Analisis Jangkauan Layanan BisKita Trans Depok: Studi Kasus Koridor K1 (Terminal Depok Baru - LRT Harjamukti)

02 April 2025

By: Amanda Apsarini Widyadhari

Open Data

DEMOGRAFI DI KOTA DEPOK SEMESTER II TAHUN 2024

Open Data

TITIK SEBARAN HALTE KORIDOR K1 BISKITA TRANS DEPOK DI KOTA DEPOK TAHUN 2025

Open Data

POI BERBAGAI SEKTOR DI KOTA DEPOK TAHUN 2025

Open Project

JANGKAUAN LAYANAN BISKITA TRANS DEPOK DI KOTA DEPOK TAHUN 2025

Analisis Jangkauan Layanan BisKita Trans Depok: Studi Kasus Koridor K1 (Terminal Depok Baru - LRT Harjamukti)

PENDAHULUAN

Transportasi publik merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan. Ketersediaan sistem transportasi yang terjangkau, terintegrasi, dan mudah diakses tidak hanya mendukung efisiensi mobilitas masyarakat, melainkan juga berkontribusi terhadap pengurangan penggunaan kendaraan pribadi, penurunan emisi, serta pemerataan akses terhadap pusat-pusat kegiatan kota. Pada wilayah metropolitan seperti Jabodetabek, tantangan transportasi menjadi isu strategis karena tingginya intensitas aktivitas dan pertumbuhan wilayah yang tidak selalu diimbangi dengan infrastruktur pelayanan publik yang merata.

Sebagai bagian dari kawasan penyangga DKI Jakarta, Kota Depok terus mengalami pertumbuhan aktivitas perkotaan yang dinamis. Pemerintah Kota Depok menanggapi kebutuhan mobilitas masyarakat melalui penyediaan layanan Bus Rapid Transit (BRT) BisKita Trans Depok. Meskipun layanan ini masih berada dalam tahap awal dengan satu koridor, evaluasi terhadap jangkauan layanan menjadi penting untuk melihat sejauh mana layanan tersebut mampu menjangkau pusat-pusat aktivitas masyarakat di kota. Analisis spasial terhadap jangkauan layanan dapat menjadi dasar penting dalam menilai efektivitas sistem transportasi publik serta merumuskan arah pengembangan layanan ke depan secara lebih merata dan responsif terhadap kebutuhan ruang kota. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jangkauan layanan BisKita Trans Depok serta mengevaluasi ketercakupan layanan tersebut terhadap sebaran aktivitas masyarakat di Kota Depok yang direpresentasikan melalui persebaran Point of Interest (POI).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data spasial yang terdiri dari titik lokasi halte BisKita Trans Depok, peta administrasi wilayah Kota Depok, serta peta sebaran aktivitas kota yang direpresentasikan dalam bentuk Point of Interest (POI). Informasi titik halte BisKita Trans Depok diperoleh dari aplikasi MitraDarat dan dilakukan digitasi. Sementara itu, data administrasi wilayah Kota Depok dan sebaran POI diperoleh dari database MAPID. Dengan peta administrasi wilayah digunakan untuk memberikan konteks wilayah yang dilayani.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini berbasis pendekatan spasial berupa pembuatan jangkauan layanan sejauh 400 meter dari masing-masing titik halte menggunakan fitur radius/buffer pada toolbox GEO MAPID.

Berdasarkan acuan oleh para perencana dalam mengukur jangkauan layanan transportasi publik berada pada kisaran 400 hingga 800 meter (El-Geneidy et al., 2009; Hess, 2009; Hsiao et al., 1997; Kimpel et al., 2007; Lovett et al., 2002, seperti dikutip dalam Kusuma et al., 2017).

Pemetaan POI akan memanfaatkan fitur INSIGHT MAPID. Pada penelitian ini POI dibatasi pada pendidikan, pemerintahan, kesehatan, transportasi, dan rekreasi/ruang publik dengan skala layanan dari tingkat kelurahan hingga kota.

Kajian aksesibilitas transportasi publik di kawasan metropolitan umumnya memanfaatkan data spasial POI yang menggambarkan distribusi titik pusat kota, bangunan penting, landmark, ruang terbuka publik, serta fasilitas umum lainnya (Saghapour et al., 2016 sebagaimana dikutip dalam Valentine et al., 2023).

Klasifikasi POI Kota Depok

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peta Persebaran Halte BisKita Trans Depok di Kota Depok

Titik-titik halte berwarna biru disimbolkan sebagai halte dengan rute Terminal Depok Baru – LRT Harjamukti dan titik-titik berwarna kuning disimbolkan sebagai halte dengan rute LRT Harjamukti - Terminal Depok Baru. Disimpulkan sebaran halte BisKita Trans Depok pada Koridor Terminal Depok Baru – LRT Harjamukti membentuk pola linier yang mengikuti jalur utama kota, dengan konsentrasi titik layanan di wilayah tengah hingga timur Kota Depok. Sedangkan wilayah barat seperti Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari, ataupun Kecamatan Cinere belum tercakup layanan halte dalam koridor ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan koridor BisKita masih berada pada tahap awal dan belum menjangkau seluruh wilayah kota secara merata. Adapun keberadaan halte LRT Harjamukti yang memiliki jarak cukup jauh dari halte Nurul Falah atau Cisalak I disebabkan jalur yang dilewati yaitu jalan tol. Namun ini juga menjadi langkah strategis untuk mewujudkan sistem transportasi yang terintegrasi, terutama dengan moda LRT yang dapat menghubungkan Depok dengan pusat Jakarta. Namun tetap diperlukan pengembangan koridor lanjutan yang mampu memperluas jangkauan layanan transportasi publik ke wilayah yang belum tersentuh, terutama kawasan dengan kepadatan penduduk dan aktivitas tinggi di luar koridor eksisting.

Peta Jangkauan Layanan Halte BisKita Trans Depok dengan Radius 400 Meter

Menggunakan buffer 400 meter menggambarkan area potensial yang dapat dijangkau oleh pengguna dengan berjalan kaki dari titik halte. Pola radius antar halte menunjukkan sebagian besar area layanan saling beririsan, menciptakan jangkauan yang cukup rapat di sepanjang koridor sehingga pengguna bus dapat memilih lebih dari satu titik naik/turun. Namun terdapat beberapa titik dengan jarak antar radius yang renggang, sehingga berpotensi menyebabkan potensi keterbatasan jangkauan terhadap permukiman atau fasilitas publik yang berada di luar radius tersebut. Kemudian penting untuk memastikan kemudahan akses dari dan menuju halte benar-benar efektif menjangkau kebutuhan mobilitas masyarakat. Oleh karena itu, integrasi dengan moda pengumpan seperti angkutan kota, jalur pedestrian yang aman dan nyaman, serta penambahan halte pada titik-titik strategis yang belum terjangkau dapat menjadi langkah lanjutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan transportasi publik di Kota Depok.

Peta Jangkauan Layanan Halte BisKita Trans Depok terhadap POI

Hasil analisis sebaran titik fasilitas publik (POI) dan kepadatan penduduk dengan titik halte BisKita Trans Depok pada tahap pertama yaitu Koridor K1 menunjukkan bahwa sebagian besar halte yang ada saat ini berada di zona dengan klasifikasi "tidak sesuai" atau bahkan "sangat tidak sesuai", sehingga belum menjangkau wilayah-wilayah yang memiliki kebutuhan layanan tinggi. Hal ini menimbulkan adanya gap antara orientasi jaringan rute dan kebutuhan spasial riil di lapangan. Di sisi lain, rute Transjakarta D11 yang juga menghubungkan Terminal Depok Baru dengan Cawang Sentral melalui Jalan Ir. H. Juanda sebenarnya telah memberikan layanan alternatif untuk koridor serupa, meskipun belum secara signifikan mengisi gap layanan yang ditunjukkan oleh peta sebaran POI dan penduduk. Dalam konteks ini, pernyataan Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok, Zamrowi, menekankan bahwa keberadaan halte di kawasan Tole Iskandar dan Simpangan memiliki fungsi melayani penumpang lokal menjadi pembeda penting antara Trans Depok dan rute Transjakarta D11 yang lebih berorientasi pada pergerakan antar simpul. Meskipun secara spasial wilayah yang benar-benar membutuhkan layanan berdasarkan analisis POI dan demografi belum sepenuhnya terlayani. Oleh karena itu, pengembangan koridor lanjutan sebaiknya mempertimbangkan distribusi kebutuhan spasial agar tercipta layanan yang lebih merata, adil, dan berbasis kebutuhan.

KESIMPULAN

Analisis menunjukkan bahwa sebaran halte BisKita Trans Depok Koridor K1 masih terkonsentrasi di jalur utama kota dengan pola linier, dan memiliki akses layanan yang cukup berkesinambungan dalam radius 400 meter. Namun, jangkauan layanan halte terhadap wilayah dengan kepadatan penduduk dan persebaran POI tinggi masih terbatas, sehingga belum sepenuhnya menjawab kebutuhan spasial masyarakat. Adapun tahap awal pengembangan BisKita Trans Depok ini lebih berorientasi pada aksesibilitas antar simpul, khususnya integrasi dengan moda lain seperti LRT. Oleh karena itu, pengembangan koridor lanjutan perlu diarahkan untuk memperluas cakupan secara merata dan berbasis kebutuhan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, A., Arisyi, D. G., & Tjahjono, T. (2017). Persepsi Pejalan Kaki di Akhir Perjalanan Harian. Jurnal Transportasi, 17(3). http://journal.unpar.ac.id/index.php/journaltransportasi/article/download/2867/2457

Ramadhanty, D. A., & Pratama, A. M. (2024, July). Biskita Trans Depok Ditargetkan Bisa Beroperasi di Lima Koridor. https://megapolitan.kompas.com/read/2024/07/04/19072591/biskita-trans-depok-ditargetkan-bisa-beroperasi-di-lima-koridor

Valentine, V., Devi, M. K., & Pramana, A. Y. E. (2020). Jangkauan Layanan Trans Jogja terhadap Sebaran Aktivitas di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Jurnal Transportasi, 20(3).

Data Publikasi

ANALISIS KESESUAIN LAHAN DALAM PEMERATAAN FASILITAS SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE OVERLAY
STUDI KASUS KEBUPATEN CIANJUR

Perencanaan Kota

15 Agt 2025

Melati Utami

ANALISIS KESESUAIN LAHAN DALAM PEMERATAAN FASILITAS SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE OVERLAY STUDI KASUS KEBUPATEN CIANJUR

Analisis spasial menggunakan GIS untuk menilai kesesuaian lahan dalam mendukung pemerataan lokasi sekolah dasar, guna meningkatkan akses pendidikan yang merata dan berkelanjutan.

23 menit baca

246 dilihat

1 Proyek

Analisis Efisiensi Rute Trans Metro Bandung (TMB)

Transportasi

15 Agt 2025

Merryndriani Gabrielia Mour Suardy

Analisis Efisiensi Rute Trans Metro Bandung (TMB)

Bandung kini menyandang predikat kota termacet ke-12 di dunia menurut TomTom Traffic Index (2024). Sejak 2009, Trans Metro Bandung hadir sebagai harapan baru untuk mengurangi kendaraan pribadi dan menghidupkan kembali kepercayaan masyarakat pada transportasi umum. Namun, kenyataannya jumlah penumpang terus menurun, sementara jumlah kendaraan hampir menyamai jumlah penduduk. Publikasi ini mengupas seberapa efisien TMB beroperasi di tiap koridor dan apa yang membuat sebagian wilayah masih tertinggal dalam akses layanan.

19 menit baca

182 dilihat

1 Proyek

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Sosial

21 Agt 2025

Nuryabilla Utami

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Pada era digitalisasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi alat penting untuk menganalisis potensi penyerapan tenaga kerja.. Tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 68,92%, namun terdapat 2.619 pencari kerja dan hanya 1.067 yang terserap, menunjukkan adanya mismatch kualifikasi dan ketimpangan distribusi kerja. Analisis spasial ini memetakan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, aksesibilitas, lokasi industri, dan tingkat pendidikan untuk mendukung perencanaan wilayah, pengembangan kawasan industri/UMKM, serta kebijakan peningkatan kesempatan kerja di Kota Tasikmalaya.

27 menit baca

226 dilihat

1 Proyek

Analisis Lokasi Potensial Pengembangan Usaha Mie Ayam di Kota Yogyakarta

Makanan dan Minuman

31 Jul 2025

Muhammad Dwi Arfian

Analisis Lokasi Potensial Pengembangan Usaha Mie Ayam di Kota Yogyakarta

Eksplorasi persebaran titik eksisting tempat makan mie ayam dan melihat potensi peluang baru di tengah-tengah persaingan. Artikel ini menyajikan gambaran dan penjelasan singkat terkait bagaimana persebaran dan kepadatan titik eksisting tempat makan mie ayam di Kota Yogyakarta. Selain itu, juga melihat potensi peluang lokasi baru untuk pengembangan usaha mie ayam. Fitur INSIGHT dari GEO MAPID digunakan dalam proses analisis dalam artikel ini.

11 menit baca

326 dilihat

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat