Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

01/05/2023 • Salman Albir Rijal

Lokasi Kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta

Sebaran Kafe per Desa

Sebaran dan Konsentrasi Kafe (Hexbin)

Kesesuaian Lokasi Kafe (Umum) di Kawasan Perkotaan Yogyakarta

Kesesuaian Lokasi Kafe (Tematik) - Area Persawahan

Kesesuaian Lokasi Kafe (Tematik) - Stasiun dan Rel Kereta Api

Kesesuaian Lokasi Kafe (Tematik) - Pusat Perbelanjaan

Kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta


Pendahuluan

Latar Belakang

Laju urbanisasi yang kian meningkat selama beberapa dekade terakhir di Indonesia memicu pertumbuhan perekonomian di kawasan perkotaan. Pertumbuhan perekonomian yang ada di Indonesia tak bisa dilepaskan dari adanya peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berdasarkan Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kementerian KUKM) pada tahun 2021, UMKM mampu menyerap 97 persen dari total angkatan kerja dan mampu menghimpun hingga 60,4 persen dari total investasi di Indonesia. Salah satu jenis UMKM yang sering muncul di kawasan perkotaan adalah kafe.

Eksistensi kafe di kawasan perkotaan di Indonesia lebih dari sekadar tempat untuk meminum kopi. Kafe juga menjadi ruang sosial untuk duduk dan berbincang bersama atau yang biasa dikenal dengan istilah nongkrong. Selain itu, kafe juga bisa menjadi sarana rekreasi warga kota dengan adanya kegiatan hiburan, keunikan arsitektur kafe, ataupun kekhasan menu yang disajikan di tiap kafe. Kafe juga kerap kali digunakan sebagai ruang produktif untuk belajar dan berdiskusi bagi pelajar ataupun tempat bekerja bagi para pekerja, terutama pada kafe yang memiliki ruang kerja bersama (co-working space).

Sebagai kota dengan label kota pelajar sekaligus kota wisata, Kota Yogyakarta menjadi lahan subur bagi pertumbuhan usaha kafe. Berdasarkan data dari Komunitas Kopi Nusantara, terdapat sekitar 3.000 kedai kopi yang tersebar di seluruh wilayah DIY (Pandangan Jogja, 2022). Pertumbuhan kafe yang pesat di Kawasan Perkotaan Yogyakarta membuat persaingan antar kafe semakin ketat. Dengan demikian, diperlukan adanya analisis terhadap preferensi pengunjung kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta untuk memberikan rekomendasi untuk pengembangan usaha kafe yang telah berdiri saat ini maupun perencanaan pembangunan kafe baru ke depannya.

Tujuan

Mengetahui preferensi pengunjung kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta melalui ulasan di dalam Google Maps serta merumuskan lokasi yang paling strategis untuk pembangunan kafe berdasarkan preferensi pengunjung.

Metode

A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode web scraping pada situs Google Maps. Metode scraping dilakukan untuk mendapatkan daftar kafe yang ada di Kawasan Perkotaan Yogyakarta serta kata-kata dengan frekuensi terbanyak yang muncul dalam ulasannya. Pengumpulan daftar kafe dilakukan dengan pencarian dengan kueri “kafe di (nama kelurahan/desa)”. Hasil pencarian lantas akan dikumpulkan secara otomatis ke dalam database oleh ekstensi Automa. Terakhir, seluruh kafe dalam database akan disaring berdasarkan kriteria berikut:

1. Kafe berada di dalam Kawasan Perkotaan Yogyakarta

2. Memiliki jumlah review di atas 100 review

3. Termasuk dalam kategori tempat yang mengandung kata cafe, “coffee”, atau “co-working”

Berdasarkan proses scraping yang telah dilakukan, terdapat 533 kafe yang masuk ke dalam kriteria tersebut. Tiap kafe yang masuk ke dalam kriteria lantas akan dimasukkan ke dalam pencarian di Google Maps untuk mendapatkan kata yang paling sering muncul di dalam ulasannya. Kata-kata dengan frekuensi terbanyak dalam ulasan (maksimal 10 kata) yang muncul dalam ulasan lantas akan dimasukkan ke dalam database beserta dengan jumlah kemunculannya.

B. Pengolahan Data

Data daftar kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta akan dipetakan secara spasial berdasarkan titik koordinatnya. Kafe-kafe tersebut lantas akan dianalisis persebaran serta pemusatannya untuk melihat preferensi lokasi pembangunan kafe saat ini.

Daftar kata-kata terbanyak yang ada di Kawasan Perkotaan Yogyakarta akan dianalisis frekuensinya dan diklasifikasikan berdasarkan jenis fitur dari kafe (aktivitas, menu, interior, lokasi, dll.). Fitur-fitur yang berkaitan dengan aspek spasial akan diformulasikan menjadi variabel dari analisis rekomendasi lokasi pembangunan kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta.

Hasil dan Pembahasan

Sebaran Kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Gambar 1. Visualisasi Sebaran Titik Kafe, Konsentrasi Titik Kafe (heatmap), Kepadatan Kafe per Desa/Kelurahan, Jumlah Kafe per Desa/Kelurahan (berurutan dari atas ke bawah)

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari situs Google Maps, terdapat 533 kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta yang memiliki jumlah ulasan di atas 100. Kafe-kafe tersebut tersebar di antara 65 dari 71 desa/kelurahan yang ada di perkotaan Yogyakarta. Sebaran kafe terkonsentrasi di sumbu utara-selatan dari pusat Kota Yogyakarta. Konsentrasi kafe tersebut dapat dilihat menggunakan visualisasi heatmap yang tersedia di MAPID, dengan warna merah sebagai penanda lokasi dengan konsentrasi kafe yang tinggi.

Sebaran kafe ini juga dapat dianalisis dengan menggunakan batas administratif desa/kelurahan. Kelurahan Caturtunggal di Kecamatan Depok merupakan desa/kelurahan dengan jumlah kafe terbanyak di Kawasan Perkotaan Yogyakarta dengan jumlah sebanyak 91 kafe. Kelurahan lain di Depok, yakni Condongcatur, menyusul di posisi kedua dengan 66 titik kafe. Meski keduanya merupakan kelurahan dengan jumlah kafe terbanyak, tetapi Caturtunggal dan Condongcatur bukanlah desa/kelurahan dengan kepadatan kafe tertinggi (jumlah kafe per luas wilayah). Kelurahan Gowongan di Kecamatan Jetis menjadi kelurahan dengan konsentrasi kafe terpadat dengan 16 kafe yang tersebar di lahan seluas ~48 ha (33 kafe/km2).

Meski demikian, terdapat masalah dari interpretasi data sebaran kafe yang dipetakan per desa/kelurahan. Perbedaan luas wilayah yang signifikan (contoh: Ds. Caturtunggal 24 kali lebih luas dibanding Kel. Gowongan) menjadi salah satu alasan mengapa visualisasi data sebaran kafe dengan batasan administratif menjadi kurang sesuai. Selain itu, dengan luasan desa/kelurahan yang relatif besar, penarikan kesimpulan mengenai lokasi kafe yang sesuai akan semakin sulit. Solusinya, analisis sebaran dan visualisasinya dapat dilakukan dengan menggunakan peta hexbin.

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Gambar 2. Visualisasi Sebaran Kafe, Banyaknya Jumlah Ulasan, Rata-Rata Ulasan per Kafe dalam Peta Hexbin (berurutan dari kiri ke kanan)

Peta Hexbin menggunakan bentuk segienam (hexagon) untuk membagi kawasan dalam peta dan ragam warna untuk merepresentasikan data yang ada. Pada peta di atas, diketahui bahwa konsentrasi kafe tertinggi berada di sebagian wilayah Kel. Caturtunggal yang berbatasan dengan Kel. Condongcatur dan Kel. Sinduadi; Kotabaru dan sekitarnya; serta kawasan Prawirotaman (Kel. Brontokusuman dan sekitarnya). Meski demikian, tak semua lokasi yang ramai akan kafe juga memiliki total ulasan terbanyak. Ulasan kafe di kawasan Kotabaru menunjukkan jumlah yang jauh lebih banyak dibanding kawasan lain, tetapi dua kawasan terpadat lainnya tidak menunjukkan keunggulan yang signifikan. Uniknya, ketika data ulasan kafe dirata-ratakan dengan jumlah kafe per heksagon, terdapat dua kawasan baru yang menunjukkan nilai tertinggi. Ruas Jl. Kaliurang KM 8,5 serta Jl. Palagan Tentara Pelajar KM 8 yang terhubung oleh Jl. Damai menjadi lokasi kafe-kafe yang memiliki rerata ulasan tertinggi dibandingkan dengan area lain di Kawasan Perkotaan Yogyakarta.

Hasil analisis tersebut dapat dikontekstualisasikan dengan kondisi lingkungan di sekitar dan menghasilkan kesimpulan sebagaimana berikut:

1. Kafe cenderung terkonsentrasi di area sekitar fasilitas pendidikan tinggi (terdapat hampir 30 kampus di area Caturtunggal-Condongcatur; Kotabaru dekat dengan UGM dan UNY) dan/atau kawasan perbelanjaan (kawasan Kotabaru dan Prawirotaman)

2. Kafe-kafe dengan rerata ulasan tertinggi berada di kawasan utara yang memiliki pemandangan sawah/kebun tetapi tetap aksesibel oleh jalan utama (Jl. Kaliurang dan Jl. Palagan Tentara Pelajar)

Frekuensi Kemunculan Kata Kunci dalam Ulasan

Selain menganalisis persebaran dan jumlah ulasan dari kafe-kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta, penting juga untuk melihat lebih dekat mengenai konteks dari ulasan yang ada dari tiap kafe yang ada. Mengingat jumlah kafe yang dipilih cukup banyak, maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan menganalisis kata-kata kunci tersering yang muncul dalam ulasan dari tiap kafe. Fitur dari Google Maps memungkinkan pengguna untuk dapat melihat maksimal sepuluh kata kunci yang paling sering muncul dalam ulasan dari suatu tempat. Berikut adalah visualisasi dari kata kunci dengan frekuensi kemunculan terbanyak di tiap kafe dan kata kunci dengan jumlah terbanyak dalam ulasan dengan word cloud.

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Gambar 3. Visualisasi Frekuensi Kemunculan Kata Kunci di Tiap Kafe (atas) dan Jumlah Kata Kunci dalam Seluruh Ulasan Kafe (bawah)

Terdapat hampir 900 kata kunci dari ulasan seluruh kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Meski demikian, kata-kata kunci seperti “area”, “price”, “wifi”, dan “parking” muncul dengan jumlah yang jauh lebih dominan bila dibandingkan dengan kata kunci lainnya. Kata kunci yang unik seperti “college students” dan “paddy field” juga dapat terlihat dengan jelas dalam kedua word cloud tersebut. Untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih dalam, diperlukan analisis lanjutan mengenai kata-kata kunci yang muncul secara signifikan.

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Gambar 4. Grafik Perbandingan Frekuensi (horizontal) dan Jumlah Kemunculan (vertikal) dari Kata Kunci dalam Ulasan Kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta

Dengan membandingkan antara frekuensi kemunculan kata kunci dan jumlah kemunculannya, kata-kata kunci dengan angka kemunculan yang signifikan dapat divisualisasikan dalam grafik di atas. Kemunculan sebuah kata kunci dianggap signifikan bila ia muncul setidaknya dalam 15 kafe yang berbeda. Kata kunci dalam grafik tersebut lantas dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan komparasi nilai frekuensi dan jumlah kemunculannya: high freq-high sum (hijau), high freq-low sum (ungu), low freq-high sum (oranye), dan low freq-low sum (merah). Kategorisasi yang didasarkan pada tinggi-rendahnya frekuensi dan jumlah kemunculan kata kunci menghasilkan simpulan karakteristik sebagaimana berikut.

1. High Freq-High Sum: Isu sering dijumpai di banyak tempat dan dapat menjadi isu prioritas.

Rekomendasi: kata kunci yang termasuk daftar ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan pembangunan kafe.

2. High Freq-Low Sum: Isu sering dijumpai di banyak tempat, tetapi belum atau tidak menjadi isu prioritas

Rekomendasi: mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan atau menjawab permasalahan dari pengguna terkait isu-isu tersebut karena dapat menjadi nilai plus bagi kafe meski isu tersebut tidak terlalu sering dibahas.

3. Low Freq-High Sum: Isu hanya ditemui di tempat-tempat tertentu, tetapi sering dibahas atau menjadi hal prioritas. Rekomendasi: menjadikan isu sebagai fitur unik atau spesialisasi dari kafe mengingat banyaknya pembahasan terkait isu yang ada tetapi belum banyak kafe yang dikaitkan dengan isu tersebut.

4. Low Freq-Low Sum: Isu hanya ditemui di tempat-tempat tertentu dan bukan menjadi hal yang prioritas

Rekomendasi: menjadikan isu-isu yang ada sebagai prioritas terakhir dalam perencanaan dan pengembangan kafe.

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Tabel 1. Kategorisasi Kata Kunci dalam Ulasan Kafe berdasarkan Jenis Fitur bagi Kafe dan Tinggi-Rendahnya Frekuensi serta Jumlah Kemunculan Kata Kunci

Berdasarkan analisis kata-kata kunci, didapatkan variabel-variabel yang dapat berperan untuk menjadi faktor penentu lokasi yang strategis bagi pembangunan kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Variabel utama dari penentuan kesesuaian lokasi pembangunan kafe didapatkan dari kata-kata kunci dengan frekuensi dan jumlah terbanyak dalam ulasan. Kata-kata kunci tersebut lantas dikaitkan dengan aspek spasial untuk menentukan kesesuaian lokasi pembangunan kafe. Berikut adalah variabel-variabel utama dalam penentuan lokasi usaha kafe:

1. Terjangkau oleh fasilitas jalan utama (minimal jalan lokal)

Lahan yang berada di sepanjang ruas jalan arteri, kolektor, dan lokal umumnya ditetapkan sebagai zona perdagangan dan jasa di RDTR Kota Yogyakarta. Pada zona tersebut, bangunan dapat memiliki ketinggian antara 20-40 meter (3-6 lantai). Dengan demikian, bangunan kafe dapat memiliki tinggi lebih dari satu lantai (sesuai dengan kata kunci floor), memanfaatkan luasan lantai dasar sebagai lahan parkir (parking), hingga memungkinkan pengunjung untuk melihat pemandangan di sekitarnya, seperti saat senja (sunset). Selain itu, keberadaan kafe di jalan utama juga memudahkan aksesibilitas transportasi hingga pemasangan infrastruktur fiber optik untuk wi-fi.

2. Dekat dengan perguruan tinggi

Eksistensi pelajar, khususnya mahasiswa, menjadi kunci ramainya kafe-kafe yang ada di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Hal ini dibuktikan oleh kemunculan kata kunci (college student) yang sangat prevalen serta banyaknya kata (campus) dalam ulasan yang ada. Potensi ini harus dapat dilihat oleh calon pengusaha kafe dengan membangun kafe di lokasi yang dekat dengan perguruan tinggi.

3. Menghindari kawasan dengan kepadatan kafe yang tinggi

Pada lokasi yang strategis untuk bisnis kafe, umumnya sudah terdapat jumlah kafe yang relatif banyak dalam jarak yang saling berdekatan. Hal ini berpotensi menciptakan persaingan pasar yang sengit dan membuat kafe baru harus bersaing dengan banyak kafe di dekatnya yang telah lama berdiri. Dengan demikian, diperlukan lokasi dengan kepadatan kafe yang tidak terlalu tinggi.

Selain menentukan faktor utama dalam penentuan lokasi bisnis kafe, kata-kata kunci dengan kemunculan yang signifikan dan memiliki keterkaitan dengan aspek spasial juga dapat dipertimbangkan sebagai nilai plus dalam penentuan lokasi. Terdapat tiga kelompok kata kunci yang dapat menjadi nilai plus untuk menentukan lokasi kafe. Dengan keunikan fitur masing-masing kelompok, pihak pengusaha kafe dapat memilih salah satu dari tiga variabel di bawah untuk menjadikannya sebagai keunggulan kompetitif dari kafe yang akan direncanakan:

1. Memiliki pemandangan area persawahan

Kata-kata kunci terkait dengan area persawahan (rice field & paddy field) relatif sering muncul pada ulasan kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Kata kunci rice field bahkan termasuk ke dalam 10 besar kata yang paling sering muncul dalam ulasan dengan kemunculan sebanyak 1.468 kali di 55 kafe. Hal ini mengisyaratkan adanya preferensi yang kuat dari masyarakat perkotaan Yogyakarta untuk mengunjungi kafe yang berada di dekat sawah.

2. Terjangkau oleh stasiun kereta api atau memiliki pemandangan ke rel kereta

Stasiun dan rel kereta api juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung kafe di perkotaan Yogyakarta. Pengembangan area bisnis di sekitar Stasiun Tugu terbukti mampu menjadi salah satu magnet bagi para pengusaha kafe sekaligus penggemar kopi dan kereta untuk datang ke kafe di sekitar stasiun. Hal ini dibuktikan oleh tingginya jumlah kata tugu station yang muncul dalam ulasan (349 kali). Selain Stasiun Tugu, kata kunci lain yang berkaitan dengan kereta juga sering muncul dalam ulasan, seperti train (368 kali) dan train tracks (240 kali).

3. Berada di dekat atau di dalam pusat perbelanjaan

Keberadaan Jalan Malioboro sebagai shopping street mampu menarik berbagai usaha kuliner untuk membuka gerainya di jalan tersebut, tak terkecuali kafe. Suasana kawasan perdagangan yang tak pernah sepi membuat banyak pengunjung tertarik untuk singgah di kafe-kafe yang ada di Jalan Malioboro. Selain Malioboro (158 kali dalam ulasan), mal (189 kali) di Yogyakarta juga menjadi titik favorit bagi pengunjung kafe.

Setelah menentukan faktor utama dan faktor pendukung, diperlukan adanya penentuan bobot dari masing-masing variabel. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan metode analytical hierarchical process (AHP) yang mempertimbangkan tingkat kepentingan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Perbandingan antara tiap variabel akan menghasilkan priority vector (PV) yang menentukan seberapa besar kepentingan suatu variabel dalam analisis spasial nantinya. Berikut adalah tabel yang berisi faktor utama dan pendukung penentuan lokasi kafe serta priority vector-nya. PV dalam tabel berarti priority vector secara general dan PV1-PV3 merupakan priority vector dari lokasi kafe secara tematik (sawah, kereta api, dan pusat belanja; secara berurutan).

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Tabel 2. Priority Vector dari Tiap Variabel Penentu Kesesuaian Lokasi Kafe

Priority Vector yang telah didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan metode AHP lantas dijadikan sebagai bobot dalam analisis penjumlahan berbobot (weighted sum). Analisis ini dilakukan dengan menjumlahkan variabel spasial dengan menumpuk satu layer di atas layer lain. Tiap layer memiliki bobot yang nantinya akan dijumlahkan dengan layer lain yang bertumpuk di titik yang sama. Berikut adalah hasil analisis kesesuaian lokasi menggunakan metode weighted sum dengan variabel utama dan tematik.

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Recommendations for Cafe Business Locations in the Yogyakarta Urban Area Based on Reviews on Google Maps

Gambar 5. Peta Kesesuaian Lokasi Kafe di Kawasan Perkotaan Yogyakarta dengan Variabel Utama (pertama dari atas); Faktor Prioritas Area Persawahan (kedua dari atas); Faktor Prioritas Pusat Perbelanjaan (ketiga dari atas); dan Faktor Prioritas Stasiun dan Rel Kereta Api (keempat dari atas)

Pada peta tersebut, area dengan kesesuaian yang tinggi untuk usaha kafe diwarnai dengan warna hijau (skor maksimal 100) dan lokasi yang tidak sesuai diwarnai dengan warna merah (skor minimal 0). Secara umum, hampir seluruh area di Kota Yogyakarta yang dilewati oleh jalan utama termasuk sebagai lokasi yang strategis untuk bisnis kafe, dengan skor tertinggi yang tersebar di Jl. Kaliurang, Jl. Laksda Adisucipto, Jl. Magelang, Jl. Gedongtengen, hingga Jl. Parangtritis. Analisis menggunakan variabel tematik menghasilkan hasil yang beragam sesuai variabel yang digunakan. Pada kesesuaian lokasi kafe dengan pemandangan sawah, skor tertinggi berada di area sekitar Ring Road, khususnya Ring Road Barat dan Selatan yang masih didominasi sawah tetapi memiliki akses yang mudah. Hasil analisis dengan variabel perkeretaapian serta pusat perbelanjaan menghasilkan hasil yang cukup intuitif dengan skor tertinggi berada di sekitar stasiun dan pusat perbelanjaan, dikarenakan persebaran stasiun dan pusat perbelanjaan yang tidak semasif sawah serta aksesibilitas yang mudah berkat lokasinya yang berada di pusat kota.

Data Publications