wilayah. Upaya perlindungan terhadap kelompok rentan seperti bayi, anak-anak, dan lansia saat terjadi bencana banjir menjadi penting dilakukan karena kelompok tersebut memiliki keterbatasan dalam hal mobilitas, daya tahan tubuh, serta akses terhadap bantuan. Meskipun telah tersedia peta wilayah bahaya banjir dan rencana penanggulangan bencana secara umum, hingga saat ini Kota Bogor belum memiliki peta yang secara spesifik menunjukkan lokasi rencana tempat pengungsian yang mempertimbangkan kerentanan demografis dan zona bahaya banjir secara bersamaan seperti yang tercantum pada Dokumen Kajian Risiko Bencana Kota Bogor Tahun 2017 - 2021 oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Analisis berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis) memungkinkan integrasi antara data jumlah kelompok rentan dan zonasi bahaya banjir di suatu wilayah.
Tujuan
Analisis ini bertujuan mengevaluasi kelayakan lokasi sekolah yang potensial untuk dijadikan tempat pengungsian bencana banjir di Kota Bogor dengan mempertimbangkan sebaran jumlah kelompok rentan (bayi, anak-anak, dan lansia) serta kawasan yang berada di dalam zona bahaya banjir sebagai upaya mendukung pengurangan risiko bencana banjir.
Metode Analisis
Analisis ini bersifat kuantitatif-spasial dengan pendekatan multi-kriteria pengambilan keputusan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) melalui perangkat lunak QGIS dan platform GEOMAPID yang mengacu pada penelitian Batu dan Fibriani (2017).
Data
- GEO MAPID: peta zona bahaya banjir, peta tutupan lahan 2022, demografi setiap kelurahan di Kota Bogor 2024, sekolah (SD, SMP, dan SMA tahun 2025 serta SMK tahun 2024), dan batas wilayah administrasi Kota Bogor.
- OpenStreetMap (OSM): data jalan dan sungai.
- CHIRPS (Climate Hazards Group InfraRed Precipitation with Station Data): data curah hujan bulanan periode November-Maret (musim hujan di Kota Bogor) tahun 2021-2024 dengan resolusi 0,05 derajat.
Proses Analisis
-
1.Pengumpulan data: Mengunduh peta zona bahaya banjir, peta tutupan lahan, demografi Kota Bogor, sekolah di Kota Bogor, batas wilayah administrasi Kota Bogor, jaringan jalan, jaringan sungai, dan curah hujan bulanan
-
2.Pre-processing data (QGIS): Reprojeksi data ke sistem koordinat yang seragam (WGS 84) dan konversi data raster/vektor ke format yang kompatibel (.GeoJSON), serta menggabungkan seluruh data sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK di Kota Bogor menjadi satu dataset.
-
3.Pembuatan peta kriteria evaluasi (6 kriteria) (QGIS):
Penentuan lokasi rencana tempat pengungsian banjir mempertimbangkan beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh Gambar 1.

- Jarak ke zona bencana banjir dan serupa (semakin jauh, semakin baik)
Jarak terpendek dari masing-masing titik sekolah ke tepi poligon wilayah bahaya banjir dihitung menggunakan Distance to Nearest Hub dengan mengonversi poligon menjadi garis terlebih dahulu.

Penyesuaian dilakukan pada kriteria ini karena seluruh wilayah bahaya banjir dianggap berisiko tinggi meskipun dalam klasifikasinya terdapat wilayah yang memiliki tingkat bahaya rendah, sehingga sekolah yang berada tepat di dalam zona bahaya banjir diberikan nilai 1. (cari jurnal bahaya rendah pun ttp bahaya)
- Jarak ke jalan (semakin dekat, semakin baik)
Jarak terpendek dari masing-masing titik sekolah ke garis jalan juga dihitung menggunakan Distance to Nearest Hub.

- Jarak ke permukiman (semakin dekat, semakin baik)
Jarak terpendek dari masing-masing titik sekolah ke permukiman dilihat melalui peta tutupan lahan Kota Bogor.

Pengukuran jarak hanya dilakukan pada titik sekolah yang berada di luar tutupan lahan permukiman karena sebagian besar tutupan lahan Kota Bogor adalah permukiman yang padat dengan jarak 0 - 10m.
- Jarak ke Daerah Aliran Sungai (DAS) (semakin jauh, semakin baik)
Jarak terpendek dari masing-masing titik sekolah ke garis sungai dihitung menggunakan Distance to Nearest Hub.

- Curah hujan (semakin rendah, semakin baik)
Curah hujan bulanan periode November-Maret (musim hujan di Kota Bogor) tahun 2021-2024 yang menggambarkan kondisi terkini dihitung terlebih dahulu menggunakan Field Calculator untuk menghasilkan nilai rata-rata curah hujan bulanan pada musim hujan yang cenderung meningkatkan risiko terjadi banjir.

Setelah itu, dilakukan proses Point Sampling Tool pada data raster curah hujan untuk mendapatkan nilai curah hujan di setiap titik sekolah.
- Land use (penggunaan lahan lebih cocok, semakin baik)
Analisis ini hanya menggunakan data land use berupa gedung sekolah. Meskipun secara nilai kriteria tidak tertinggi jika dibandingkan dengan tanah terbuka atau kantor pemerintah pada Gambar 7, secara praktis dan strategis, sekolah adalah alternatif paling layak dalam banyak aspek.

Gambar 7 Kriteria land use
Fasilitas dasar seperti ruangan untuk bernaung, listrik, air, dan dapur umumnya sudah dimiliki sekolah. Aksesibilitasnya pun relatif baik karena biasanya berada dekat dengan jalan utama atau permukiman padat penduduk sehingga memudahkan proses evakuasi dan distribusi bantuan.
Setelah mendapatkan nilai seluruh kriteria yang memiliki rentang 1-4, dilakukan penggabungan terhadap kolom nilai-nilai terebut ke dataset sekolah.
4. Proses penilaian dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) (QGIS):
Metode SAW merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan masalah penyeleksian keputusan dalam sistem pengambilan keputusan yang memiliki banyak faktor pengaruh (Rahayu et al. 2022). Bobot diberikan pada masing-masing kriteria sesuai tingkat pengaruhnya yang mengacu pada Gambar 8.


Vi adalah skor total titik ke-i, wj adalah bobot kriteria ke-j, dan rij adalah nilai terstandar dari kriteria ke-j pada titik ke-i. Kemudian, nilai Vi setiap titik dihitung menggunakan Field Calculator dengan hasil rentang nilai yaitu 1 - 4. Nilai tersebut diklasifikasikan menjadi lima kategori kelayakan dengan interval sama yaitu:

5. Overlay zona prioritas dan visualisasi (GEO MAPID):
Dataset sekolah yang telah memiliki nilai SAW dimasukkan ke dalam platform GEO MAPID untuk dianalisis bersama zona bahaya banjir sebaran kelompok rentan. Lokasi dengan nilai SAW tinggi yang berada di dekat/di dalam zona rawan dan memiliki kelompok rentan tinggi menjadi prioritas tinggi untuk dijadikan tempat pengungsian.
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis pada GEO MAPID menghasilkan klasifikasi jumlah kelompok rentan masing-masing kelurahan di Kota Bogor dengan jumlah paling tinggi ditunjukkan oleh warna merah. Adapun kelurahan yang memiliki jumlah kelompok rentan yang paling tinggi adalah Katulampa, Kedung Badak, Tegal Gundil, Tanah Baru, Baranangsiang, dan Cimahpar. Namun, hanya Tegal Gundil tidak dilalui zona bahaya banjir.

Hasil penentuan lokasi rencana tempat pengungsian banjir menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) menunjukkan bahwa dari keseluruhan lokasi potensial berupa gedung sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) di Kota Bogor, terdapat sejumlah titik yang tergolong dalam kategori “sang“sangat layatuk dijadikan tempat pengungsian. Penilaian kelayakan dilakukan berdasarkan enam kriteria utama, yakni: jarak ke zona banjir, sungai, permukiman, jalan, curah hujan, dan land use.

Sebaran titik-titik "sangat layak" ini teridentifikasi berada di lima kelurahan yang memiliki jumlah kelompok rentan tinggi dan sekaligus berada di zona bahaya banjir. Wilayah tersebut menjadi wilayah dengan urgensi tinggi dalam hal penyiapan tempat pengungsian. Dari seluruh titik yang dianalisis di Kota Bogor, nilai maksimum kelayakan tercatat sebesar 3.40 (kategori sangat layak), sedangkan nilai minimum adalah 2.35 (kategori sedang).
Titik "sangat layak" di Katulampa, Kedung Badak, Tanah Baru, Baranangsiang, dan Cimahpar berutut-turut berjumlah 1, 2, 9, 0, dan 9. Titik tersebut di Katulampa berada pada radius kurang lebih 3km dari permukiman yang berada di daerah bahaya banjir. Di Kedung Badak, terdapat setidaknya 2 titik yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki sejauh 500m. Sama halnya dengan Tanah Baru.

Karena di Katulampa hanya terdapat 1 titik "sangat layak" dan berada di radius 3km dari permukiman yang berada di daerah bahaya banjir, maka sekolah dengan kategori "layak" dapat menjadi alternatif. Namun, petugas evakuasi harus mengoptimalkan lebih banyak aspek tertentu di titik-titik tersebut. Terdapat beberapa opsi tempat pengungsian dengan kategori "layak" yang masih berada dalam radius 1-2km.

Menurut BNPB (2021), setidaknya terdapat beberapa hal yang menjadi kriteria minimal dari tempat pengungsian bencana banjir yang mencakup kemudahan akses terhadap air bersih dan listrik, mudah diakses untuk pemberian bantuan baik medis maupun non medis yang berasal dari luar desa/kelurahan, serta boleh ditetapkan lebih dari satu lokasi yang berada diluar lokasi terdampak. Hasil analisis menunjukkan terdapat beberapa lokasi sekolah yang paling potensial direkomendasikan sebagai tempat pengungsian banjir di kelurahan dengan jumlah kelompok rentan tinggi. Lokasi-lokasi tersebut memiliki skor tertinggi, berada dalam radius ≤ 500 meter dari permukiman rentan sehingga dapat dijangkau dengan berjalan kaki yang merupakan sebuah keunggulan terutama bagi kelompok rentan, serta memenuhi kriteria minimal tempat pengungsian menurut standar BNPB (Gambar 13). Sementara titik lainnya umumnya masih dapat dijangkau dalam radius 1–3 km dengan kendaraan bermotor dan memerlukan penyesuaian terhadap kondisi infrastruktur serta waktu tempuh saat darurat. Daftar lokasi-lokasi tersebut diantaranya:
-
1.SDN Kedung Badak 1 (Kedung Badak)
-
2.SMK Mekanika Bogor (Kedung Badak)
-
3.SDN Sindang Sari Bogor Utara (Tanah Baru)
-
4.SMK Bogor 2 (Tanah Baru)
-
5.SMA Nuraida Islamic Boarding School (Cimahpar)
-
6.MTS Darul 'Ulum Cimahpar Kota Bogor (Cimahpar)
-
7.SDN Ceger 1 Bogor (Tegal Gundil)
Kesimpulan
Sejumlah sekolah di Kota Bogor memiliki tingkat kelayakan yang tinggi untuk dijadikan tempat pengungsian bencana banjir. Hasil analisis menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) yang mempertimbangkan enam kriteria spasial serta distribusi kelompok rentan dan zona bahaya banjir menunjukkan terdapat setidaknya tujuh lokasi sekolah termasuk dalam kategori "sangat layak", terutama karena letaknya yang strategis, mudah dijangkau oleh masyarakat terdampak dalam radius ≤ 500 meter, dan berada di kelurahan dengan jumlah kelompok rentan yang tinggi. Fasilitas pendidikan dapat berperan penting dalam langkah mengurangi risiko bencana secara inklusif dan tepat sasaran. Meskipun tidak memiliki nilai tertinggi dalam klasifikasi penggunaan lahan, sekolah tetap menjadi alternatif yang layak secara fungsional dan operasional. Oleh karena itu, lokasi-lokasi yang termasuk dalam kategori "sangat layak" dapat direkomendasikan sebagai prioritas dalam penetapan tempat pengungsian bencana banjir di Kota Bogor, dengan tetap menyiapkan teknis yang menyeluruh di tingkat lokal.
Daftar Pustaka
Batu JAJL, Fibriani C. 2017. Analisis penentuan lokasi evakuasi bencana banjir dengan pemanfaatan sistem informasi geografis dan metode simple additive weighting. Jurnal Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer (JTIIK). 4(2):127-135.
[BNPB] Pedoman Penyusunan Rencana Evakuasi Bencana Banjir Tingkat Desa/Kelurahan. 2021.
Rahayu S, Hamdani H, Ramadiani R. 2022. Pemilihan lokasi budidaya rumput laut menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Simple Additive Weighting (SAW). JISKA (Jurnal Informatika Sunan Kalijaga). 7(2):122-133.
Rufina A, Wardhani E, Sulistyowati LA. 2019. Analisis penentuan skala prioritas genangan atau banjir di Kecamatan Bogor Selatan. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah. 7(2):81-91.