Dari Sawah ke Hutan: Potret Stok Karbon di Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kabupaten Sleman

10/09/2024 • Dhea Nanda

Stock Carbon Kabupaten Sleman


Carbon
Carbon

Di kaki Gunung Merapi, di antara hamparan sawah dan ridangnya pohon, karbon tersimpan diam-diam dalam setiap inci tanah dan batang pohon. Angin yang berhembus di antara dedaunan, akar-akar yang menjalar di dalam tanah menyerap dan menyimpan karbon dioksida, tidak terlihat oleh mata, namun penting bagi kehidupan. Stok karbon, seperti denyut nadi bumi, tersebar dalam hening, menunggu diakui, dilindungi, dan dikelola.

Pedahuluan

Perubahan penggunaan lahan menjadi isu sentral mengenai mitigasi perubahan iklim, terutama karena pengaruhnya terhadap kemampuan ekosistem dalam menyimpan karbon. Setiap tipe penggunaan lahan memiliki kapasitas yang berbeda dalam menyerap dan menyimpan karbon, menjadikannya faktor kunci dalam upaya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Hutan berfungsi sebagai penyerap karbon terbesar, menyimpan karbon dalam biomassa pohon dan tanahnya. Di sisi lain, lahan pertanian, meski penting bagi ketahanan pangan, sering kali menyimpan karbon dalam jumlah lebih sedikit, terutama di bawah manajemen intensif. Sementara itu, ekspansi lahan terbangun seperti permukiman dan infrastruktur tidak hanya mengurangi kapasitas penyimpanan karbon, tetapi juga melepaskan karbon ke atmosfer akibat proses urbanisasi dan deforestasi.

Isu stok karbon bukan sekadar masalah teknis, tetapi pertaruhan masa depan planet bumi. Kehilangan stok karbon berarti melepaskan kembali karbon yang sudah disimpan ke atmosfer, mempercepat pemanasan global dan memperparah perubahan iklim. Stok karbon merupakan warisan lingkungan yang harus dilindungi, karena dengan hilangnya stok karbon, bukan hanya kehilangan stabilitas ekosistem, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Potret stok karbon dilakukan dengan melihat variasi antar berbagai tipe penggunaan lahan. Setiap penggunaan lahan memiliki peran masing-masing dalam menyimpan karbon, serta dampaknya terhadap upaya mitigasi perubahan iklim di tingkat lokal. Selain itu, analisis stok karbon dapat digunakan sebagi dasar i perencanaan penggunaan lahan yang lebih berkelanjutan.

Kenapa Sleman?

Kecamatan Sleman

Kabupaten Sleman merupakan wilayah strategis Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki ragam penggunaan lahan mencakup hutan, lahan pertanian, perkotaan, serta lahan terbangun. Keberagaman penggunaan lahan berperan penting dalam mendukung berbagai fungsi ekosistem, termasuk penyimpanan karbon. Di satu sisi, hutan lebat dan kawasan konservasi menyimpan kekayaan karbon yang tak ternilai, sementara di sisi lain, lahan pertanian subur dan kawasan perkotaan yang terus berkembang mencerminkan dinamika penggunaan lahan yang kompleks.

Kabupaten Sleman juga memiliki posisi strategis sebagai bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan kebijakan lingkungan yang relevan untuk mendukung pengelolaan lahan berkelanjutan. Di kawasan ini, terdapat potensi sinergi antara konservasi alam di kawasan hutan lindung, seperti Taman Nasional Gunung Merapi, dengan pertanian yang produktif dan pemukiman yang terus berkembang. Penelitian mengenai stok karbon di Kabupaten Sleman akan relevan dalam konteks kebijakan daerah dan nasional terkait pengelolaan karbon serta mitigasi perubahan iklim sebagai dasar untuk merancang strategi tata guna lahan yang berkelanjutan di Kabupaten Sleman, sekaligus berkontribusi pada upaya penurunan emisi karbon di Indonesia.

Data dan Metode Apa yang Digunakan?

Data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu data penggunaan lahan tahun 2019 dan tahun 2024 Kabupaten Sleman oleh Badan Informasi Geospasial. Menghitung stok karbon digunakan pendekatan perhitungan dari Kalkulator ICLEI yakni dengan mengkalikan indeks stok karbon masing-masing penggunaan lahan (Ton C/Ha) dengan luas lahan (Ha). Adapun rincian indeks per masing-masing penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Konstanta Karbon

Bagaimana Hasilnya?

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan yang berbeda memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang bervariasi. Hutan, sebagai penyerap karbon terbesar, berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim melalui penyerapan karbon dioksida dari atmosfer. Namun, ketika hutan diubah menjadi lahan terbangun atau pertanian, kapasitas ini menurun drastis, yang berpotensi meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memperburuk dampak perubahan iklim. Peta penggunaan lahan (Gambar 1 dan Gambar 2) memberikan gambaran visual mengenai dinamika alih fungsi lahan yang terjadi di suatu wilayah, yang penting untuk dianalisis dalam rangka memahami tren pengurangan stok karbon dan potensi dampak lingkungan lainnya.

PL

Data penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Sleman tahun 2019 diklasifikasikan menjadi 9 jenis penggunaan lahan dan pada tahun 2024 diklasifikasikan menjadi 10 jenis penggunaan lahan. Adapun klasifikasi tersebut ditampilkan pada tabel berikut

PL2019

PL2024

Perbandingan penggunaan lahan antara tahun 2019 dan 2024 menunjukkan perubahan signifikan. Luas hutan meningkat dari 937.004 hektar menjadi 1.996.640 hektar, dan lahan perkebunan juga bertambah dari 4.905.052 hektar menjadi 7.530.076 hektar. Sebaliknya, lahan pertanian kering dan sawah mengalami penurunan, masing-masing dari 4.847.453 hektar menjadi 2.198.893 hektar, serta dari 27.951.207 hektar menjadi 20.486.003 hektar. Lahan terbangun sedikit menurun, sementara semak belukar dan padang rumput juga berkurang signifikan. Perubahan ini mencerminkan alih fungsi lahan untuk pembangunan dan perkebunan.

Analisa Perhitungan Stock Karbon Penggunaan Lahan

Perhitungan stok karbon didapatkan dari hasil kali antara nilai kosntanta stok karbon dengan luas lahan di Kabupaten Sleman tahun 2019 dan 2024. Berikut adalah hasil perhitungan stok karbon di Kabupaten Sleman pada tahun 2019 yang ditunjukkan pada tabel 4 dan pada tabel 5 menunjukkan hasil perhitungan stok karbon pada tahun 2024.

SC19

SC24

Peningkatan stock karbon antara tahun 2019 dan 2024 mengungkapkan gambaran menarik mengenai interaksi antara lingkungan, kebijakan ekonomi, dan kebutuhan manusia. Dalam periode ini, total stock karbon melonjak dari 748.990,526 ton menjadi 1.138.791,389 ton, sebagian besar dipicu oleh peningkatan luas hutan dan ekspansi perkebunan. Hutan yang mencatat kenaikan dari 937.004 hektar menjadi 1.996.640 hektar menunjukkan adanya upaya besar dalam konservasi dan reforestasi. Peningkatan stock karbon hutan ini menjadi contoh nyata bagaimana strategi lingkungan yang tepat dapat memainkan peran penting dalam mengatasi perubahan iklim, sekaligus berfungsi sebagai pelindung ekosistem kritis yang mendukung berbagai bentuk kehidupan.

Namun, ekspansi perkebunan yang juga menyumbang peningkatan stock karbon membawa dinamika yang lebih kompleks. Peningkatan stock karbon perkebunan dari 309.018,258 ton menjadi 474.394,787 ton menggambarkan besarnya potensi lahan perkebunan dalam menyerap karbon, terutama melalui tanaman berkayu. Namun, pergeseran dari lahan pertanian tradisional dan sawah yang stock karbonnya menurun menimbulkan risiko bagi ketahanan pangan di masa depan. Dengan luas lahan pertanian lahan kering dan sawah yang menyusut, muncul tantangan dalam menjaga keseimbangan antara menjaga keberlanjutan lingkungan dan memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, terutama di wilayah-wilayah yang bergantung pada hasil pertanian lokal. Berikut merupakan gambar pesebaran stock karbon di Kabupaten Sleman tahun 2019 dan 2024

C

Secara keseluruhan, peningkatan stock karbon menjadi sebuah langkah positif dalam konteks mitigasi perubahan iklim, namun perubahan penggunaan lahan juga harus dikelola secara hati-hati. Penting untuk mempertahankan keseimbangan antara upaya mitigasi karbon, ekspansi ekonomi melalui perkebunan, dan kebutuhan dasar seperti produksi pangan untuk memastikan pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya fokus pada satu aspek, tetapi mempertimbangkan kebutuhan lingkungan, ekonomi, dan sosial secara bersamaan.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Peningkatan stock karbon dari tahun 2019 hingga 2024 menunjukkan keberhasilan dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui peningkatan luas hutan dan ekspansi lahan perkebunan. Hutan dan perkebunan berkontribusi besar terhadap kenaikan total stock karbon, mencerminkan peran penting mereka dalam menyerap karbon. Namun, penurunan lahan pertanian dan sawah menandakan adanya pergeseran fokus penggunaan lahan yang dapat memengaruhi ketahanan pangan di masa depan. Meskipun langkah ini bermanfaat dalam pengurangan emisi karbon, ada risiko yang perlu diperhatikan terkait keseimbangan antara kebutuhan lingkungan dan ekonomi.

Saran

  1. 1.
    Optimalisasi Tata Guna Lahan: Pemerintah dan pemangku kebijakan perlu merancang strategi yang menjaga keseimbangan antara konservasi lingkungan, ekspansi perkebunan, dan produksi pangan. Program reforestasi harus diiringi dengan dukungan untuk pertanian berkelanjutan, guna memastikan ketersediaan pangan tidak terganggu.
  1. 2.
    Penguatan Ketahanan Pangan: Diperlukan kebijakan yang mendukung inovasi pertanian, seperti penggunaan teknologi pertanian pintar dan sistem agroforestri, untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan sambil menjaga hasil pangan.
  1. 3.
    Monitoring Berkelanjutan: Pengukuran stock karbon dan pemantauan penggunaan lahan secara berkala penting untuk memastikan bahwa alih fungsi lahan tidak mengancam keberlanjutan ekosistem dan masyarakat lokal yang bergantung pada lahan pertanian.

Dengan pendekatan yang lebih integratif, manfaat lingkungan dari peningkatan stock karbon dapat tercapai tanpa mengorbankan aspek sosial dan ekonomi.

Daftar Pustaka

Fadhli, Sugianto, Syakur. 2021. Analisis Perubahan Penutupan Lahan dan Potensi Karbon di Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan, Aceh Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan, 19 : 450-458.

Kardika, Khilma, Arief, dan Humairo. 2021. Arahan Perubahan Penggunaan Lahan Berbasis Rendah Emisi Karbon di Hulu DAS Jeneberang. Jurnal Hutan Tropika, 16 : 147-157.

Kurniawan, Singgih, Theresia. 2023. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Jumlah Stock Karbon dan Penangganan Berkelanjutan. Seminar Nasional Sinergitas Era Digital 5.0 dalam Pembangunan Teknologi Hijau Berkelanjutan, 165-172.

Kurniawati. 2021. Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Besaran Stock Karbon di Kota Surabaya. Jurnal Penataan Ruang, 16 :

55-59.

Syam'ani, Agustina, Susilawati, dan Y. Nugroho. 2012. Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penutupan Lahan di Sub-Sub Watershed. Jurnal Kehutnana, 13 : 148-159.

Data Publications