Kajian Bahaya Bencana Letusan Gunung Api Ibu, Maluku Utara (Hazard Study of Ibu Volcano Eruption Disaster, North Maluku)

22 May 2025

By: IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Open Project

Kajian Bahaya Bencana Letusan Gunung Api Ibu, Maluku Utara

Thumbnail Gunung Ibu

Oleh: Dzalfa Kayla Septia Salma, Muhamad Helmi Ilham, Nazula Maghfirani Nassa (Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia)

Abstrak. Gunung Api Ibu secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Ibu Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Gunung Api Ibu adalah gunung stratovolcano dengan beberapa kerucut piroklastik dan beberapa kawah maar disekitarnya yang terletak di barat laut Pulau Halmahera, Indonesia. Puncak dari Gunung Api Ibu ini merupakan kawah vulkanik. Gunung Api Ibu ini pernah mengalami sejumlah letusan dari tahun ke tahun. Letusan dari Gunung Api Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara pada Sabtu 19 Mei 2024 ini berdampak pada 9 Kecamatan dengan 42 Desa dengan 6 Desa terkena dampak bahaya paling tinggi, 18 Desa terkena dampak bahaya sedang dan 18 Desa sisanya terkena dampak bahaya paling rendah. Gunung Api Ibu mengalami periode erupsi yang lebih lama selama sejarah pengamatan, periode erupsi Gunung Api Ibu ini terakhir dimulai pada 5 April 2008 dan masih berlanjut hingga sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat indeks bahaya yang disebabkan dari Letusan Gunung Api Ibu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan kualitatif. Sesuai dengan analisis tersebut, maka dalam menganalisis indeks bahaya tersebut menggunakan metode pembobotan nilai terhadap zona landaan dan zona lontaran berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Analisis indeks bahaya tersebut kemudian diolah dalam SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk mengklasifikasikan nilai indeks bahaya yang paling tinggi hingga paling rendah. Berdasarkan hasil studi didapatkan 2 hal diantaranya persebaran indeks bahaya di kawasan Gunung Api Ibu yang terbagi atas 3 kelas yaitu tinggi, sedang, rendah dan mitigasi untuk penanganan kebencanaan yang akan datang.

Kata kunci: bahaya, bencana, gunung api, mitigasi

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang letaknya sangat dekat dengan batas pertemuan antar lempeng. Kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki kondisi geologi yang unik dimana mayoritas wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur Gunung Api dunia yang terbentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Seram, Papua dan Sulawesi. Sebagai wilayah yang terletak pada jalur Gunung Api, kondisi fisiografi wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan empat lempeng tektonik yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, Filipina dan Pasifik. Keempat lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan bergerak secara relatif antara yang satu dengan yang lainnya, menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan vulkanisme paling aktif di dunia.

Indeks Risiko Bencana Alam (NORI) meletakkan Indonesia pada tingkat risiko ekstrim. Indeks ini diukur dengan menganalisis dampak bencana terhadap manusia, jumlah kematian per bencana dan per sejuta populasi, serta frekuensi bencana selama 30 tahun terakhir. Salah satu dari bencana yang ada di Indonesia adalah gunung api. Saat ini terdapat 129 gunung berapi yang masih aktif dan 500 tidak aktif di Indonesia. Gunung berapi aktif yang ada di Indonesia merupakan 13% dari seluruh gunung berapi aktif di dunia, dimana 70 gunung diantaranya merupakan gunung berapi aktif yang rawan meletus dan 15 gunung berapi kritis (Basyid, 2010). Fakta membuktikan besarnya potensi kerawanan gunung berapi di Indonesia dapat di identifikasi dari letak wilayah dan posisi geografis, dimana keberadaannya berada pada jalur pertemuan lempeng tektonik dengan barisan gunung api aktif atau dikenal sebagai the ring of fire (cincin api). Gunung api ini membentuk sabuk memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara pada satu rangkaian dan menerus ke arah utara sampai Laut Banda dan bagian utara Pulau Sulawesi. Berdasarkan keadaan geografis tersebut maka mitigasi terhadap bencana khususnya untuk bencana Gunung Berapi ini harus ditingkatkan karena dalam peristiwa letusannya dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Hazard (bahaya) merupakan unsur berbasis hidrometeorologis, geofisika, atau akibat ulah manusia yang menimbulkan tingkat ancaman terhadap kehidupan, properti, atau lingkungan. Bahaya bencana berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan. Untuk meminimalkan potensi bahaya yang mengancam kehidupan manusia diperlukan pemahaman proses yang berjalan di alam dan energi yang diperlukan untuk proses tersebut. Saat ini, kita masih sulit atau belum dapat mempengaruhi kejadian atau intensitas suatu fenomena alam, tetapi dengan mengetahui kawasan bahaya bencana ini dapat meminimalkan resiko kerugian bencana baik itu korban jiwa dan kerugian materil lainnya salah satunya dengan cara merelokasi masyarakat dan properti penting menjauh dari kawasan bahaya bencana. Dengan menghindari daerah yang rawan terpapar atau kawasan bahaya bencana tadi dapat memengaruhi langkah yang harus diambil untuk dapat meminimalkan atau mengurangi risiko bahaya bencana dengan langkah mitigasi bencana yang tepat. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan meneliti terkait dengan identifikasi kawasan bahaya bencana dari letusan Gunung Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara yang bertujuan untuk mengantisipasi tingkat ancaman kerugian korban jiwa maupun harta benda dan lingkungan. Pada identifikasi kawasan bahaya bencana skala data yang digunakan yaitu desa agar memudahkan dalam pengelompokan tingkat bahaya bencana sehingga dalam langkah mitigasi bencana dapat dilakukan dengan tepat dan akurat.

Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Gunung Api Ibu yang berada di Kecamatan Ibu Utara Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara ini merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia yang mempunyai letusan yang cukup besar. Secara geografis Gunung Api Ibu terletak pada ketinggian posisi 10°29’ LU dan 127°38’ BT serta puncaknya yang mempunyai ketinggian 1340 mdpl. Kabupaten Halmahera Barat berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Utara di sebelah utara dan timur serta berbatasan dengan Laut Maluku di sebelah barat dan selatan. Kawasan Halmahera Barat sendiri terdiri dari 9 Kecamatan dan 143 Desa, dan dari 9 Kecamatan tersebut 2 Kecamatan diantaranya masuk kawasan rawan bencana erupsi Gunung Api Ibu. Bahaya utama letusan Gunung Api Ibu ini berupa banjir lahar dingin di 2 Kecamatan di sekitar Gunung Api Ibu yaitu Kecamatan Ibu dan Kecamatan Ibu Utara yang menjadi kawasan rawan bencana Erupsi Gunung Api Ibu tersebut.

Dalam sejarahnya Gunung Api Ibu berdasarkan (Badan Nasional Penanggulangan Bencana Kabuaten Halmahera Barat, 2011) diketahui erupsi pertama kali pada Agustus-September 1911 berupa letusan eksplosif dikawah pusat. Letusan berikutnya terjadi pada Desember 1998 setelah 87 tahun beristirahat, menghasilkan sumbat lava yang menutupi dasar kawah bagian dalam. Dari tahun ke tahun Gunung Api Ibu ini sempat mengalami naik turun status kondisinya, dimana di tahun 1998 statusnya naik menjadi Siaga (Level III) kemudian di tahun 1999 statusnya diturunkan dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II), tahun-tahun berikutnya tercatat adanya aktivitas vulkanik Gunung Api Ibu dan adanya asap kawah putih tipis tebal mencapai ketinggian 50-150 diatas puncak. Hingga akhirnya pada 2009 hingga saat ini Gunung Api Ibu ini dinaikkan statusnya dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) sehubungan dengan terjadi peningkatan kegiatan visual dan seismik. Pada 2009 tersebut terjadi letusan disertai semburan material pijar yang mana letusan tersebut disertai suara gemuruh cukup keras. Gunung Api Ibu merupakan gunung api dengan puncak terpancung dan sejumlah kumpulan kawah besar dan disekitarnya terdapat beberapa maar. Secara geologi batuan menyusun Gunung Ibu terdiri dari 17 satuan aliran lava, 1 kubah lava, 5 satuan endapan freatik, 1 cinder cone, dan 4 satuan jatuhan piroklastik. Penyusunan batuan tersebut berdasarkan kontak litologi dan azas pemotongan batuan dari yang tua hingga yang muda. Lava ditemukan di tersebar luas di bagian timur yang diduga sebagai batuan tertua dari produk Gunung Ibu. Dari beberapa singkapan ditemukan sudah mengalami tingkat pelapukan yang kuat meskipun bagian dalam masih masif, berwarna hitam, porfirtik dari jenis basatis. Jatuhan piroklastik hanya terdapat di bagian selatan Kampung Naga dan merupakan produk jatuhan piroklastik tertua dari Gunung Ibu.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan untuk peneitian ini mencakup data zona lontaran dan zona landaan yang akan di analisis untuk mencapai output yaitu Peta Kajian Bahaya Gunung Api Ibu. Data citra yang digunakan dalam pengklasifikasian zona landaan dan zona lontaran tersebut berdasarkan data citra dengan resolusi spasial rendah sehingga peta yang dihasilkan adalah peta-peta dengan skala sedang yakni skala 1:150.000 dan 1:100.000. Adapun sumber data zona lontaran dan zona landaan ini berasal dari kawasan rawan bencana I, II dan III gunung api dengan analisis yang bersumber dari Modul Teknis Penyusunan Kajian Resiko Bencana Letusan Gunung Api, Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2019). Adapun klasifikasi Kawasan Rawan Bencana yang digunakan diantaranya:

  • Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi/sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran bom vulkanik, gas beracun maupun guguran batu (pijar). Pada kawasan ini, siapa pun tidak direkomendasikan untuk membuat hunian tetap dan memanfaatkan wilayah untuk kepentingan komersial. Kawasan ini meliputi daerah puncak dan sekitar.
  • Kawasan Rawan Bencana II adalah Kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan/atau guguran lava, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar, dan gas beracun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. 1.
    Kawasan rawan terhadap awan panas, aliran lava, aliran lahar, dan gas beracun terutama daerah hulu.
  1. 2.
    Kawasan rawan terhadap hujan abu lebat, lontaran batu (pijar) dan/atau hujan lumpur panas.
  • Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar, tertimpa material jatuhan berupa hujan abu, dan/atau air dengan keasaman tinggi. Apabila letusan membesar, kawasan ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat, serta lontaran batu (pijar). Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
  1. 1.
    Kawasan rawan terhadap lahar. Kawasan ini terletak di sepanjang lembah dan bantaran sungai, terutama yang berhulu di daerah puncak.
  1. 2.
    Kawasan rawan terhadap hujan abu tanpa memperhitungkan arah tiupan angin.

Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan bagaimana data yang dibutuhkan beserta tahapan analisis yang dilakukan untuk mencapai output yaitu Peta Kajian Bahaya Gunung Api Ibu.

Tahapan Analisis Peta Kajian Bahaya Gunung Api Ibu

Data-data yang dapat digunakan dalam penyusunan peta bahaya erupsi Gunung Api Ibu adalah data spasial yang terdiri dari batas administrasi dan Peta KRB Gunung Api yang terdiri dari zona landaan dan zona lontaran yang bersumber dari dataset Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Proses analisis dilakukan perangkat lunak pengolah data geospasial. Data peta KRB Gunungapi yang telah disiapkan dalam format data GIS, selanjutnya dianalisis dengan mengidentifikasi pada masing-masing kelas KRB (I-III) mana yang termasuk zona landaan atau zona lontaran. Setelah itu, dilakukan pemberian bobot pada masing zona. Setelah dilakukan pembobotan maka untuk penentuan indeks bahaya erupsi atau letusan gunungapi menggunakan persamaan 1 berikut:

Indeks Bahaya Erupsi Atau Letusan Gunungapi

Keterangan:

Hv : Indeks bahaya letusan gunungapi;

Zi : Zona Landaan pada KRB ke-i (I-III);

Zj : Zona Lontaran (batas radius) pada KRB ke-j (I-III);

100 : nilai total bobot (Zi + Zj) maksimum.

Hasil dan Pembahasan

Kajian bahaya dilakukan untuk memperoleh kesimpulan dari hasil analisis indeks bahaya berupa kelas bahaya dan luasan kelas bahaya. Untuk skala data yang digunakan yaitu skala desa yang memang menjadi kawasan bahaya Gunung Api Ibu. Berikut peta bahaya letusan Gunung Api Ibu.

Peta Gunung Ibu

Untuk indeks bahaya Gunung Api Ibu ini mencakup 2 kabupaten yaitu Kabupaten Halmahera Barat dan Halmahera Utara dengan 5 kecamatan yaitu Kecamatan Kao Barat, Tobelo Barat, Ibu, Ibu Utara dan Ibu Selatan serta melingkupi 42 desa. Daerah bahaya meliputi sekitar gunungapi yang secara langsung karena terancam sebaran bahan letusan berupa luncuran awan panas, jatuhan bom vulkanik dan aliran lava serta lahar. Luas daerah bahaya Gunung Ibu 1.0251,59 ha dengan kawah puncak sebagai pusatnya. Jarak terjauh 7 sampai 8 Km ke arah timur laut dan barat karena terhalang beberapa bukit, dengan melihat keadaan kawah puncak yang membuka ke arah barat laut maka bahaya akan mengancam kampung Goia. Daerah waspada adalah daerah yang akan tertimbun oleh jatuhan pasir dan abu, tetapi apabila letusan berkembang makin besar dapat pula tertimpa lontaran batuan piroklastika (bom vulkanik). Daerah Waspada terletak di luar daerah bahaya, meliputi wilayah dala radius 8 Km dari pusat kegiatan yang mengancam lereng bagian utara dan daerah bertopografi rendah di sekitar aliran sungai yang berhulu di kawah puncak. Lembah sungai seperti ini pada musim hujan dapat terlanda banjir lahar. Untuk analisis indeks bahaya Gunung Api ini membagi menjadi 3 kelas diantaranya bahaya tinggi, bahaya sedang dan bahaya ringan.

Bahaya Tinggi

Untuk bahaya tinggi karena berbatasan langsung dengan kawah maka kedalaman kawah saat ini merupakan penahanan sebaran aliran lava, awan panas dan aliran gas yang biasanya mengikuti morfologi lebih rendah dari daerah sekitarnya. Kalaupaun letusan akan datang terjadi aliran lava diperkirakan akan mengisi daerah kawah yang saat ini hampir setengah, dan jika sudah penuh maka lava akan melebar dan mengalir diiringi awan panas terutama mengikuti alur-alur lembah yang bersumber dari puncak, maka lereng utaran dan selatan yang kelerengannya paling landai dan terdapat bukaan berpotensi dilalui aliran lava.

Bahaya Sedang

Untuk bahaya sedang berpotensi adanya bahaya lontaran dengan semua jenis bahan letusan yang dilontarkan ke semua arah dengan percepatan saat terjadi letusan berupa bom vulkanik (kerak roti) berasal dari magma dan juga pecahan batuan tua (fragmen litik). Material lontaran ini tidak terpengaruh oleh arah tiupan angin saat letusan terjadi, karena berukuran cukup besar. Arah bukaan kadang mempengaruhi arah dominan material lontaran berukuran besar sesuai arah bukaan kawah tersebut, terutama bila lubang letusan (diatrema) tidak tegak lurus tapi miring (agak ke lereng).

Bahaya Ringan

Untuk Bahaya ringan berpotensi terlanda lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava, selama letusan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar). Beberapa sungai yang berhulu didaerah puncak dan berpotensi dilalui lahar, seperti dilereng dan kaki bagian utara dan barat, lereng dan kaki bagian selatan dan barat daya serta lereng dan kaki bagian timur. Di daerah kaki, morfologi umumnya ersifat datar dan landai, sehingga ada kemungkinan lahar melebar ke kiri dan kanan sungai. Kawasan terhadap lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas, terdiri atas 2 Kecamatan meliputi : Sepanjang aliran sungai Bosaboso (Ake Bosaboso), sungai Thafo (Ake Tahafo), sungai Ibu (Ake Ibu) dan sungai Ngadona (Ake Ngadona). Kecamatan Ibu meliputi Desa Maritango, Kieici, Tongute Goin, Tongute Sungi, dan Desa Naga. Sedangkad Kecamatan Ibu Utara meliputi Desa Tengowango, Togowo, Duono, Goin, Sangajinyeku, Tuguis, Tugurebasungi, Borona, Todoke, Talisaur, Pasalulu, dan Desa Togorebatua.

Kajian hasil bahaya skala desa 1

Kajian hasil bahaya skala desa  2

Kajian hasil bahaya skala desa 3

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2025

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kelas bahaya bencana letusan Gunung Api Ibu berada di Kecamatan Ibu dan Ibu Utara. Dengan 6 Desa yang termasuk pada kelas bahaya berpotensi tinggi yaitu desa Kie Ici dan Maritango di Kecamatan Ibu lalu desa Barona, Togoreba Sungi, Tolisaor dan Tuguis di Kecamatan Ibu Utara. Untuk itu diperlukan adanya mitigasi yang terintergrasi di 6 Desa tersebut terutama untuk jalur evakuasi, skema bencana dan tempat evakuasi yang memadai untuk masyarakat yang berada di kawasan bahaya tinggi tersebut. Sedangkan untuk kelas bahaya sedang terdapat 18 Desa yang terdampak dan untuk bahaya ringan terdapat 18 Desa yang terdampak pula.

Analisis indeks bahaya Gunung Api Ibu ini digunakan untuk memprediksi mitigasi bencana untuk kedepannya mitigasi yang dilakukan berupa mitigasi non-fisik dan fisik. Untuk mitigasi non-fisik dapat dilakukan sosialisasi dan pelatihan kesiapsiagaan bencana alam agar masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman ketika terjadi erupsi letusan Gunung Api Ibu. Untuk mitigasi fisik dapat berupa pembangunan struktur penahan di alur sungai, maupun perangkat early warning system berikut dengan jalur evaluasi dan tempat evakuasi yang memadai dan memenuhi kriteria standar yang ada. Langkah analisis indeks bahaya Gunung Api Ibu beserta persiapan mitigasi berdasarkan lokasi bahaya Gunung Api Ibu ini bertujuan untuk menimalisir korban jiwa dan kerusakan material hingga menyelamatkan harta benda.

Kesimpulan

Analisis indeks bahaya Gunung Api Ibu digunakan untuk merencanakan mitigasi bencana di masa mendatang. Mitigasi ini mencakup dua jenis: non-fisik dan fisik. Mitigasi non-fisik meliputi kegiatan sosialisasi dan pelatihan kesiapsiagaan bencana agar masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik ketika terjadi erupsi Gunung Api Ibu. Sementara itu, mitigasi fisik mencakup pembangunan struktur penahan di alur sungai, pemasangan sistem peringatan dini (early warning system), serta penyediaan jalur dan tempat evakuasi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tujuan dari analisis indeks bahaya dan persiapan mitigasi ini adalah untuk mengurangi risiko korban jiwa dan kerusakan material, serta melindungi harta benda.

Gunung Api Ibu yang berada di Kecamatan Ibu Utara Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara ini merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia yang mempunyai letusan yang cukup besar. Dampak dari letusan gunung api ini berdampak kepada 5 kecamatan dan 45 desa yang ada di Kabupaten Halmahera. Seluas 10.251,62 Ha terkena dampak dengan 3 tingkatan dampak yang berbeda, terkena dampak tinggi seluas 4.965,58 Ha, terkena dampak sedang 4.066,66, dan terkena dampak dengan kategori rendah seluas 1.219,44 Ha. Desa Kie Ici merupakan desa yang paling terdampak oleh letusan Gunung Ibu, seluas 1612,27 Ha wilayah desa terkena dampak letusan gunung ini.

Daftar Pustaka

  • Badan Nasional Penanggulangan Bencana Kabuaten Halmahera Barat. (2011). Rencana Kontijensi Ancaman Gunung Ibu Kabupaten Halmahera Barat.
  • Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2019). Modul Teknis Penyusunan Kajian Resiko Bencana Letusan Gunung Api.
  • Basyid, A. (2010). Pengembangan Peta Rencana Kontijensi Bencana Gunung Api. Jurnal Itenas Rekayasa, 14(4).

Data Publications

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Tourism

20 May 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Kawasan Gunung Batur, Bali, memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata berbasis ekologi dan edukasi global. Namun, kawasan tersebut tentunya tak lepas dari status rawan bencana letusan gunung berapi akibat status aktif dari Gunung Batur. Oleh karena itu, kajian ini akan menyoroti pengembangan pariwisata kawasan rawan bencana Gunung Batur, Bali dari perspektif perencanaan wilayah.

14 min read

129 view

1 Projects

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Tourism

09 May 2025

MAPID

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Artikel ini mengkaji infrastruktur pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa menggunakan pendekatan GIS untuk menganalisis kepadatan, keterjangkauan, serta kesenjangan infrastruktur berdasarkan konsep 4A (Attraction, Amenity, Accessibility, Ancillary). Melalui metode spasial seperti KDE dan network analysis, serta analisis SWOT, kajian ini memberikan rekomendasi strategis bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan di kedua wilayah kepulauan tersebut.

25 min read

338 view

1 Projects

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Climate & Disaster

07 May 2025

Ryandana Adi Nugraha

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Kabupaten Sumbawa terletak pada provinsi Nusa Tenggara Barat. Dilihat dari segi geografis letak Kabupaten Sumbawa terutama Kecamatan sumbawa memiliki potensi sebagai daerah pusat perekonomian yang mana menjadi nilai ekonomis untuk dibangun industri di area tersebut. Namun, daerah tersebut memiliki potensi banjir baik banjir rob ataupun banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menjadikan area industri yang berada di Sumbawa dan sekitarnya memiliki potensi untuk terdampak banjir. Meskipun berisiko, bisnis sering memilih untuk berlokasi di daerah rawan banjir karena keuntungan strategis seperti kedekatan dengan bisnis terkait dan fasilitas umum. Manfaat ekonomi dapat lebih besar daripada dampak buruk banjir, sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi manajemen risiko banjir struktural dan non-struktural (Rwehumbiza 2021).

19 min read

286 view

1 Projects

Penentuan Lokasi Rencana Tempat Pengungsian Banjir Berdasarkan Sebaran Kelompok Rentan dan Zona Bahaya di Kota Bogor

Climate & Disaster

07 May 2025

Zelina Mariyori Wazlir

Penentuan Lokasi Rencana Tempat Pengungsian Banjir Berdasarkan Sebaran Kelompok Rentan dan Zona Bahaya di Kota Bogor

Analisis penentuan lokasi tempat pengungsian banjir di Kota Bogor menunjukkan bahwa tujuh sekolah berada dalam kategori sangat layak berdasarkan kombinasi kriteria spasial dan distribusi kelompok rentan di zona bahaya banjir. Titik-titik ini berada di kelurahan prioritas dan dapat dijangkau dalam radius ≤ 500 meter oleh populasi terdampak dengan berjalan kaki, sehinga dapat menjadi lokasi prioritas untuk evakuasi darurat. Sekolah juga menjadi alternatif yang fungsional dan strategis dalam mendukung upaya pengurangan risiko bencana banjir secara inklusif dan tepat sasaran.

20 min read

237 view

4 Data

1 Projects

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at
  • mapid-ai-maskot