[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

09 May 2025

By: MAPID

Open Project

Publikasi Q2 2025 Infra-Pariwisata

kajian infrastruktur pariwisata di banda neira dan karimunjawa

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki potensi bahari yang sangat besar di dunia (Arianto, 2020). Indonesia memiliki jumlah pulau sekitar 17.000 dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu sekitar 81.000 km (Sabir & Mokodompit, 2023). Potensi ini menjadikan sektor kelautan dan pariwisata bahari sebagai salah satu pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya melalui pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Subagiyo et al., 2017). Oleh karena itu, pemanfaatan dan pengelolaan potensi ini secara berkelanjutan menjadi suatu keharusan untuk mendukung pembangunan wilayah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Dua destinasi yang memiliki nilai strategis dalam pengembangan pariwisata bahari Indonesia adalah Kepulauan Banda Neira di Maluku dan Kepulauan Karimunjawa di Jawa Tengah. Keduanya memiliki kekayaan alam bawah laut yang spektakuler, nilai sejarah yang tinggi, serta keunikan budaya lokal. Banda Neira, dengan latar belakang sejarah perdagangan rempah-rempah pada masa kolonial, memiliki peninggalan bersejarah seperti Benteng Belgica dan Benteng Nassau, serta rumah-rumah peninggalan VOC (Anugara, 2021). Selain itu, terumbu karang di perairan Banda termasuk dalam segitiga terumbu karang dunia dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi.

Sementara itu, Kepulauan Karimunjawa yang ditetapkan sebagai Taman Nasional sejak tahun 2001 melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 74/Kpts-II/2001 juga memiliki kekayaan ekosistem laut seperti terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yang menjadi habitat berbagai spesies laut (Marfai et al, 2021). Posisi geografisnya yang relatif dekat dengan Pulau Jawa menjadikan kawasan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari unggulan. Kegiatan pariwisata dominan di Karimunjawa yakni menikmati keindahan eksosistem alami yang tersedia seperti terumbu karang, mangrove, dan padang lamun.

Namun demikian, pengembangan pariwisata di kedua kawasan ini masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait konsep pariwisata 4 A: Attraction (daya tarik), Amenity (fasilitas), Accessibility (aksesibilitas), dan Ancillary (layanan penunjang). Beberapa bangunan peninggalan kolonial di Banda Neira yang menjadi daya tarik wisata tidak terawat dan mengalami kerusakan (Rasyid et al, 2024). Sementara di Karimunjawa, tindakan pengunjung ekowisata yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, seperti merusak terumbu karang, membuang sampah sembarangan, dan mengeksploitasi kekayaan alam dapat menurunkan kualitas destinasi wisata alam tersebut. Keterbatasan infrastruktur pendukung pariwisata pada kedua wilayah, seperti aksesibilitas, akomodasi, dan jaringan transportasi, masih perlu dikembangkan. Oleh karena itu, peningkatan dan pemerataan infrastruktur di kawasan pesisir dan kepulauan menjadi langkah krusial dalam mendukung pertumbuhan pariwisata bahari yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.

Penerapan geographic information system (GIS) dalam kajian infrastruktur pariwisata menawarkan pendekatan spasial yang komprehensif untuk mengidentifikasi pola distribusi, keterkaitan, dan kesenjangan infrastruktur pariwisata. GIS memungkinkan analisis spasial yang akurat untuk mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan berbasis data geospasial. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat dihasilkan rekomendasi pengembangan infrastruktur pariwisata yang terintegrasi dan berkelanjutan di Banda Neira dan Karimunjawa, dengan tetap memperhatikan aspek konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal.

Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk:

  1. 1.
    Mengidentifikasi kepadatan dan keterjangkauan spasial pariwisata eksisting dan infrastruktur di Banda Neira dan Karimunjawa;
  1. 2.
    Menganalisis konsep 4 A objek wisata di Banda Neira dan Karimunjawa;
  1. 3.
    Mengidentifikasi kesenjangan infrastruktur pariwisata di kedua destinasi melalui analisis spasial;
  1. 4.
    Merekomendasikan strategi dan arahan pengembangan banda neira dan Karimunjawa berdasarkan hasil analsis spasial.

Manfaat

Kajian infrastruktur pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa dengan pendekatan GIS diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. 1.
    Mendukung perencanaan tata ruang untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan;
  1. 2.
    Menyediakan gambaran potensi pengembangan usaha berdasarkan distribusi infrastruktur dan aksesibilitas;
  1. 3.
    Meningkatkan kesadaran akan potensi ekonomi dari pengembangan pariwisata berkelanjutan;
  1. 4.
    Memperkaya literatur terkait aplikasi GIS dalam perencanaan pariwisata.

Metode

Penelitian dilakukan di Banda Neira dan Karimunjawa dengan metode:

  1. 1.
    Analisis Kepadatan dan Keterjangkauan: Analisis ini dilakukan untuk memahami distribusi dan sebaran spasial dari titik-titik Point of Interest (POI) yang mendukung aktivitas pariwisata, dengan mengacu pada konsep 4A. Setiap titik POI dianalisis untuk melihat tingkat konsentrasi atau kepadatannya dalam suatu area menggunakan metode Kernel Density Estimation (KDE). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi area dengan intensitas tinggi aktivitas pariwisata, berdasarkan penyebaran "pengaruh" dari masing-masing POI ke sekitarnya. , meliputi wisata alam (pantai, terumbu karang, taman nasional, wisata budaya dan sejarah (benteng, bangunan bersejarah, situs budaya), hiburan dan kesenian (pertunjukan seni tradisional) , seperti penginapan (hotel, homestay, resort), rumah makan dan restoran, fasilitas umum berupa fasilitas ibadah, dan perdagangan dan retail: toko kelontong dan minimarket , meliputi pelabuhan dan dermaga, bandara, serta jalan dan jalur laut. , di antaranya pusat informasi wisata, agen perjalanan, bank dan ATM, dan toko suvenir dan oleh-oleh.Dengan pendekatan KDE, analisis ini memungkinkan visualisasi area dengan konsentrasi POI tinggi, serta memberikan gambaran mengenai keterjangkauan antar unsur 4A, yang berperan penting dalam perencanaan dan pengembangan kawasan pariwisata secara spasial.
  1. 2.
    Network Analysis: Metode ini digunakan untuk melihat seberapa mudah objek wisata dan akomodasi dijangkau dari simpul transportasi utama seperti pelabuhan atau bandara. Dengan memanfaatkan data jaringan jalan, analisis dilakukan untuk menghitung rute tercepat atau terpendek. Hasilnya berupa waktu atau jarak tempuh antar lokasi, serta peta zona aksesibilitas (service area) yang membantu mengidentifikasi area yang belum terlayani secara optimal.
  1. 3.
    SWOT: Metode ini digunakan untuk menentukan strategi pengembangan infrastruktur dan pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa. Strengths: Mengidentifikasi kekuatan internal infrastruktur pariwisata di kedua lokasi. Weaknesses: Mengidentifikasi kelemahan internal infrastruktur pariwisata di kedua lokasi. Opportunities: Mengidentifikasi peluang eksternal untuk pengembangan infrastruktur pariwisata. Threats: Mengidentifikasi ancaman eksternal terhadap pengembangan infrastruktur pariwisata.

Profil Wilayah

Banda Neira

Banda Neira merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Banda di Provinsi Maluku yang dikenal memiliki nilai historis tinggi serta potensi sumber daya kelautan dan pariwisata yang signifikan. Wilayah ini terdiri atas beberapa desa/kelurahan yang tersebar di sejumlah pulau kecil. Berdasarkan data wilayah administratif Kecamatan Banda, terdapat 18 desa/kelurahan dengan total luas mencapai 170 km² dan jumlah penduduk sebanyak 21.787 jiwa. Kepadatan penduduk di tiap desa bervariasi, dengan Kampung Baru mencatatkan kepadatan tertinggi sebesar 537 jiwa/km², sedangkan Pulau Hatta memiliki kepadatan terendah yakni 43 jiwa/km². Variasi ini menunjukkan adanya ketimpangan distribusi penduduk yang dipengaruhi oleh karakteristik geografis, aksesibilitas, dan fungsi sosial-ekonomi masing-masing wilayah. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Profil wilayah kecamatan banda

Banda Neira mempresentasikan potensi pariwisata yang telah mendapatkan rekognisi internasional, menawarkan prospek signifikan bagi pengembangan ekonomi berkelanjutan melalui integrasi trifasial kekayaan sejarah kolonial, biodiversitas marine yang ekseptional, dan autentisitas warisan kultural yang distingtif. Kepulauan ini merepresentasikan nilai strategis sebagai lokus historis perdagangan rempah-rempah dengan artefak arsitektural berupa benteng-benteng peninggalan Portugis dan Belanda yang terpreservasi dengan baik, didukung oleh ekosistem terumbu karang yang masih mempertahankan orisinalitasnya serta lanskap vulkanik yang menjadi atraksi distingtif bagi segmen wisatawan dengan minat khusus. Pengembangan infrastruktur yang tepat disertai pengelolaan berbasis masyarakat dapat menjadi katalisator untuk transformasi sosio-ekonomi kawasan ini, dengan tetap mempertahankan integritas ekologis dan otentisitas budaya sebagai fondasi keberlanjutan jangka panjang. Potensi pengembangan banda neira dapat dianalisis dengan dianalsis dari segi atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan layanan penunjang yang ada.

Karimunjawa

Wisata yang tidak kalah cantik dari Banda Neira adalah Pulau Karimunjawa. Pulau Karimunjawa merupakan kawasan kepulauan yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini memiliki karakteristik unik sebagai destinasi wisata bahari dengan keanekaragaman hayati laut yang melimpah serta keindahan pantai yang menakjubkan. Terdiri dari 4 desa/kelurahan yang tersebar di beberapa pulau, Kecamatan Karimunjawa memiliki total luas wilayah mencapai 46,63 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 4.752 jiwa. Kepadatan penduduk di setiap desa bervariasi, dengan Desa Nyamuk mencatatkan kepadatan tertinggi sebesar 475 jiwa/km², sementara Desa Kemujan memiliki kepadatan terendah yakni 176 jiwa/km². Variasi kepadatan ini mencerminkan perbedaan karakteristik geografis, aksesibilitas, dan aktivitas ekonomi penduduk di masing-masing wilayah. Distribusi penduduk yang tidak merata ini menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan infrastruktur dan penyediaan layanan publik yang merata. Lebih lanjut, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

profil wilayah karimunjawa

Karimunjawa menawarkan potensi pariwisata yang luar biasa dengan daya tarik utama berupa Taman Nasional Karimunjawa yang menyimpan kekayaan ekosistem terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang terjaga kelestariannya. Kawasan ini menjadi habitat bagi berbagai spesies biota laut langka dan dilindungi, menjadikannya sebagai destinasi ideal untuk kegiatan snorkeling, menyelam, dan ekowisata bahari. Selain potensi bahari, wilayah ini juga memiliki warisan budaya masyarakat pesisir yang kaya dengan tradisi dan kearifan lokal dalam mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan. Pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat di Karimunjawa dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan autentisitas budaya sebagai aset utama kawasan ini. Potensi pengembangan Karimunjawa dapat dianalisis dari aspek daya tarik wisata, sarana prasarana, aksesibilitas, dan dukungan kebijakan yang terintegrasi.

Analisis: Bagaimana Kondisi 4A di Banda Neira dan Karimunjawa?

Atraksi

Atraksi wisata berkaitan dengan segala sesuatu yang menarik pengunjung untuk datang ke suatu tempat. Setiap destinasi wisata menyuguhkan daya tarik tersendiri yang membedakannya dari lokasi lainnya. Daya tarik wisata dapat berupa wisata alam, wisata buatan, wisata budaya, dan wisata petualangan. Hal ini juga berlaku untuk Karimunjawa dan Banda Neira yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan destinasi wisata lain di Indonesia. Keindahan alam bawah laut, kekayaan sejarah, dan budaya lokal menjadikan kedua tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi. Berikut ini adalah peta destinasi wisata di kedua tempat tersebut.

atraksi wisata karimunjawa

Berdasarkan visualisasi data pariwisata Karimunjawa, teridentifikasi sebanyak 35 (85%) destinasi wisata alam dan 6 (15%) destinasi wisata budaya dan sejarah dari total 41 objek wisata yang terdokumentasi. Dominasi wisata alam yang signifikan ini merepresentasikan kekayaan ekosistem maritim kepulauan Karimunjawa, dengan pantai-pantai sebagai atraksi utama seperti Pantai Tanjung Gelam, Pantai Annora, dan Pantai Batu Putih yang memiliki karakteristik panorama laut dan pasir putih yang ekseptional. Taman Nasional Karimunjawa menjadi landmark utama kawasan ini, dilengkapi dengan ekosistem mangrove yang terpreservasi sebagai destinasi edukasi ekologis. Sementara pada segmen wisata budaya, Makam Sunan Nyamplungan dan Alun-Alun Karimunjawa menjadi representasi kultural dan historis wilayah tersebut. Kepulauan Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini menawarkan positioning strategis sebagai destinasi ekowisata bahari utama dengan integrasi konservasi lingkungan dan pemberdayaan komunitas lokal dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Sedangkan, potensi wisata banda neira dapat dilihat pada peta berikut ini.

atraksi wisata banda neira

Berdasarkan pada gambar peta Banda Neira, terdapat 20 destinasi wisata alam (48%) dan 22 destinasi wisata budaya dan sejarah (52%). Wisata budaya dan sejarah menjadi yang paling dominan di kepulauan ini, yang mencerminkan kekayaan historis Banda Neira sebagai pusat perdagangan rempah-rempah pada masa kolonial. Beberapa objek wisata yang terkenal meliputi Benteng VOC Belgica, Rumah Pengasingan Bung Hatta, dan perkebunan pala yang menjadi ikon daerah ini. Di sisi lain, wisata alam yang menonjol termasuk Gunung Api Banda, Pantai Pasir Putih Pulau Syahrir, dan lokasi snorkeling Lava Flow yang menawarkan pemandangan bawah laut yang menakjubkan. Banda Neira sendiri merupakan bagian dari Kepulauan Banda di Maluku Tengah yang memiliki nilai sejarah tinggi sebagai bekas pusat perdagangan pala dunia dan lokasi pengasingan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.

Kepulauan Karimunjawa menawarkan beragam atraksi budaya seperti pertunjukan reog, pencak silat, dan Pesta Lomban "Bada Kupat" yang menjadi tradisi terpenting sebagai bentuk sedekah laut pada hari ketujuh setelah Idul Fitri. Masyarakat Karimunjawa didominasi Suku Jawa sehingga tradisi yang berkembang banyak dipengaruhi budaya Jawa, termasuk upacara khoul Sunan Nyamplungan yang menarik wisatawan budaya dan peziarah. Sementara itu, Banda Neira memiliki tradisi Lomba Belang atau Kora-Kora, perahu tradisional yang didayung oleh 30-33 orang dengan nilai sejarah tinggi sebagai sarana perang di masa lampau. Festival Banda Neira menampilkan karnaval budaya dan tarian kolosal di Benteng Belgica yang mencerminkan keberagaman budaya masyarakat setempat. Kekayaan budaya Banda Neira juga tercermin dalam tradisi kuliner khas yang memanfaatkan rempah pala sebagai bahan utama dalam berbagai hidangan seperti ikan kuah pala dan jus pala.

Amenitas

Amenity dalam konteks pariwisata mencakup berbagai fasilitas pendukung yang memberikan kenyamanan dan kebutuhan dasar bagi wisatawan. Komponen amenity meliputi kebutuhan akomodasi, kuliner, fasilitas umum, pelayanan kesehatan, juga perdagangan. Amenity berperan penting untuk menjaga kenyamanan selama kunjungan dan menentukan seberapa siap suatu destinasi menerima wisatawan dalam jumlah besar. Pada grafik berikut ini disajikan perbandingan jumlah fasilitas yang ada di Karimun Jawa dan Banda Neira.

jumlah poi amenitas di banda neira dan karimunjawa

Analisis data menunjukkan perbedaan jumlah fasilitas yang cukup menarik antara Karimunjawa dan Banda Neira. Karimunjawa memimpin dengan total 256 fasilitas dibanding 174 di Banda Neira. Sektor kuliner menjadi keunggulan utama Karimunjawa dengan 100 rumah makan dan restoran, hampir dua kali lipat dari 58 fasilitas serupa di Banda Neira. Tren serupa terlihat pada kategori perdagangan/retail (75:49) dan akomodasi penginapan (53:27). Menariknya, Banda Neira justru unggul dalam jumlah fasilitas ibadah dengan 40 lokasi dibanding 28 di Karimunjawa.

heatmap amenitas di banda neira

Pusat konsentrasi amenitas wisata di Banda Neira seperti hotel, restoran, tempat ibadah, dan toko terletak terutama di Pulau Banda Neira karena pulau ini berfungsi sebagai pintu gerbang utama masuknya wisatawan melalui pelabuhan dan bandara kecil. Selain menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi lokal, pulau ini juga memiliki aksesibilitas terbaik dibanding pulau-pulau sekitarnya yang lebih terpencil. Infrastruktur jalan yang memadai, kedekatan dengan atraksi sejarah seperti Benteng Belgica, serta aktivitas masyarakat yang lebih padat menjadikan Banda Neira sebagai lokasi paling strategis untuk pengembangan fasilitas pendukung wisata.

heatmap amenitas di karimunjawa

Dibandingkan dengan Banda Neira, amenitas di Karimunjawa memiliki distribusi yang lebih terorganisir dan tersebar di berbagai wilayah yang masih terjangkau di pulau seluas 46,63 km². Meskipun terdapat pusat kepadatan utama di bagian selatan (dekat pelabuhan dan pusat administrasi), persebaran amenitas juga menjangkau area utara dan timur pulau. Penyebaran ini mencerminkan strategi pengembangan wisata yang lebih merata, memungkinkan wisatawan untuk mengakses kenyamanan dan kebutuhan dasar di berbagai titik, bukan hanya di pusat keramaian. Hal ini bisa terjadi karena aksesibilitas yang cukup baik mengelilingi pulau, serta potensi daya tarik wisata yang tersebar di banyak lokasi pesisir, seperti pantai dan spot snorkeling.

Aksesibilitas

Aksesibilitas berkaitan dengan akses secara fisik dan non fisik destinasi wisata pada suatu wilayah. Akses fisik dibagi menjadi sarana transportasi dan sarana transportasi. Sedangkan, Akses non fisik yang ada kaitannya dengan pemberian informasi tentang destinasi yang akan dikunjungi dengan dibuat semenarik, selengkap, dan seakurat mungkin agar wisatawan merasa aman dan nyaman untuk mengunjungi destinasi tersebut.

Banda Neira dan Karimunjawa sama-sama memiliki simpul transportasi utama dari bandara dan pelabuhan, yaitu Bandara dan Pelabuhan Banda Neira; juga Pelabuhan Karimunjawa dan Bandara Dewadaru. Biasanya, wisatawan yang berlibur melewati simpul transportasi tersebut sebelum memasuki Banda Neira dan Karimunjawa. Di bawah ini, kami sajikan peta rute terdekat dari masing-masing pelabuhan ke tempat wisata atau lokasi atraksi yang ada di Banda Neira dan Karimunjawa.

rute aksesibilitas wisata banda neira

Berdasarkan gambar di atas, peta rute aksesibilitas wisata di Banda Neira menggambarkan jaringan konektivitas antara dua pelabuhan utama (Banda Neira dan Lonthoir) dengan berbagai destinasi wisata di kepulauan tersebut. Analisis menunjukkan bahwa destinasi wisata terkonsentrasi di Pulau Banda Neira dan Lonthoir dengan jalur transportasi yang terhubung baik melalui rute darat maupun laut. Di pulau utama Banda Neira, wisata yang paling dekat dari Pelabuhan Banda Neira adalah Rumah Budaya Banda Neira, dengan jarak 100 meter, sedangkan yang terjauh adalah Pantai Lautaka yang terletak di utara pulau dengan jarak 6,3 kilometer. Dapat dilihat juga di Pulau Banda Besar bahwa untuk sampai ke Pantai Lauta perlu untuk mengambil rute memutar dari Dermaga Lonthor sejauh 15,7 kilometer. Dengan demikian, pengembangan rute alternatif dan peningkatan konektivitas antar destinasi menjadi kebutuhan untuk mendukung pengembangan pariwisata Banda Neira secara menyeluruh.

rute aksesibilitas wisata karimunjawa

Peta rute aksesibilitas wisata di Karimunjawa menunjukkan jaringan konektivitas dari Pelabuhan Karimunjawa menuju berbagai destinasi wisata di kepulauan tersebut. Berbeda dengan peta Banda Neira sebelumnya, Karimunjawa hanya menampilkan satu titik keberangkatan utama yaitu Pelabuhan Karimunjawa, dengan sistem klasifikasi jarak tempuh yang serupa dengan Pulau Lonthor. Pola distribusi destinasi wisata di Karimunjawa tampak lebih merata, terutama di sepanjang garis pantai dan area pulau utama. Jalur konektivitas antar pulau ditunjukkan melalui garis biru yang merepresentasikan jalur laut, menghubungkan pulau utama dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya yang juga menawarkan objek wisata. Di antara berbagai titik tersebut, hutan Alas Jambu Mete yang terletak di ujung utara pulau utama merupakan destinasi wisata terjauh yang dapat diakses dari pelabuhan.

Ancillary/Layanan Penunjang

Ancillary berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau orang-orang yang mengurus destinasi tersebut. Contohnya antara lain pusat informasi wisata, agen perjalanan, bank dan ATM, serta toko suvenir dan oleh-oleh. Berkaitan dengan pusat informasi wisata, Karimunjawa dan Banda Neira telah memiliki beberapa pusat informasi wisata di destinasi unggulannya. Namun, pada beberapa pantai di Karimunjawa masih belum memiliki papan informasi wisata. Hal ini sebenarnya tidak menjadi masalah di zaman modern ini, karena informasi wisata dapat diakses melalui media sosial. Branding suatu tempat dan informasi yang terkandung di dalamnya sudah dapat diakses dengan lebih mudah. Berikut ini dapat dilihat persebaran layanan penunjang di banda neira.

layanan penunjang banda neira

Gambar di atas menampilkan tiga kategori layanan pendukung wisata yang terdistribusi di wilayah tersebut, yaitu ATM dan bank (6 titik), agen perjalanan (8 titik), serta toko souvenir dan oleh-oleh (36 titik). Persebaran fasilitas pendukung wisata tersebut terkonsentrasi di beberapa area strategis pulau, khususnya di sekitar kawasan pemukiman dan pusat aktivitas wisatawan. Data ini mengindikasikan bahwa Banda Neira telah memiliki infrastruktur pendukung pariwisata yang cukup beragam, dengan dominasi toko souvenir dan oleh-oleh yang mencapai 36 titik lokasi. Kondisi ini menunjukkan adanya respons ekonomi lokal terhadap perkembangan sektor pariwisata di kawasan tersebut, meskipun aspek layanan finansial dan jasa perjalanan masih relatif terbatas. Namun, perlu dicatat bahwa terdapat layanan finansial informal yang tidak tercantum pada peta tersebut, seperti jasa penarikan uang melalui agen/kios di warung. Selain itu, jasa perjalanan juga banyak ditawarkan oleh agen penyedia jasa open trip yang mungkin tidak terpetakan secara komprehensif. Berbeda dengan banda neira, layanan penunjang di karimunjawa dapat dilihat pada gambar berikut.

layanan penunjang karimunjawa

Gambar di atas menampilkan peta persebaran layanan penunjang wisata di Karimunjawa. Berbeda dengan Banda Neira yang sebelumnya dibahas, Karimunjawa memiliki pola distribusi layanan penunjang yang cukup distinct. Pada Karimunjawa teridentifikasi tiga kategori layanan pendukung, yaitu ATM dan bank (5 titik), agen perjalanan (30 titik), serta toko souvenir dan oleh-oleh (15 titik). Jika dibandingkan dengan Banda Neira, terdapat perbedaan signifikan dalam komposisi layanan pendukung pariwisata. Banda Neira memiliki dominasi toko souvenir dan oleh-oleh dengan 36 titik lokasi, sementara di Karimunjawa justru agen perjalanan yang mendominasi dengan 30 titik lokasi. Hal ini mengindikasikan karakteristik pengembangan pariwisata yang berbeda pada kedua destinasi. Karimunjawa tampak lebih fokus pada penyediaan jasa perjalanan, yang mungkin terkait dengan kebutuhan transportasi antar pulau dan eksplorasi kawasan wisata yang tersebar. Secara spasial, persebaran layanan penunjang di Karimunjawa juga memperlihatkan pola yang lebih terkonsentrasi pada beberapa area strategis, terutama di bagian selatan dan timur pulau, menunjukkan adanya pengembangan kawasan pariwisata yang lebih terstruktur dibandingkan dengan pola yang terlihat di Banda Neira.

Strategi Pengembangan Wisata

Strategi pengembangan wisata di Karimunjawa dan Banda neira dilakukan dengan menggali SWOT pada masing masing komponen 4A. Strategi pengembangan wisata penting guna mengoptimalkan potensi pariwisata yang dimiliki kedua kepulauan tersebut. Dengan melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada setiap komponen, pengelola wisata dapat merumuskan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan daya saing destinasi, memperbaiki kualitas layanan, dan menciptakan pengalaman wisata yang berkesan bagi pengunjung. Selain itu, strategi yang tepat juga memungkinkan pembangunan pariwisata berkelanjutan yang memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya lokal, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Berikut ini adalah matriks analisis SWOT 4A di Banda Neira.

matriks SWOT di banda neira

Selanjutnya, berikut ini adalah matriks analisis SWOT wisata di Karimunjawa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

matriks SWOT di karimunjawa

Kesimpulan

Berdasarkan kajian infrastruktur pariwisata menggunakan pendekatan Geographic Information System (GIS), Banda Neira dan Karimunjawa menunjukkan karakteristik pariwisata yang berbeda namun saling melengkapi dalam pengembangan pariwisata bahari Indonesia. Banda Neira unggul dalam wisata budaya-sejarah (52%) dan Karimunjawa dominan dalam wisata alam (85%). Analisis distribusi spasial mengungkapkan infrastruktur Banda Neira terpusat di Pulau Banda Neira dan Lonthoir sementara Karimunjawa lebih terorganisir dan tersebar, meskipun keduanya masih menghadapi tantangan konektivitas antar pulau. Perbandingan komponen 4A menunjukkan keunggulan masing-masing destinasi dengan Karimunjawa memimpin dalam total fasilitas (256:174) terutama di sektor kuliner, retail, dan akomodasi, sementara Banda Neira unggul dalam fasilitas ibadah. Kesenjangan infrastruktur teridentifikasi pada aspek preservasi bangunan bersejarah dan keterbatasan jalur alternatif di Banda Neira, serta aspek keberlanjutan lingkungan dan manajemen daya dukung di Karimunjawa. Oleh karena itu, strategi pengembangan terintegrasi direkomendasikan dengan fokus pada pelestarian warisan sejarah-budaya dan peningkatan konektivitas di Banda Neira, serta pengelolaan daya dukung lingkungan dan diversifikasi atraksi di Karimunjawa, yang keduanya berpotensi menjadi model pengembangan pariwisata bahari berkelanjutan yang meningkatkan perekonomian lokal sekaligus melestarikan kekayaan alam dan budaya.

Daftar Pustaka

Anuraga, J. L. Y. (2021). Jalur Rempah Banda, Antara Perdagangan, Penaklukan Dan Percampuran: Dinamika Masyarakat Banda Neira Dilihat Dari Sosio-Historis Ekonomi Rempah The Banda Spice Route, Between Trade, Conquest. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 23(3).

Arianto, M. F. (2020). Potensi wilayah pesisir di negara Indonesia. Jurnal Geografi, 10(1), 204-215.

Marfai, M. A., Mardiatno, D., Wibowo, A. A., Utami, N. D., Jihad, A., Sudarno, A., & Lubis, N. A. Z. (2021). Kajian pengelolaan pesisir berbasis ekowisata di Kepulauan Karimunjawa. Yogyakarta: Ugm Press.

Rasyid, R., Berhitu, P. T., & Metekohy, E. F. (2024). Konsep Kota 15 Menit: Peluang dan Tantangan Penerapannya pada Kota Pulau. Jurnal Syntax Admiration, 5(11), 4577-4591.

Sabir, M. R. P., & Mokodompit, E. A. (2023). Analisis Potensi Maritim Indonesia. Diakses dari https://doi.org/10.31219/osf.io/dnrt3

Subagiyo, A., Wijayanti, W. P., & Zakiyah, D. M. (2017). Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Data Publications

Penentuan Lokasi Rencana Tempat Pengungsian Banjir Berdasarkan Sebaran Kelompok Rentan dan Zona Bahaya di Kota Bogor

Climate & Disaster

07 May 2025

Zelina Mariyori Wazlir

Penentuan Lokasi Rencana Tempat Pengungsian Banjir Berdasarkan Sebaran Kelompok Rentan dan Zona Bahaya di Kota Bogor

Analisis penentuan lokasi tempat pengungsian banjir di Kota Bogor menunjukkan bahwa tujuh sekolah berada dalam kategori sangat layak berdasarkan kombinasi kriteria spasial dan distribusi kelompok rentan di zona bahaya banjir. Titik-titik ini berada di kelurahan prioritas dan dapat dijangkau dalam radius ≤ 500 meter oleh populasi terdampak dengan berjalan kaki, sehinga dapat menjadi lokasi prioritas untuk evakuasi darurat. Sekolah juga menjadi alternatif yang fungsional dan strategis dalam mendukung upaya pengurangan risiko bencana banjir secara inklusif dan tepat sasaran.

20 min read

49 view

4 Data

1 Projects

Analisis Potensi Lokasi Cabang untuk Toko Skincare di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Retail

07 May 2025

Clarisa Nadia

Analisis Potensi Lokasi Cabang untuk Toko Skincare di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

site selection for skincare retail

11 min read

65 view

1 Data

1 Projects

Analisis Lokasi Strategis Iklan Digital Skincare Pria di Kota Bandung Menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS)

Consumer Goods

08 May 2025

Naufal Mumtaz

Analisis Lokasi Strategis Iklan Digital Skincare Pria di Kota Bandung Menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS)

Strategic Location for Online Marketing of Men's Skincare Products in Bandung City

5 min read

66 view

Transformasi Pola Kerusakan Infrastruktur Gaza: Analisis Spasio-Temporal 2023-2024

Government

25 Apr 2025

HIMA SAIG UPI

Transformasi Pola Kerusakan Infrastruktur Gaza: Analisis Spasio-Temporal 2023-2024

Gaza endures escalating conflict causing widespread infrastructure damage. This article analyzes UNOSAT data to visualize damage patterns between November 2023 and September 2024, revealing a dramatic increase in destruction across Gaza.

12 min read

149 view

1 Projects

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at
  • mapid-ai-maskot