Analisis Risiko dan Rencana Kontingensi Erupsi Gunung Gamalama di Pulau Ternate Tahun 2024

05/08/2024 • HIMA SAIG UPI

Potensi Bencana

Potensi Bencana


Analisis Risiko dan Rencana Kontingensi Erupsi Gunung Gamalama di Pulau Ternate Tahun 2024
Analisis Risiko dan Rencana Kontingensi Erupsi Gunung Gamalama di Pulau Ternate Tahun 2024

Disusun Oleh : Alfarizy Fajril Maulad, Esya Aprisally Putri

Pendahuluan

Pulau Ternate, yang terletak di Maluku Utara, Indonesia, ditandai dengan topografi dan gunung berapi aktif, Gunung Gamalama. Kondisi geomorfiknya, termasuk aktivitas gunung berapi, iklim tropis, dan karakteristik geologis skala kecil, menjadikannya lokasi strategis untuk pariwisata dan pembangunan ekonomi. Namun, gunung berapi menghadapi risiko tinggi karena aktivitas vulkanik dan geologi. Analisis spasial dapat membantu menangani risiko ini dalam perencanaan untuk pengembangan masa depan di daerah ini, termasuk mitigasi, pelemahan, restorasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Metode penilaian risiko juga termasuk penilaian risiko.

Berdasarkan Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2023 Tentang Penyusunan Rencana kontingensi Bencana Pasal 1 Ayat (1) menjelaskan bahwa “Rencana kontingensi Bencana adalah dokumen hasil perencanaan kontingensi yang disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi suatu ancaman bencana pada suatu daerah atau wilayah tertentu.”

Analisis Spasial untuk dampak kebencanaan dapat menjadi suatu alat bantu dalam Perencanaan penanggulangan bencana di daerah terdampak dimulai dari fase pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan fase rehabilitasi dan rekonstruksi.

Metode Penelitian

Diagram Alir Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan adalah analisis spasial. Analisis spasial adalah teknik ataupun proses yang melibatkan beberapa atau sejumlah fungsi perhitungan serta evaluasi logika matematis yang dapat dilakukan pada data spasial, dalam rangka untuk memperoleh nilai tambah, ekstraksi serta informasi baru yang beraspek spasial (Prahasta, E., 2005).

Analisis spasial yang digunakan serta melibatkan kajian risiko erupsi dalam serangkaian penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Berapa banyak jumlah orang yang berada di area terdampak di pulau ternate?
  • Berapa banyak dari mereka yang merupakan wanita, anak-anak, wanita hamil, orang tua?
  • Bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan untuk masyarakat?
  • Bagaimana dampak terhadap jalan-jalan yang berada di pulau ternate?
  • Berapa banyak struktur bangunan yang terdampak? seberapa parah tingkat kerusakannya?

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:

  • Data Hazard

Data bahaya/ancaman merupakan kejadian yang disebabkan oleh alam maupun manusia atau sebuah rangkaian kejadian yang memiliki dampak negatif untuk penduduk, infrastruktur ataupun sumber daya di suatu wilayah. Data bahaya ini hasil pemodelan yang didapatkan dari BNPB.

  • Data Exposure
  1. 1.
    Data jalan dengan format datanya berupa data vektor (polyline) yang sistem referensi koordinatnya pada EPSG:4326 yang memiliki atributnya berupa jenis-jenis jalan berdasarkan klasifikasi menurut Permen PUPR. Sumber data yang digunakan adalah kombinasi data RBI dan OSM.
  1. 2.
    Data struktur/bangunan dengan format datanya berupa data vektor (Polyline) yang sistem referensi koordinatnya pada EPSG:4326 yang tidak memiliki atribut. Sumber data yang digunakan adalah kombinasi data RBI dan OSM.
  1. 3.
    Data penutup lahan dengan format datanya berupa data vektor (Polyline) yang sistem referensi koordinatnya pada EPSG:4326 yang memiliki atributnya berupa jenis-jenis tutupan lahan berdasarkan klasifikasi PerkaBIG. Sumber data yang digunakan adalah kombinasi data RBI dan OSM.
  1. 4.
    Data populasi dengan format data berupa data vektor (polygon) yang memiliki atributnya berupa estimasi tiap jumlah penduduk dalam 1 hektar. Sumber data yang digunakan adalah kombinasi data BPS dan Global Human Settlement (GHS).

Hasil dan Pembahasan

Peta Indeks Bahaya Gunung Api

Estimasi Struktur Bangunan yang mungkin terdampak

Untuk mendukung upaya penanggulangan bencana di Pulau Ternate, serta rencana kontingensi sumber data spasial dari BIG dan OSM digunakan sebagai rujukan untuk membantu proses analisis dampak bencana, baik pada fase mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat sampai fase rehabilitasi dan rekonstruksi. Analisis dampak bencana ini digunakan sebagai referensi untuk melakukan perencanaan kegiatan penanggulangan bencana yang akan dilakukan, sehingga dapat lebih efektif dan efisien.

Jumlah Struktur bangunan Terpapar

Estimasi Jumlah Keterdampakan Struktur Bangunan Estimasi Detail Struktur Bangunan yang Terdampak dan Tidak Terdampak

Pemaparan dalam kelas bahaya di atas ini akan dianggap terdampak ketika berada di zona bahaya kelas tinggi dan kelas sedang. Sedangkan untuk kelas rendah dianggap tidak berpengaruh dikarenakan struktur ini tidak menanggung konsekuensi seperti kerusakan, evakuasi, pengungsian, dan kematian akibat dari paparan bahaya tersebut.

Ruang lingkup analisis ini terbatas pada cakupan lapisan agregasi. Data bahaya dan keterpaparan di luar cakupan analisis tidak dimasukkan dalam tingkat dampak, peta dampak, ataupun laporan dampak.

Berikut adalah rencana-rencana kontingensi yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak erupsi bencana alam gunung berapi terhadap struktur bangunan di pulau Ternate:

  • Pendataan bangunan yang memiliki kapasitas peringatan, seperti sirene atau pengeras suara.
  • Pengecekan layanan air dan kelistrikan diperlukan.
  • Pengecekan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan.
  • Pengecekan fasilitas pelayanan publik.
  • Pemilihan bangunan yang cocok untuk menjadi ousat evakuasi.
  • Penempatan lokasi pusat operasi.
  • Penempatan gudang dan/atau pusat distribusi saat erupsi.

Estimasi Panjang Jalan yang Mungkin Terdampak

Peta Jaringan Jalan

Berikut merupakan hasil pengolahan estimasi panjang jalan yang mungkin terdampak dan terpapar terhadap zona bahaya kelas tinggi, sedang, dan rendah erupsi gunung api. Dalam tabel dibawah ini terdapat estimasi panjang jalan-jalan di Pulau Ternate yang terkena dampak/paparan serta yang tidak kena dampak/paparan.

Estimasi Jalan Terpapar

Estimasi Panjang Jalan yang Terdampak Estimasi Detail Jenis Jalan (m) yang Terdampak dan Tidak Terdampak

Pemaparan dalam kelas bahaya di atas ini akan dianggap terdampak ketika berada di zona bahaya kelas tinggi dan kelas sedang. Sedangkan untuk kelas rendah dianggap tidak berpengaruh dikarenakan jalan tidak terlalu menanggung konsekuensi seperti kerusakan, evakuasi, pengungsian, dan kematian akibat dari paparan bahaya tersebut.

Berikut adalah rencana-rencana kontingensi yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak erupsi bencana alam gunung berapi terhadap jalan di pulau Ternate:

  • Memastikan jalan yang aman dan tidak terdampak sangat penting untuk distribusi bantuan.
  • Kendaraan yang digunakan harus memiliki kapasitas yang sesuai untuk mengangkut orang dan barang, serta dapat beroperasi di jalan yang tidak rusak.
  • Peralatan yang digunakan untuk memastikan jalan dapat dibuka dengan cepat dan aman, sehingga evakuasi dan distribusi logistik dapat dilakukan tanpa adanya hambatan.
  • Menggunakan sumber daya lokal dan kerjasama dengan dinas dapat mempercepat pengadaan peralatan yang dibutuhkan untuk penanggulangan bencana gunung api.
  • Berbagai instansi pemerintah bekerja sama untuk memastikan respons bencana yang cepat dan efisien.

Estimasi Jumlah Penduduk yang Mungkin Terdampak

Estimasi Jumlah Penduduk yang Terpapar Estimasi Jumlah Penduduk yang Terdampak

Estimasi Kebutuhan Minimal bagi Penduduk yang Mengungsi

Estimasi Rincian Detail Demografi Penduduk yang Mengungsi

Pemaparan orang yang terpapar yaitu orang-orang yang berada di zona bahaya dan dengan demikian memiliki potensi kerugian. Dalam Tabel 3.1, orang-orang yang terpapar adalah mereka yang berada dalam jangkauan zona bahaya.

Orang-orang yang terdampak yaitu orang-orang yang terdampak dari suatu kejadian berbahaya, baik secara langsung atau tidak langsung. Orang-orang yang terdampak dapat mengalami konsekuensi jangka pendek atau jangka panjang terhadap kehidupan, mata pencaharian, atau kesehatan mereka dan dalam hal ekonomi, fisik, sosial, budaya, dan aset lingkungan.

Pengungsi adalah orang-orang yang, karena berbagai alasan dan situasi yang berbeda karena risiko atau bencana, sehingga harus meninggalkan tempat tinggalnya hingga situasi aman. Berdasarkan tabel 3.3 dan tabel 3.4, laporan demografi dan kebutuhan minimum didasarkan pada orang-orang yang mengungsi/dievakuasi.

Berikut adalah rencana-rencana kontingensi yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak erupsi bencana alam gunung berapi terhadap penduduk di Pulau Ternate:

  • Peringatan disebarluaskan secara cepat dan akurat. Melalui sistem sirene, pesan teks, media sosial, dan radio lokal.
  • Masyarakat akan berpindah dari wilayah yang rentan terhadap bencana ke tempat yang lebih aman, seperti tempat penampungan.
  • Mengidentifikasi daerah yang berisiko tinggi terhadap aliran lahar maka populasi di daerah tersebut lebih berisiko mengalami dampak bencana.
  • Mengidentifikasi orang-orang yang rentan terhadap dampak erupsi, seperti anak-anak, orang tua, dan orang dengan kondisi medis tertentu.
  • Mendistribusikan barang-barang bantuan dengan rencana distribusi yang jelas sampai terkirim ke orang yang membutuhkannya dengan cepat dan efektif.
  • Mengetahui sumber barang bantuan tambahan penting untuk memperkuat kapasitas respons terhadap bencana.
  • Memastikan cara mendistribusikan barang-barang bantuan dengan terorganisir dan efektif.
  • Instansi yang berwenang perlu diketahui terlebih dahulu.
  • Memastikan keamanan bagi pemberi bantuan.
  • Memastikan bahwa ada cukup unit untuk mengidentifikasi korban, membantu proses pencarian, dan penyelamatan.
  • Menyediakan ruang penampungan yang memadai untuk menjaga pengungsi aman dan nyaman.
  • Menggunakan transportasi yang dibutuhkan sesuai kondisi jalan, topografi, dan banyak menampung penduduk dalam pendistribusian pengungsi sehingga efisien dan efektif.
  • Pengumpulan donasi dan distribusi yang efektif harus dilakukan.
  • Harus menjamin bahwa lokasi penampungan tidak melanggar hak milik individu atau kelompok, hak penggunaan lahan harus diperjelas.
  • Memastikan terlebih dahulu kepemilikan tempat penampungan atau lokasi pemukiman.
  • Konstruksi yang sesuai untuk tempat penampungan sementara atau transisi rumah tangga, seperti tenda yang kuat dan struktur sementara.
  • Risiko atau kerentanan lingkungan yang ada di lokasi penampungan yang semuanya dapat berdampak negatif pada kesehatan pengungsi.
  • Memastikan ketersedian barang-barang tersebut melalui penampungan donasi dan distribusi yang efektif.
  • Mengidentifikasi barang-barang non-makanan yang dibutuhkan oleh penduduk yang terkena dampak, seperti pakaian, perlengkapan kebersihan dan obat-obatan.
  • Memastikan ketersediaan barang-barang non-makanan barang di pasar lokal penting untuk mendukung kebutuhan pengungsi.
  • Identifikasi usia masyarakat yang terdampak sangat penting guna menyesuaikan kebutuhan gizi harian.
  • Perlu memahami jenis makanan yang biasanya dikonsumsi oleh penduduk.
  • Mengidentifikasi sumber makanan alternatif yang dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi pengungsi.
  • Keakuratan jumlah data penduduk menjadi faktor penting untuk memenuhi makanan pengungsi.
  • Mengidentifikasi anak-anak yang terpisah untuk memastikan perlindungan dan reunifikasi mereka dengan keluarga.

Estimasi Jumlah Tutupan Lahan yang Mungkin Terdampak

Peta Tutupan Lahan

Estimasi Luas Tutupan Lahan yang Terpapar Estimasi Luas Tutupan Lahan yang Terdampak

Estimasi Detail Jenis Tutupan Lahan (Ha) yang Terdampak dan Tidak Terdampak

Tutupan lahan terdampak merupakan tutupan lahan yang mengalami bahaya dan menanggung konsekuensi kerusakan suatu lahan karena bahaya tersebut.

Berikut adalah rencana-rencana kontingensi yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak erupsi bencana alam gunung berapi terhadap tutupan lahan di Pulau Ternate:

  • Mengetahui jenis tanaman yang ditanam penting untuk menilai kerentanan tanaman tersebut terhadap letusan.
  • Memahami durasi gangguan fungsi lahan membantu dalam perencanaan pemulihan dan pengelolaan sumber daya pasca-bencana.
  • Mengetahui proporsi tutupan lahan yang rusak penting untuk mengevaluasi dampak keseluruhan terhadap ekosistem dan ekonomi lokal.
  • Memahami kerugian dapat merencanakan bantuan yang diperlukan. Mencakup hilangnya pendapatan bagi petani, kerusakan ekosistem, dan dampak terhadap ketahanan pangan.
  • Menghitung produktivitas yang hilang membantu dalam merencanakan pemulihan dan mendukung petani yang terdampak
  • Identifikasi tanaman yang siap dipanen penting untuk memaksimalkan hasil sebelum kerusakan lebih lanjut terjadi.
  • Memahami sistem kepemilikan tanah membantu dalam merencanakan distribusi bantuan dan pemulihan yang adil.
  • Aksesibilitas lahan sangat penting untuk melakukan evaluasi kerusakan dan memulai proses pemulihan.
  • Tindakan mendesak seperti pembersihan lahan dari material vulkanik dan penanaman ulang dapat membantu mempercepat pemulihan.
  • Memastikan ketersediaan peralatan ini penting untuk efisiensi pemulihan, seperti cangkul, traktor, dan alat penyiram diperlukan untuk memulai proses pemulihan lahan.

Kesimpulan

Data OSM memiliki keunggulan pada proses pembaharuan data karena memanfaatkan partisipasi aktif dari masyarakat, namun memiliki kelemahan dalam standarisasi data. Sedangkan data RBI memiliki kekurangan dalam pembaharuan data, tetapi kuat dalam standarisasi data. Data populasi BPS memiliki tingkat keakuratan jumlah penduduk lebih tinggi dibanding data dari Global Human Settlement (GHS) namun memiliki kelemahan dalam persebarannya sedangkan data GHS memiliki keunggulan dalam sebaran penduduk namun memiliki kelemahan dalam tingkat keakuratan data. Pembuatan peta Dampak bencana ini sebagai sarana informasi mitigasi kebencanaan kepada pihak masyarakat dan instansi pemerintah setempat terkait di pulau ternate untuk memitigasi dan mengantisipasi dampak letusan gunung berapi.

Daftar Pustaka

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (no date) Laporan Aktivitas Gunung Api, MAGMA Indonesia - Bridging The Will of Nature to Society. diakses pada: https://magma.esdm.go.id/v1/gunung-api/laporan/search/q?code=GML&start=2024-07-18&end=2024-07-25 (diakses pada : 25 Juli 2024).

Heru A. Umanailo 1 , Papia J.C. Franklin 2 & Judy O. Waani3. PERKEMBANGAN PUSAT KOTA TERNATE (STUDI KASUS : KECAMATAN TERNATE TENGAH).

Lestari, T., Manoy, N A., Saudi, W., Febriyadi, F. Kajian Risiko Bencana Pada Sekolah. Luar Biasa Negeri Kota Ternate. Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol. 2 (2 ), pp: 83-90.

Ichi, M. (2019). Ternate, Pulau Rawan Bencana Minim Mitigasi. MONGABAY Situs Berita Lingkungan.

Firmansyah, F. (2011). IDENTIFIKASI TINGKAT RISIKO BENCANA LETUSAN GUNUNG API GAMALAMA DI KOTA TERNATE. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 2 No. 3.

Prahasta, E. 2005. Sistem Informasi Geografis : Tutorial Arcview, Informatika, Bandung.

Pemerintah Indonesia. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta.

Bencana, BNPB, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Standarisasi Data Kebencanaan. Jakarta.

Pinuji, S, Savitri, AI, Noormasari, M, & ... (2019). Efektivitas Data Spasial Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Dan Openstreetmap Dalam Pengambilan Keputusan Menggunakan Inasafe. Jurnal Dialog dan Penanggulangan Bencana. perpustakaan.bnpb.go.id,<https://perpustakaan.bnpb.go.id/jurnal/index.php/JDPB/article/view/128>

UNDRR (2015). Making Development Sustainable: The Future of Disaster Risk Management. Global Assessment Report on Disaster Risk Reduction., United Nations Office for Disaster Risk Reduction.

Data Publications