PENDAHULUAN
Sistem transportasi memiliki peran penting bagi perkembangan suatu wilayah terutama perkotaan. Transportasi yang efisien mendukung mobilitas masyarakat dan mempercepat pembangunan sosial ekonomi di wilayah tersebut, terutama perkotaan. sistem transformasi umum yang terintegrasi dapat menjadi solusi dalam meminimalkan kemacetan. Light Rail Transit atau LRT menjadi salah satu pilihannya dengan rute dari stasiun Kertapati menuju stasiun Bandara Sultan Mahmud Badarudin II (SMB II).
Penempatan lokasi stasiun yang tepat dan strategis dapat meningkatkan aksesibilitas mengefisiensikan waktu tempuh perjalanan dan meningkatkan penggunaan layanan LRT oleh masyarakat. Khususnya bagi masyarakat yang berada di luar Kota Palembang antar Kabupaten menuju Bandara SMB II dari Stasiun Kertapati. Sehingga penempatan lokasi stasiun LRT menjadi sangat penting untuk memastikan keberhasilan sistem transportasi umum. Stasiun-stasiun yang terintegrasi dengan pusat kegiatan seperti pasar, pusat perbelanjaan, serta akses ke fasilitas publik, seperti bandara, akan semakin meningkatkan potensi sistem LRT untuk menjadi pilihan utama bagi pengguna transportasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menentukan lokasi stasiun LRT yang efektif dan efisien dari Stasiun Kertapati menuju Stasiun Bandara SMB II, dengan mempertimbangkan beberapa indikator berupa permintaan, pusat kegiatan penggunaan lahan dan aksesibilitas (Daru, 2020). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis bagi pengembangan sistem transportasi yang lebih terintegrasi, berkelanjutan, dan dapat mengakomodasi kebutuhan mobilitas masyarakat Palembang dan wilayah sekitarnya di Sumatera Selatan dalam mendapatkan kemudahan akses dan mobilitas menuju bandara.
METODE
Analisis spasial Multicriteria Analytic berbasis GIS digunakkan dalam studi ini dalam menentukan lokasi LRT yang terintegrasi dari stasiun kertapati menuju stasiun bandara SMB II. Weighted overlay yang diimplementasikan dalam perangkat lunak ArcGIS, dengan pembobotan melalui Analytical Hierarchy Process (AHP). Pendekatan ini memadukan Teknik analisis spasial dengan metode pengambilan keputusan secara spasial pada beberapa indikator yang digunakan yaitu permintaan, pusat kegiatan, penggunaan lahan dan aksesibilitas yang dikutip dari Daru (2020) sebagaimana yang disusun berikut ini.
- Permintaan : Pumlah Penduduk.
- Pusat kegiatan: Kedekatan dengan Kawasan Perumahan; Kedekatan dengan Kawasan Perdagangan dan Jasa; Kedekatan dengan Kawasan Perkantoran, Kedekatan dengan Kawasan Pendidikan.
- Penggunaan lahan: Campuran Penggunaan Lahan.
- Aksesibilitas: Jaringan Jalan; Jaringan Angkutan Umum.
Analytic Hierarchy Process (AHP)
AHP merupakan metode yang melibatkan banyak kriteria untuk mengambil suatu keputusan dari sebuah permasalahan. Pada proses AHP, masing-masing kriteria diberikan bobot berdasarkan kepentingannya dan menghasilkan nilai prioritas untuk setiap lokasi. Beberapa kriteria yang dipertimbangkan dalam studi ini meliputi:
- Permintaan : jumlah penduduk yang tinggi memiliki peluang penumpang yang lebih besar.
- Pusat kegiatan: kedekatan dengan pusat kegiatan sosial dan ekonomi seperti perdagangan, kantor, sekolah dan perumahan.
- Penggunaan lahan: jenis penggunaan lahan dan ketersediaan lahan.
- Aksesibilitas: kedekatan dengan fasilitas transportasi public seperti stasiun KAI, terminal dan jalan utama.
Weighted Overlay di ArcGIS
Weighted Overlay merupakan Teknik analisis spasial dengan menggabungkan beberapa data spasial yang telah memiliki bobot masing-masing sesuai kepentingannya pada setiap layer. Pembobotan pada setiap layer berdasarkan kriteria diperoleh melalui AHP. Dari hasil penggabungan layer yang sudah memiliki bobot, dihasilkan data spasial yang menunjukkan lokasi paling ideal dengan skor tertinggi berdasarkan faktor yang telah ditentukan sebagai lokasi stasiun LRT.
PEMBAHASAN
penentuan lokasi stasiun LRT di Kota Palembang dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yang dianggap penting dalam dalam pengambilan keputusan dengan memaksimalkan pemilihan lokasi secara spasial. melalui proses AHP dan Weighted Overlay di ArcGIS diperoleh beberapa titik lokasi yang efektif dijadikan sebagai lokasi stasiun LRT.
Dari pembobotan melalui proses Analytic Hierarchy Process (AHP) dari kriteria-kriteria yang dipilih diperoleh urutan mulai dari yang paling tinggi hingga paling rendah. Kriteria tersebut meliputi jaringan jalan, jaringan transportasi umum, penggunaan lahan, kedekatan dengan kawasan perkantoran, kedekatan dengan kawasan perdagangan dan jasa, kedekatan dengan kawasan perumahan, kedekatan dengan kawasan fasilitas pendidikan, dan jumlah penduduk. Pembobotan pada setiap kriteria memberikan pengaruh pada pemilihan lokasi stasiun LRT secara spasial menggunakan Weighted Overlay yang diproses melalui ArcGIS.


Hasil dari proses Weighted Overlay di arcGIS sebagaimana dapat dilihat pada peta gambar 1, diperoleh tiga titik lokasi yang ideal untuk dibangun stasiun LRT pada gambar 2. Hasil ini sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas berupa jaringan jalan dan jaringan transportasi umum, kemudian pusat kegiatan sosial dan ekonomi, penggunaan lahan dan permintaan penumpang dari jumlah penduduk. Sehingga ketiga lokasi yang terpilih ini identik berdekatan dengan jaringan jalan dan ketersediaan transportasi.
Lokasi yang pertama berada di wilayah Kecamatan Kertapati. Berdekatan dengan Stasiun Kereta Api Kertapati dan di lewati jalan arteri. sekitaran lokasi yang dipilih juga berdekatan dengan fasilitas perkantoran, pusat perdagangan, beberapa fasilitas pendidikan dan juga perumahan. Sementara itu, pada lokasi yang kedua berada diantara Kecamatan Ilir Barat Dua, Seberang Ulu Satu dan Jakabaring. Berdekatan dengan pelabuhan/ dermaga sungai, dan jembatan ampera sebagai ikon Kota Palembang. sama halnya dengan lokasi yang pertama, di lokasi pilihan yang kedua ini pun berdekatan dengan fasilitas perkantoran, perdagangan, pendidikan dan perkantoran. Hal menarik dari lokasi pilihan yang kedua ini adalah berada diantara Stasiun LRT yang telah dibangun sebelumnya yaitu Stasiun LRT Polresta dan Stasiun LRT Terpadu Ampera jalur Bandara - Jakabaring. Sedangkan lokasi yang ketiga berdekatan dengan Terminal Bus Alang-alang, berada di Kecamatan Sukarami dan Alang-alang Lebar. di lokasi yang ketiga ini pun cukup berdekatan dengan fasilitas perkantoran, sekolah dan perumahan meskipun tidak sekompleks lokasi pilihan yang pertama dan kedua.
Berdasarkan analisis hasil pemilihan lokasi secara spasial menggunakan AHP dan Weighted Overlay dari tiga lokasi yang ideal untuk dibangun stasiun LRT, maka lokasi yang ideal untuk dibangun Stasiun LRT yang terintegrasi dari Stasiun Kereta Api Kertapati ke Stasiun Bandara SMB II adalah lokasi pertama yang didukung dengan hasil pilihan lokasi yang kedua. Supaya jalur yang dipilih terintegrasi secara maksimal antara Stasiun KA dan LRT Bandara. Sehingga bisa dibangun jalur kereta LRT pada pilihan lokasi pertama yang dihubungkan dari Stasiun KA Kertapati ke Stasiun LRT Polersta atau Stasiun LRT Terpadu Ampera.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembobotan dan analisis lokasi stasiun LRT, aksesibilitas berupa jaringan jalan dan jaringan transportasi umum merupakan dua kriteria yang memiliki pengaruh paling besar dalam menentukan lokasi stasiun LRT. Selain itu, kedekatan dengan kawasan perkantoran, perdagangan, pendidikan dan perumahan turut meningkatkan keberhasilan dan potensi pengguna stasiun. Hasil pemilihan lokasi menggunakanWeighted Overlay berdasarkan kriteria-kriteria tersebut diperoleh tiga lokasi yang ideal dibangun stasiun LRT. Dari hasil analisis spasial, agar terintegrasi antara Stasiun Kereta Api Kertapati ke Stasiun Bandara SMB II, maka lokasi pertama dipilih sebagai lokasi untuk dibangun stasiun LRT dengan memaksimalkan jalur LRT yang telah ada yaitu jalur Stasiun Bandara - Jakabaring, dengan sedikit menambahkan jalur baru yang terhubung dari Stasiun KA Kertapati dengan Stasiun LRT Polresta ataupun Stasiun LRT Terpadu Ampera.
Hal ini tentu saja membutuhkan penelitian dan analisis lebih lanjut yang lebih mendetail dan terperinci, terkait hal dan persoalan tidak dapat dibahas karena adanya keterbatasan pada penelitian ini. Sehingga menjadi peluang untuk dilakukan penelitian selanjutnya.
REFERENSI
Daru NA, Ramadhan. 2020. Studi Penentuan Lokasi Stasiun Light Rail Transit (LRT) Rute Cibubur - Bogor. Surabaya: Institute Teknologi Sepuluh November Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian.
Jamil, S. S., & Siddiqi, M. M. 2017. Geospatial Approach to Site Selection for Urban Rail Stations Using AHP and GIS: A Case Study of Lahore, Pakistan. International Journal of Geographical Information Science, 31(3), 547–566. https://doi.org/10.1080/13658816.2016.1271062
Malczewski, J. 2006. GIS-based multicriteria decision analysis: A survey of the literature. International Journal of Geographical Information Science, 20(7), 703–726. https://doi.org/10.1080/13658810600625294
Saat, M. A., & Hossain, M. S. 2019. Application of AHP and GIS for Optimal Site Selection for Public Transport Stations. Journal of Urban Planning and Development, 145(3), 04019013. https://doi.org/10.1061/(ASCE)UP.1943-5444.0000524