Analisis Spasial Potensi Investasi Berbasis GIS di Kota Cirebon untuk Penyediaan Informasi Investasi yang Akurat

25 Oktober 2024

By: Muh Fiqri Abdi Rabbi

Thumbnail

Header

ABSTRAK

Kota Cirebon, yang terletak di pantai utara Pulau Jawa bagian timur Jawa Barat, memiliki luas wilayah 39,48 km² dan posisi strategis yang mudah diakses dari Bandung dan Jakarta, menjadikannya pusat ekonomi penting. Pada tahun 2024, Kota Cirebon menargetkan investasi sebesar Rp 2,1 triliun, namun hingga kini capaian baru 37%. Selain itu, 96% dari total bidang tanah telah tersertifikasi, menandakan kemajuan dalam tata kelola pertanahan yang mendukung investasi berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi investasi Kota Cirebon secara spasial menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (GIS), guna menyediakan informasi investasi yang akurat. Faktor-faktor yang dianalisis meliputi Zona Nilai Tanah (ZNT), status hak tanah, dan jarak dari infrastruktur utama. ZNT merepresentasikan nilai ekonomi tanah, di mana area dengan ZNT tinggi menunjukkan potensi keuntungan lebih besar. Status hak tanah, khususnya Hak Milik (SHM), memberikan kepastian hukum yang menarik bagi investor. Jarak dari jalan utama menentukan aksesibilitas, yang menjadi pertimbangan penting dalam keputusan investasi. Metode penelitian ini menggunakan *Spatial Multi-Criteria Evaluation* (SMCE) dalam ArcGIS, yang melibatkan skoring dan pembobotan, untuk mengklasifikasikan zona potensi investasi menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata ruang, kepastian hak tanah, dan keamanan lingkungan adalah faktor kunci dalam menentukan potensi investasi. Penelitian ini juga merekomendasikan kawasan strategis untuk pengembangan investasi di masa depan.
Kata kunci : potensi investasi, GIS, Cirebon, informasi spasial

Pendahuluan

Pengaturan tata ruang dan pengelolaan data pertanahan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan keberlangsungan perekonomian. Untuk mendukung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, diperlukan perencanaan tata ruang yang baik serta pengelolaan data pertanahan yang akurat. Pengelolaan ruang dan pertanahan yang efektif akan mendukung alokasi ruang yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan, serta berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keseimbangan antar wilayah (Supriyanto, 2009). Dalam konteks ini, iklim investasi yang ramah dan kondusif sangat penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan menarik investor.

Investasi merupakan salah satu komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Jack Clark Francis (Hasnati et al., 2018), investasi adalah penanaman modal yang menghasilkan keuntungan di masa depan. Investor mempertimbangkan berbagai faktor, seperti peluang ekonomi, stabilitas politik, dan kepastian hukum, sebelum memutuskan untuk berinvestasi (Hasnati et al., 2018). Oleh karena itu, informasi yang akurat mengenai potensi investasi sangat penting untuk menarik investasi dan memaksimalkan potensi ekonomi suatu wilayah.

Kota Cirebon, yang terletak di pantai utara Pulau Jawa bagian timur Jawa Barat, memiliki posisi strategis sebagai pusat ekonomi penting. Kota ini memiliki luas wilayah administrasi 39,48 km² yang terbagi dalam lima kecamatan. Pada tahun 2024, Cirebon menargetkan investasi sebesar Rp 2,1 triliun, namun hingga kini capaian baru mencapai 37%. Salah satu pencapaian penting Kota Cirebon adalah keberhasilannya mencapai status "Kota Lengkap" dengan 96% dari total bidang tanahnya telah tersertifikasi. Namun, masih ada aset pemerintah dan tanah kesultanan yang belum tersertifikasi, yang memerlukan penanganan lebih lanjut agar tidak menimbulkan sengketa.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi investasi di Kota Cirebon melalui pendekatan Sistem Informasi Geografis (GIS), guna menyediakan informasi investasi yang akurat. Analisis ini mencakup beberapa faktor, seperti Zona Nilai Tanah (ZNT), status hak tanah, dan aksesibilitas dari infrastruktur utama. ZNT mencerminkan nilai ekonomi tanah, di mana area dengan ZNT tinggi menunjukkan potensi keuntungan yang lebih besar. Status hak tanah, terutama Hak Milik (SHM), memberikan kepastian hukum yang menjadi daya tarik bagi investor, sementara jarak dari jalan utama menunjukkan aksesibilitas yang penting dalam keputusan investasi.

Dengan menggunakan metode Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) dalam ArcGIS, penelitian ini akan mengklasifikasikan zona potensi investasi di Kota Cirebon menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Hasil analisis ini diharapkan dapat mendukung kebijakan pemerintah dan memberikan informasi yang diperlukan oleh para investor untuk mengembangkan sektor-sektor strategis seperti logistik, industri, dan pariwisata, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Kota Cirebon.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial dengan Geographic Information System (GIS) untuk menilai potensi investasi di Kota Cirebon. Metode ini mengintegrasikan beberapa faktor seperti nilai tanah, status hak tanah, dan jarak dari jalan utama. Tahapan penelitian ini meliputi:

  1. 1.
    Zonasi Berdasarkan Rencana Tata Ruang:Kota Cirebon dibagi menjadi zona-zona berdasarkan perencanaan tata ruang, seperti zona permukiman, perdagangan, industri, dan pertanian. Zona-zona ini menjadi area yang dianalisis dalam studi ini.
  1. 2.
    Pemilihan Faktor:Zona Nilai Tanah (ZNT): Faktor utama yang memengaruhi potensi investasi adalah nilai tanah. Peta ZNT memberikan data tentang nilai ekonomi tanah, di mana ZNT yang lebih tinggi menunjukkan potensi investasi yang lebih besar. Bobot sebesar 40 diberikan untuk faktor ini, dan penilaian dilakukan berdasarkan klasifikasi nilai tanah di wilayah kajian. Status Hak Tanah: Status kepemilikan tanah sangat mempengaruhi kemudahan investasi. Tanah dengan hak kepemilikan yang jelas dan terdaftar lebih menarik bagi investor. Faktor ini diberi bobot sebesar 35 dan dinilai dalam dua kategori: tanah yang terdaftar dan yang belum terdaftar. Jarak dari Jalan Utama: Kedekatan dengan infrastruktur, terutama jalan utama, meningkatkan aksesibilitas dan nilai investasi. Faktor ini mendapat bobot 25 dan penilaian dilakukan berdasarkan lima kelas jarak dari jalan utama.
  1. 3.
    Pembobotan dan Skoring:Setiap faktor diberi bobot sesuai tingkat kepentingannya terhadap potensi investasi. Nilai skoring diberikan berdasarkan seberapa baik setiap zona memenuhi kriteria masing-masing faktor.
  1. 4.
    Penghitungan Total Skor:Skor total dihitung dengan menjumlahkan nilai dari masing-masing faktor. Zona-zona kemudian diklasifikasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan potensi investasi, yang ditampilkan dengan warna hijau (rendah), kuning (sedang), dan merah (tinggi).
  1. 5.
    Analisis Trial and Error:Metode trial and error digunakan untuk memastikan sistem pembobotan dan skoring yang dihasilkan akurat. Jika ditemukan kesalahan, penyesuaian dilakukan.
  1. 6.
    Visualisasi Hasil:Output akhir berupa peta spasial potensi investasi, yang menggambarkan distribusi area dengan potensi investasi rendah, sedang, dan tinggi di Kota Cirebon. Peta ini dapat digunakan sebagai alat bagi pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait peluang investasi.

Analisis berbasis GIS ini memastikan representasi yang berbasis data dan akurat mengenai potensi investasi, memberikan wawasan penting bagi perencana kota, pembuat kebijakan, dan investor di Cirebon.

Hasil Analisis

Pola Ruang

Status Hak Tanah

Zona Nilai Tanah

Peta Potensi Investasi Kota Cirebon

Data Publikasi

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

86 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Kemampuan Lahan Wilayah Perencanaan (WP) Ulu Belu - Kab. Tanggamus - Prov. Lampung

Lingkungan

27 Mei 2025

Weka

Analisis Kemampuan Lahan Wilayah Perencanaan (WP) Ulu Belu - Kab. Tanggamus - Prov. Lampung

Analisis Kemampuan Lahan berdasarkan Permen PU No. 20/Prt/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

31 menit baca

186 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Keterjangkauan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang Termasuk pada Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

Transportasi

07 Mei 2025

Fajrin Meilani Azzahra Zain

Analisis Keterjangkauan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang Termasuk pada Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterjangkauan sekolah menengah pertama (SMP) negeri di zona A Kota Bandung, yang meliputi delapan kecamatan dan 22 sekolah, berdasarkan sistem zonasi penerimaan siswa baru. Sistem zonasi, yang diimplementasikan secara penuh sejak 2018, bertujuan meningkatkan pemerataan akses pendidikan dengan menetapkan radius maksimal domisili calon siswa ke sekolah (3 km untuk SMP). Namun, keberadaan siswa di luar radius zonasi dan keterbatasan jangkauan berjalan kaki (maksimal 1,2 km dalam 20 menit berdasarkan kecepatan rata-rata siswa) tetap memunculkan kebutuhan transportasi. Penelitian ini menggunakan analisis isokron dengan batasan waktu tempuh berjalan kaki siswa (5, 10, 15, dan 20 menit) untuk mengevaluasi keterjangkauan sekolah dalam zona A. Hasil analisis isokron ini akan dibandingkan dengan radius zonasi 3 km yang ditetapkan untuk SMP, guna memahami apakah radius tersebut sejalan dengan kemampuan siswa untuk mencapai sekolah dengan berjalan kaki dalam rentang waktu yang wajar. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemenuhan kebutuhan transportasi sekolah siswa SMP di Kota Bandung, khususnya dalam konteks implementasi sistem zonasi.

17 menit baca

474 dilihat

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Iklim dan Bencana

07 Mei 2025

Ryandana Adi Nugraha

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Kabupaten Sumbawa terletak pada provinsi Nusa Tenggara Barat. Dilihat dari segi geografis letak Kabupaten Sumbawa terutama Kecamatan sumbawa memiliki potensi sebagai daerah pusat perekonomian yang mana menjadi nilai ekonomis untuk dibangun industri di area tersebut. Namun, daerah tersebut memiliki potensi banjir baik banjir rob ataupun banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menjadikan area industri yang berada di Sumbawa dan sekitarnya memiliki potensi untuk terdampak banjir. Meskipun berisiko, bisnis sering memilih untuk berlokasi di daerah rawan banjir karena keuntungan strategis seperti kedekatan dengan bisnis terkait dan fasilitas umum. Manfaat ekonomi dapat lebih besar daripada dampak buruk banjir, sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi manajemen risiko banjir struktural dan non-struktural (Rwehumbiza 2021).

19 menit baca

475 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot