Analisis Kemampuan Lahan Wilayah Perencanaan (WP) Ulu Belu - Kab. Tanggamus - Prov. Lampung

27 Mei 2025

By: Weka

Open Data

BATAS

Open Data

JALAN

Open Project

SKL WP Ulu Belu

Analisis Kemampuan lahan
GAMBARAN WILAYAH

Wp Ulu Belu merupakan bagian dari Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung yang secara geografis terletak pada 104°24’–104°38’ Bujur Timur dan antara 5°12’–5°22’ Lintang Selatan. WP Ulu Belu berada di wilayah bagian barat Kecamatan Ulu Belu dengan batas wilayah sebagai berikut:

  • Utara : Gunung Ulu Belu
  • Timur : Kec. Pulau Panggung
  • Selatan : Desa Gunung Tiga
  • Barat : Desa Penantian Ulu Belu

Secara administratif, WP Ulu Belu memiliki luas wilayah sebesar 5.071,57 Ha dengan rincian sebagai berikut:

PETA ADMIN

Analisis kemampuan lahan ini bermaksud untuk mengkaji tingkatan kemampuan lahan untuk kawasan pada wilayah perencanaan berdasarkan aspek fisik dasar. Aspek dasar ini merupakan salah satu materi yang diperlukan dalam rencana pengembangan, hal ini seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M.2007 tentang pedoman teknik analisis fisik dan lingkungan, ekonomi serta sosial budaya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang.

Analisis yang bertujuan mengetahui seberapa besar kemampuan lahan untuk dapat mendukung upaya pemanfaatan lahan. Analisis kemampuan lahan ini sekaligus untuk mengetahui faktor – faktor fisik lahan yang bersifat menghambat dan tidak menghambat dalam upaya pemanfaatan lahan. Output dari analisis ini adalah berupa peta kelas kemampuan lahan (zonasi) yang terdiri dari kawasan kemungkinan (pengembangan), kawasan kendala dan kawasan limitasi, yang merupakan gambaran dari tingkatan kemampuan lahan pada daerah penelitian.

Aspek-aspek fisik kemampuan lahan dikenal dengan Satuan Kemampuan Lahan (SKL), terdiri dari:

  • Satuan Kemampuan Lahan Morfologi (SKL Morfologi)
  • Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng (SKL Kestabilan Lereng)
  • Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi (SKL Kestabilan Pondasi)
  • Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air (SKL Ketersediaan Air)
  • Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana (SKL Kerentanan Bencana)
  • Satuan Kemampuan Lahan Drainase (SKL Drainase)
  • Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah (SKL Pembuangan Limbah)
  • Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi (SKL Erosi)
  • Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan di Kerjakan (SKL Kemudahan Dikerjakan)

1. S1. Satuan Kemampuan Lahan Morfologi

Analisis SKL Morfologi dilakukan untuk mengetahui wilayah dengan morfologi yang sesuai dalam pengembangan kawasan terbangun. . Dalam melakukan analisis morfologi diperlukan peta kemiringan, dan peta morfologi. Kriteria untuk SKL Morfologi di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

parameter skoring SKL Morofologi

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

Hasil SKL Morfologi

Satuan Kemampuan Lahan Morfologi di WP Ulu Belu didominasi kelas kurang (1.893,42 Ha) dan kelas sedang (1.877,72 Ha). Dari aspek morfologi, sebagian besar wilayah berada di tingkat kurang hingga sedang. Untuk kelas pengembangan tinggi dari satuan kemampuan lahan morfologi di WP Ulu Belu seluas 315,84 Ha.

Peta SKL Morfologi WP Ulu Belu

2. S2.uSatuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

Analisis SKL Kestabilan lereng ini dilakukan untuk mengetahui kondisi lahan yang berkaitan dengan kestabilan dan kemudahan pengembangan lahan. Kestabilan dalam analisis ini belum memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh pengaruh gempa. Kestabilan yang memperhitungkan efek gempa tersebut dianalisis dalam satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi.

Parameter skoring SKL Lereng

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

Hasil SKL Lereng

Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng di WP Ulu Belu didominasi kelas kurang (2.148,74 Ha) dan kelas sedang (1.877,72 Ha). Dari aspek Kestabilan Lereng, wilayah berada di tingkat kurang hingga sedang. Adapun kelas pengembangan tinggi dari satuan kemampuan lahan kestabilan lereng di WP Uu Belu seluas 315,84 Ha.

Peta SKL Lereng

3. S3.uSatuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

Analisis SKL Kestabilan Pondasi dilakukan untuk mengetahui tingkatan kemampuan lahan dalam mendukung bangunan kawasan serta sarana dan prasarananya dalam menunjang pemanfaatan lahan untuk kegiatan kawasan. Analisis satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi hampir sama dengan analisis satuan kemampuan lahan kestabilan lereng, namun pada analisis SKL kestabilan pondasi pengaruh gempa diperhitungkan.

Pembobotan SKL Pondasi

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

Hasil SKL Pondasi

Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi di WP Ulu Belu didominasi kelas sedang (3.278,68 Ha). Dari aspek Kestabilan Pondasi , sebagian besar wilayah berada di tingkat sedang. Adapun kelas pengembangan tinggi untuk satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi di WP Ulu Belu seluas 155,08 Ha.

Peta SKL Kestabilan Pondasi

4. S4. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air

Analisis SKL Ketersediaan Air pada suatu lahan merupakan hal yang sangat penting, mengingat fungsi air tanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai kebutuhan, terutama di saat kemarau panjang dimana air permukaan tidak mencukupi. Bertolak dari hal tersebut, maka analisis satuan kemampuan ini dilakukan dengan maksud untuk megetahui kemampuan lahan dalam menunjang ketersediaan air. Analisis ketersediaan air dilakukan dengan menilai Daerah Aliran Sungai, curah hujan dan penutupan lahan di wilayah kajian.

pembobotan ketersediaan air

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

hasil ketersediaan air

Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air di WP Ulu Belu didominasi kelas sedang (2.637,63 Ha) dan kelas rendah (2.283,68 Ha). Dari aspek Ketersediaan Air, sebagian besar wilayah berada di tingkat kurang hingga sedang. Adapun kelas pengembangan tinggi dari satuan lahan ketersediaan air di WP Ulu Belu seluas 150,26 Ha.

peta skl ketersediaan air

5. S5. Satuan Kemampuan Lahan Bencana Alam

Analisis SKL Bencana Alam dilakukan untuk mengetahui kondisi lahan yang berhubungan dengan kemampuan lahan terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. Pengenalan secara dini terhadap lahan yang mungkin berpotensi terjadinya bencana alam akan bermanfaat dalam usaha antisipasi ataupun menghindari pemanfaatan pada lahan yang berpotensi bencana alam.

pembobotan skl bencana alam

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

hasil skl rawan bencana

Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana di WP Ulu Belu didominasi kelas sedang (1.792,68 Ha) dan kelas rendah (1.165,91 Ha). Dari aspek Kerentanan Bencana, sebagian besar wilayah berada di tingkat kurang hingga sedang. Adapun kelas pengembangan tinggi dari satuan kemampuan lahan rawan bencana WP Ulu Belu seluas 178,19 Ha.

peta skl bencana alam

6. S6. Satuan Kemampuan Lahan Drainase

Analisis SKL Drainase dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari. Peta SKL ini merupakan overlay dari peta topografi, peta kemiringan lereng, dan peta curah hujan yang masing-masing diberi bobotnya sesuai dengan karakteristikmya sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini.

pembobotan skl drainase

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

hasil skl drainase

Satuan Kemampuan Lahan Drainase di WP Ulu Belu didominasi kelas sedang (3.198,74 Ha). Dari aspek Drainase, sebagian besar wilayah memiliki kemampuan mematuskan air hujan tingkat sedang. Adapun kelas pengembangan tinggi dari satuan kemampuan lahan drainase di WP Ulu Belu seluas 727,53 Ha.

peta skl drainase

7. S7.uSatuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

Analisis SKL Pembuangan Limbah dilakukan untuk mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.

pembobotan skl limbah

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

hasil skl pembuangan limbah

Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah di WP Ulu Belu didominasi kelas sedang (1.926,08 Ha) dan kelas kurang (1.756,76 Ha). Dari aspek SKL Pembuangan Limbah, sebagian besar wilayah memiliki kemampuan lahan untuk dijadikan lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah di tingkat kurang hingga sedang. Adapun kelas pengembangan tinggi dari satuan kemampuan lahan pembuangan limbah di WP Ulu Belu seluas 98,10 Ha.

peta skl pembuangan limbah

8. S8.uSatuan Kemampuan Lahan Erosi

Analisis SKL Erosi dilakukan untuk mengetahui tingkat keterkikisan tanah di wilayah atau kawasan perencanaan, mengetahui ketahanan lahan terhadp erosi, memperoleh gambaran batasan pada masing-masing tingkatan kemampuan terhadap erosi. Mengetahui daerah yang peka terhadap erosi dan perkiraan pengendapan hasil erosi tersebut pada bagian hilir. Peta yang dibutuhkan dalam analisis ini, yaitu: peta permukaan, peta geologi, peta morfologi, peta kemiringan lereng. Data hidrologi dan klimatologi dan penggunaan lahan. Setelah data-data tersebut dianalsis maka akan menghasilkan peta SKL terhadap erosi.

pembobotan skl erosi

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

hasil skl erosi

Satuan Kemampuan Lahan Terhadap Erosi di WP Ulu Belu didominasi kelas sedang (3.744,19 Ha). Dari aspek kemampuan lahan terhadap Erosi, sebagian besar wilayah berada di tingkat kurang. Adapun kelas pengembangan tinggi dari satuan kemampuan lahan erosi di WP Ulu Belu seluas 608,63 Ha.

peta skl erosi

9. S9. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan

SKL kemudahan dikerjakan berfungsi untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali / dimatangkan dalam proses pembangunan / pengembangan kawasan.

pembobotan skl kemudahan dikerjakan

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Keterangan:

*) Sistem Lahan BIG, 2013

**) Nilai dalam kurung merupakan penjumlahan dari seluruh bobot

hasil skl kemudahan dikerjakan

Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan di Kerjakan di WP Ulu Belu didominasi kelas sedang (4.000,23 Ha). Dari aspek kemudahan dikerjakan, sebagian besar wilayah berada di tingkat sedang. Adapun kelas pengembangan tinggi dari satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan di WP Ulu Belu seluas 918,03 Ha.

peta skl kemudahan dikerjakan

10. 10. Analisis Kemampuan Lahan

Analisis Kemampuan lahan adalah upaya untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan dalam kegiatan perkotaan dan sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan. Dari tahapan SKL diatas, diperoleh nilai-nilai dari kemampuan pada masing-masing lahan.

Analisis dilakukan dengan superimpose semua satuan kemampuan lahan tersebut dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh SKL dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di kawasan perencanaan. Dari total nilai, diklasifikasikan dalam beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total nilai.

klasifikasi kemampuan lahan

Sumber: Permen PU No. 20/Prt/M/2007 Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

hasil kemampuan lahan

Kemampuan Lahan pada WP Ulu Belu didominasi kemampuan pengembangan sedang. Kemampuan pengembangan tinggi di WP Ulu Belu seluas 644,31 Ha. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai dasar penyusunan rencana pola ruang dan rencana struktur ruang sehingga alokasi rencana sesuai dengan kondisi kemampuan lahan dan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan maupun ancaman keselamatan bagi masyarakat.

peta kemampuan lahan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:

  • Analisis kemampuan lahan berguna untuk menentukan alokasi ruang sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan rencana pola ruang dan struktur ruang yang menentukan perkembangan suatu wilayah dalam penyusunan dokumen rencana tata ruang skala wilayah ataupun detail.
  • Hasil analisis kemampuan lahan menjadi salah satu kunci keberhasilan suatu wilayah dalam mempertahankan pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan ekologi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
  • WP Ulu Belu sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemampuan pengembangan lahan sedang yang berarti kemampuan lahan wilayah tersebut cukup baik dikembangan kegiatan terbangun dengan tetap memperhatikan limitasi pada area dengan kemampuan pengembangan lahan rendah dan sangat rendah.
  • Kemampuan pengembangan lahan rendah dan sangat rendah di WP Ulu Belu sangat baik dikembangkan untuk area ruang terbuka hijau pasif, perkebunan, peternakan, dan kegiatan lain terkait pelestarian lingkungan.
  • Pembangunan infrastruktur pada area dengan kemampuan pengembangan lahan tingkat rendah dan sangat rendah perlu memperhatikan keselamatan masyarakat disekitarnya dan berpedoman pada SNI infrastruktur ataupun peraturan perundangan yang berlaku.

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

138 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

344 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

222 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

177 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot