Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

30/08/2023 • Muhammad Farhan Idami

Estimasi Kerugian Bangunan

Kerentanan Bangunan

Inundasi di Desa Alue Deah Teungoh

Inundasi Tsunami

Tutupan Lahan Alue Deah Teungoh

Kemiringan Lereng Alue Deah Teungoh

Episentrum

Estimasi Kerugian Bangunan Akibat Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kota Banda Aceh


PENDAHULUAN

Secara geografis, Indonesia berada di antara dua benua dan dua samudera. Hal ini menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian, tetapi juga rawan terhadap bencana alam (Zaiyana & Buchori, 2014). Tingginya risiko bencana alam ini diakibatkan oleh keberadaan lempeng tektonik di sekeliling Indonesia memiliki aktivitas seismik tinggi (Latief et al., 2000). Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian gunung api aktif, serta patahan-patahan yang dapat berpotensi menjadi sumber gempa (Rais & Somantri, 2021). Gempa bumi merupakan dampak primer dari adanya aktivitas seismik tersebut, diikuti dengan tsunami yang merupakan bahaya sekunder (Wibowo et al., 2017).

Salah satu wilayah yang berpotensi terkena tsunami adalah Desa Alue Deah Teungoh yang terletak di kawasan pesisir Kota Banda Aceh. Tragedi gempa bumi Samudra Hindia pada 26 Desember 2004 merupakan salah satu gempa terbesar dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Ketinggian gelombang muka air laut saat tsunami mencapai daratan (run up height) terukur setinggi 20 meter dan genangan (inundation) bisa menghempas daratan sejauh 8 kilometer jauhnya dari pinggir pantai (Cochard, 2011). Di Aceh, khususnya di Kota Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak akibat terkena gelombang tsunami. Tragedi tersebut membuat dunia sadar akan bahaya yang ditimbulkan dari bencana tsunami (Zaiyana & Buchori, 2014).

Bangunan menjadi unsur yang paling rentan terhadap kerusakan pada kebanyakan kasus bencana. Bangunan bukan saja bernilai ekonomis, tetapi juga menjadi tempat tinggal bagi penduduk yang masih selamat dari kejadian bencana (van Westen et al., 2011). Dengan demikian, diperlukan suatu upaya untuk mengetahui persebaran risiko bangunan agar dapat dilakukan langkah persiapan yang tepat dalam menghadapi bencana (Wibowo et al., 2017).

Pemetaan kerentanan dan estimasi kerugian bangunan merupakan salah satu upaya dalam menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami dengan tujuan mengurangi risiko yang mungkin timbul.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bangunan terdampak serta menilai kerentanan dan estimasi kerugian bangunan terhadap tsunami dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk pemilihan strategi pengurangan risiko terhadap bencana alam.

Tsunami

Tsunami adalah bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi dan terjadi dalam waktu yang tidak dapat diprediksi sehingga sangat membahayakan jiwa serta harta benda (Fauzi et al., 2014). Tsunami disebabkan karena adanya kenaikan air laut secara tiba – tiba. Kenaikan tersebut disebabkan karena adanya deformasi dasar laut yang memindahkan volume air diatasnya (Intergovernmental Oceanographic Commission, 2019).

Bangunan

Menurut PP Nomor 16 Tahun 2021, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Agustus 2023 dan mengambil wilayah kajian di Desa Alue Deah Teungoh (Gambar 1). Adapun pengambilan data lapang dilakukan selama 7 hari, yaitu pada tanggal 14 – 20 Juni 2023.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Wilayah Desa Alue Deah Teungoh berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan Laut Andaman, sehingga memiliki gelombang yang cukup tinggi serta topografinya yang tergolong datar. Selain itu, Desa Alue Deah Teungoh berada di wilayah Kota Banda Aceh yang berdekatan dengan Sesar Semangko (Great Sumatran Fault), sehingga membuatnya menjadi sangat rentan terhadap ancaman bencana tsunami. Catatan sejarah juga menunjukkan bahwa di Aceh pernah terjadi salah satu tsunami paling besar di dunia dengan kekuatan gempa hingga 9,2 SR (Pusat Studi Gempa Nasional & Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, 2017). Oleh karena itu, penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Alue Deah Teungoh yang berada di wilayah pesisir Kota Banda Aceh.

Data

Bahan dan sumber data yang digunakan selama proses penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data penelitian

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Alur Kerja Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui observasi serta pendekatan pemodelan spasial yang dapat menggambarkan kondisi nyata di lapangan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis data-data tersaji dalam bentuk angka dan terukur (Zaiyana & Buchori, 2014). Alur kerja penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 2. Alur Kerja Penelitian

Pemodelan Tsunami

Pemodelan tsunami dilakukan dengan perhitungan Hloss yang dikembangkan oleh Berryman (2006). Hloss dihitung berdasarkan nilai kemiringan lereng, ketinggian gelombang maksimum di garis pantai, dan koefisien kekasaran penggunaan lahan. Adapun ketinggian gelombang maksimum di garis pantai didapatkan dari pemodelan metode COMCOT.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 2. Alur Kerja Penelitian

Analisis Kerentanan Relatif Bangunan

Penilaian kerentanan bangunan terhadap tsunami pada penelitian ini menggunakan model Papathoma Tsunami Vulnerability Assessment 4 (PTVA-4). Hasil akhir dari PTVA-4 adalah indeks kerentanan relatif bangunan (Relative Vulnerability Index/RVI). Indeks ini menunjukkan tingkat kerentanan bangunan yang relatif terhadap bangunan lain sehingga tidak dapat digunakan untuk memprediksi bangunan mana yang akan mencapai atau melampaui kondisi kerusakan tertentu (misalnya, bangunan A akan runtuh), melainkan untuk membandingkan kondisi kerentanan satu bangunan dengan bangunan lainnya, artinya bangunan dengan nilai RVI yang lebih tinggi lebih mungkin untuk mencapai atau melampaui kondisi kerusakan daripada bangunan dengan dengan nilai RVI yang lebih rendah (Dall’Osso et al., 2016). RVI dihitung berdasarkan nilai parameter kerentanan struktural (structural vulnerability/SV) dan kerentanan terhadap kontak air (water contact vulnerability/WV).

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Analisis Estimasi Kerugian Bangunan

Risiko bangunan dinyatakan secara kuantitatif dengan menggunakan nilai NJOP (Nilai Jual Objek Pajak). Data diperoleh dari publikasi pemerintah yaitu Keputusan Wali Kota Banda Aceh Nomor 242 Tahun 2017 Tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Kota Banda Aceh serta Nilai Pasar hasil dari transaksi jual beli tanah kosong dalam jangka waktu 3 tahun (2016-2018).

Adapun NJOP di Kota Banda Aceh berkisar antara harga Rp 2.000.000,00 hingga Rp 3.000.000,00 per meter persegi (Hudja & Fadhlia, 2019).

NJOP kemudian dikalikan dengan luas bangunan untuk mendapatkan harga individu bangunan. Nilai ini diasumsikan untuk bangunan tipe standar dan mewakili secara keseluruhan jenis bangunan, harga bangunan tersebut dapat berubah di lain waktu sesuai dengan harga pasar yang berlaku (Saputro, 2021).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemiringan Lereng (Slope)

Kemiringan lereng mempengaruhi jangkauan inundasi tsunami yang akan menimbulkan perbedaan pada luasan area bahaya tsunami. Pada dasarnya, semakin rendah nilai kemiringan lereng maka semakin jauh pula jangkauan inundasi tsunami. Peta kemiringan lereng disajikan pada Gambar 3.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 3. Kemiringan lereng Desa Alue Deah Teungoh tahun 2023

Kelas kemiringan lereng di Desa Alue Deah Teungoh adalah kelas datar, landai, agak curam, dan curam. Morfologi wilayah Desa Alue Deah Teungoh didominasi oleh satuan morfologi daratan yang berupa daerah relatif datar hingga sedikit bergelombang sehingga membuat kota ini sangat rentan akan ancaman bencana tsunami.

Tutupan Lahan (Land Cover)

Masing-masing jenis penggunaan lahan memiliki nilai koefisien kekasaran permukaan yang berbeda-beda. Koefisien kekasaran mempengaruhi nilai dari run-up tsunami. Rendahnya nilai koefisien kekasaran permukaan akan memperluas jangkauan inundasi tsunami.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 4. Tutupan Lahan Desa Alue Deah Teungoh tahun 2023

Tutupan lahan di Desa Alue Deah Teungoh meliputi lahan terbangun (pemukiman, kantor pemerintahan, tempat ibadah, sekolah, dan struktur pelindung pantai), badan air, vegetasi, lahan kosong, dan tambak/empang. Pelindung pantai yang terdapat di wilayah ini adalah revetment dan vegetasi. Adapun luas area masing-masing penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas area tutupan lahan

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Tutupan lahan di Desa Alue Deah Teungoh didominasi oleh pemukiman dan hanya ada sedikit badan air. Hal ini menyebabkan Desa Alue Deah Teungoh menjadi sangat rentan akan ancaman bencana tsunami baik dari segi sosial maupun ekologi. Tutupan lahan yang didominasi oleh pemukiman akan menyebabkan hambatan terhadap terjangan tsunami menjadi kurang maksimal dan juga berisiko tinggi menimbulkan banyak korban jiwa.

Penjalaran Tsunami

Pada penelitian ini, pemodelan tsunami dilakukan selama 60 menit. Estimasi penjalaran gelombang tsunami setelah gempa bumi terjadi ditunjukkan pada snapshots hasil pemodelan dengan perubahan waktu setiap 15 menit (Gambar 5).

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 5. Penjalaran tsunami

Pada pemodelan tsunami ini, deformasi muka laut terjadi pada waktu t = 0. Hal ini berarti waktu terjadinya deformasi lantai samudra dianggap sama dengan waktu terjadinya deformasi muka air laut di permukaan. Sesaat setelah gempa bumi terjadi, deformasi bidang patahan di dasar laut menyebabkan turunnya muka air laut (subsidence) di bagian timur patahan yang ditandai dengan warna biru dan kenaikan (uplift) di bagian barat patahan yang ditandai dengan warna merah. Gelombang yang berbahaya adalah gelombang naik yang bisa mencapai daratan dan merendam pemukiman masyarakat. Pola penjalaran tsunami akibat gempa bumi ini dominan ke arah barat dan timur dari patahan pada awal terbentuk, semakin lama dan semakin jauh penjalaran tsunami terjadi, pola penjalaran menjadi semakin luas ke berbagai arah. Grafik antara waktu dan ketinggian gelombang yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 6.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 6. Grafik penjalaran tsunami

Berdasarkan Gambar 5 dan Gambar 6, wilayah pesisir Desa Alue Deah Teungoh terkena dampak run-up tsunami tertinggi pada interval menit ke-30 hingga ke-45 dengan ketinggian gelombang tertinggi hingga 15,67 meter. Hal tersebut menunjukkan bahwa daerah pesisir Desa Alue Deah Teungoh merupakan daerah yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi terhadap bencana tsunami dengan waktu evakuasi yang cukup singkat.

Inundasi Tsunami

Sebaran inundasi tsunami (Gambar 7) didapatkan dari hasil simulasi menggunakan skenario gempa bumi 9,1 Mw di wilayah Desa Alue Deah Teungoh. Simulasi gempa bumi dan pemodelan tsunami dilakukan dengan bantuan program COMCOT v1.7, kemudian dilanjutkan dengan metode Hloss untuk mengolah pemodelan tsunami lebih lanjut.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 7. Inundasi tsunami

Analisis zonasi inundasi yang terjadi menunjukkan bahwa wilayah yang tergenang tsunami tersebar luas dari Kota Banda Aceh hingga Aceh Besar dengan kedalaman genangan 0 – 15,67 meter.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 8. Inundasi tsunami di Desa Alue Deah Teungoh

Jika dilihat dari inundasi yang terjadi di wilayah kajian (Gambar 8), terlihat bahwa seluruh wilayah Desa Alue Deah Teungoh tergenang tsunami. Kedalaman genangan bervariasi dari ketinggian 13,99 – 15,67 meter. Total luas wilayah terdampak yang tergenang adalah seluruh Desa Alue Deah Teungoh atau sekitar 40,1 ha dengan limpasan terjauh genangan tsunami dihitung dari garis pantai adalah 1,14 km.

Indeks Kerentanan Relatif Bangunan

Indeks ini menunjukkan tingkat kerentanan bangunan yang relatif terhadap bangunan lain sehingga tidak dapat digunakan untuk memprediksi bangunan mana yang akan mencapai atau melampaui kondisi kerusakan tertentu (misalnya, bangunan A akan runtuh), melainkan untuk membandingkan kondisi kerentanan satu bangunan dengan bangunan lainnya.

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 9. Kerentanan bangunan terhadap tsunami

Seluruh bangunan di wilayah kajian terkena dampak dari inundasi tsunami. Kondisi kerentanan bangunan di Desa Alue Deah Teungoh terhadap bencana tsunami dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas kerentanan rendah, sedang, dan tinggi. Jumlah bangunan berdasarkan kerentanannya telah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah bangunan berdasarkan kerentanan

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa bangunan yang terletak dekat dengan garis pantai, tergenang tsunami lebih tinggi, serta memiliki struktur yang tidak kuat akan meningkatkan risiko kerentanannya terhadap bencana tsunami. Begitu pula sebaliknya, bangunan yang terletak jauh dari garis pantai, tergenang tsunami lebih rendah, serta memiliki struktur yang kuat akan menurunkan risiko kerentanannya. Selain itu, masih ada faktor lain yang berperan sebagai pelindung bangunan terhadap gelombang tsunami yang datang, yaitu struktur pelindung pantai seperti seawall, pelindung alami seperti vegetasi yang lebat atau tebing dari arah gelombang datang, serta dinding beton yang terletak di sekitar bangunan.

Estimasi Nilai Kerugian Bangunan

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Gambar 10. Estimasi kerugian bangunan terdampak tsunami

Sebanyak 519 bangunan di Desa Alue Deah Teungoh terkena dampak dari inundasi tsunami dengan total kerugian yang ditimbulkan dari bangunan terdampak ditaksir mencapai Rp110.426.330.748,00 – Rp165.374.456.204,00. Bangunan dengan kelas kerentanan rendah sebanyak 94 bangunan menghasilkan kerugian sebesar Rp23.015.134.209,00 – Rp34.522.701.309,00. Bangunan dengan kelas kerentanan sedang sebanyak 292 bangunan menghasilkan kerugian sebesar Rp61.947.558.791,00 – Rp93.033.876.367,00. Bangunan dengan kelas kerentanan tinggi sebanyak 133 bangunan menghasilkan kerugian sebesar Rp25.463.637.748,00 – Rp37.817.878.528,00.

Tabel 4. Estimasi kerugian bangunan terdampak tsunami

Estimasi Kerugian Bangunan Terdampak Bencana Tsunami di Desa Alue Deah Teungoh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh

Berdasarkan hasil pada Gambar 11 dan Gambar 12, diketahui bahwa tidak sedikit dari bangunan tersebut yang memiliki risiko tinggi, bahkan untuk bangunan yang terletak cukup jauh dari garis pantai. Temuan ini tentunya sangat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan strategi mitigasi bencana tsunami dan penentuan lokasi evakuasi sebagai upaya mengurangi dampak yang akan terjadi. Selain itu, temuan ini juga akan sangat membantu dalam tahapan manajemen bencana yang lebih baik di masa mendatang. Hasil ini juga dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengedukasi masyarakat terkait pengetahuan mitigasi bencana.

KESIMPULAN

Pemodelan inundasi tsunami dengan skenario gempa bumi 9,1 Mw di wilayah Desa Alue Deah Teungoh menghasilkan ketinggian inundasi 13,99 – 15,67 meter. Total bangunan terdampak adalah sebanyak 519 bangunan. Sebanyak 94 bangunan termasuk kedalam kelas kerentanan rendah, 292 bangunan termasuk kedalam kelas kerentanan sedang, dan 133 bangunan termasuk kedalam kelas kerentanan tinggi. Total kerugian yang ditimbulkan dari bangunan terdampak ditaksir mencapai Rp110.426.330.748,00 – Rp165.374.456.204,00.

DAFTAR PUSTAKA

Cochard, R. (2011). The 2004 Tsunami in Aceh and Southern Thailand: Coastal Ecosystem Services, Damages and Resilience. In N. A. Mrner (Ed.), The Tsunami Threat—Research and Technology (pp. 179–216). InTech. https://doi.org/10.5772/14398

Dall’Osso, F., Dominey-Howes, D., Tarbotton, C., Summerhayes, S., & Withycombe, G. (2016). Revision and improvement of the PTVA-3 model for assessing tsunami building vulnerability using “international expert judgement”: Introducing the PTVA-4 model. Natural Hazards, 83(2), 1229–1256. https://doi.org/10.1007/s11069-016-2387-9

Fauzi, Y., Suwarsono, S., & Mayasari, Z. M. (2014). The Run up Tsunami Modeling in Bengkulu using the Spatial Interpolation of Kriging Technique. Forum Geografi, 28(2), 103–112. https://doi.org/10.23917/forgeo.v28i2.427

Hudja, N., & Fadhlia, W. (2019). Analisis Tingkat Akurasi Penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dengan Menggunakan Metode Assessment Sales Ratio di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 4(3), 558–568. https://doi.org/10.24815/jimeka.v4i3.12593

Intergovernmental Oceanographic Commission. (2019). Tsunami Glossary. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization.

Latief, H., Puspito, N. T., & Imamura, F. (2000). Tsunami Catalog and Zones in Indonesia. Journal of Natural Disaster Science, 22(1), 25–43. https://doi.org/10.2328/jnds.22.25

Pusat Studi Gempa Nasional (Indonesia), & Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Indonesia) (Eds.). (2017). Peta sumber dan bahaya gempa Indonesia tahun 2017 (Cetakan pertama). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum.

Rais, I. L. N., & Somantri, L. (2021). Analisis Bencana Gempa Bumi dan Mitigasi Bencana di Daerah Kertasari. Jurnal Samudra Geografi, 4(2), 14–19. https://doi.org/10.33059/jsg.v4i2.3773

Saputro, N. (2021). Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang 2021.

van Westen, C. J., Alkema, D., Damen, M. C. J., Kerle, N., & Kingma, N. C. (2011). GIS for Multi-Hazard Risk Assessment. United Nations University – ITC School on Disaster Geoinformation Management.

Wibowo, T. W., Mardiatno, D., & Sunarto, S. (2017). Pemetaan Risiko Tsunami terhadap Bangunan secara Kuantitatif. Majalah Geografi Indonesia, 31(2), 68–78. https://doi.org/10.22146/mgi.28044

Zaiyana, D., & Buchori, I. (2014). Kajian Kembali Terhadap Risiko Tsunami di Kota Banda Aceh. Jurnal Teknik PWK, 3(4), 807–817

Data Publications