Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

20 Mei 2025

By: IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Open Project

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Ditulis oleh: Daliyah El Shafira

ABSTRAK

Gunung Batur di Kabupaten Bangli, Bali, adalah destinasi wisata alam unggulan yang berada dalam kawasan rawan bencana letusan gunung berapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengembangan kawasan wisata Gunung Batur dari aspek daya tarik wisata, infrastruktur, kebijakan perencanaan, serta dampak sosial-ekonomi dan lingkungan. Melalui pendekatan evaluatif terhadap kebijakan RTRW, RDTR, dan RIPPDA, ditemukan bahwa Gunung Batur memiliki potensi besar sebagai Geopark Global UNESCO yang mendukung ekowisata dan edukasi geologi. Namun, kawasan ini juga menghadapi tantangan berupa risiko bencana vulkanik dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas wisata. Rekomendasi mencakup mitigasi bencana, penguatan ekowisata, peningkatan infrastruktur, pengelolaan kapasitas wisatawan, dan kolaborasi lintas sektor. Penelitian ini menekankan pentingnya tata kelola berkelanjutan untuk menjadikan Gunung Batur sebagai kawasan wisata yang aman, inklusif, dan berdaya saing.

Kata Kunci: Gunung Batur; wisata berkelanjutan; mitigasi bencana; ekowisata; kebijakan perencanaan

PENDAHULUAN

Gunung Batur, sebagai salah satu kawasan wisata alam strategis di Pulau Bali, menawarkan potensi besar untuk mendukung pariwisata berkelanjutan berbasis ekologi dan edukasi geologi. Dengan status sebagai bagian dari Geopark Global UNESCO, kawasan ini menarik ratusan ribu wisatawan setiap tahunnya. Namun, lokasinya yang berada di zona rawan bencana letusan gunung berapi menjadikan pengelolaan kawasan ini perlu dilakukan secara hati-hati.

Permasalahan utama dalam pengembangan kawasan wisata Gunung Batur adalah potensi risiko bencana vulkanik yang dapat mengancam keselamatan wisatawan dan masyarakat lokal, serta dampak lingkungan akibat peningkatan aktivitas wisata.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengembangan kawasan wisata Gunung Batur secara menyeluruh dengan menyoroti kebijakan tata ruang, infrastruktur, potensi sosial-ekonomi, serta strategi mitigasi bencana dan keberlanjutan.

METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi Penelitian

Gunung Batur adalah salah satu destinasi wisata alam unggulan di Pulau Bali, terletak di Kabupaten Bangli. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1.717 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung berapi aktif yang berada di dalam kaldera besar yang mengelilingi Danau Batur, danau vulkanik terbesar di Bali. Keindahan alamnya menjadikan kawasan ini sebagai salah satu daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Kawasan Gunung Batur menarik lebih dari 300.000 pengunjung setiap tahunnya. Wisatawan datang untuk menikmati berbagai atraksi, termasuk trekking ke puncak gunung untuk menyaksikan matahari terbit, relaksasi di pemandian air panas alami Toya Bungkah, serta eksplorasi budaya di desa-desa tradisional sekitar seperti Desa Trunyan yang memiliki tradisi unik dalam pemakaman. Selain itu, Danau Batur menjadi tempat favorit untuk kegiatan memancing, berperahu, dan menikmati suasana alami yang tenang.

Akses menuju Gunung Batur cukup mudah, dengan waktu perjalanan sekitar 2 jam dari Denpasar menggunakan kendaraan pribadi atau tur wisata. Infrastruktur pendukung seperti akomodasi, restoran, dan jasa pemandu wisata tersedia dengan baik, menjamin kenyamanan wisatawan selama berkunjung.

Sebagai bagian dari Geopark Global UNESCO, Gunung Batur tidak hanya menjadi destinasi rekreasi tetapi juga kawasan edukasi geologi dan ekowisata. Namun, kawasan ini memerlukan pengelolaan yang berbasis mitigasi bencana karena statusnya sebagai gunung berapi aktif. Dengan pengembangan yang berkelanjutan, Gunung Batur tetap menjadi salah satu destinasi andalan Bali yang terus memikat jutaan wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Peta Administrasi Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli memiliki berbagai jenis penggunaan lahan yang mendukung kegiatan pertanian, pariwisata, serta konservasi lingkungan. Berikut penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bangli.

Peta Guna Lahan Kabupaten Bangli

Peta ini menunjukkan tingkat bahaya letusan Gunung Batur di Kabupaten Bangli, Bali. Peta dibuat dalam skala 1:84.890, dan mencakup wilayah administratif Kabupaten Bangli serta sekitarnya (Buleleng, Karangasem, Gianyar, dan lainnya).

Peta Indeks Bahaya Letusan Gunung Berapi Kabupaten Bangli

2.2 Variabel Penelitian

Variabel utama yang dianalisis mencakup: Komponen 3A (Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas), Kebijakan: RTRW, RDTR, RIPPDA, Outcome Sosial-Ekonomi dan Lingkungan, Strategi mitigasi bencana, dan Partisipasi masyarakat lokal.

2.3 Metode

Metode evaluasi dilakukan melalui analisis kebijakan spasial dan naratif berdasarkan dokumen perencanaan, data statistik pariwisata, serta kajian literatur tentang risiko bencana dan pengelolaan geopark. Visualisasi dilakukan dengan peta kawasan dan data spasial dari analisis sekunder.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Komponen 3A Wisata Gunung Batur

Komponen pariwisata yang mencakup atraksi, aksesibilitas, dan aminitas adalah elemen kunci yang mendukung pengembangan Kawasan wisata Gunung Batur. Berikut merupakan tabel komponen 3A:

Tabel 1. Komponen 3A Gunung Batur

Tabel Komponen Gunung Batur

Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2022

3.2 Kebijakan Perencanaan

Pengembangan kawasan wisata Gunung Batur diatur melalui berbagai kebijakan perencanaan yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan pariwisata secara berkelanjutan, menjaga kelestarian lingkungan, dan memitigasi risiko bencana. Kebijakan ini mencakup Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Berikut penjelasannya:

1. Rencana Tata Ruang Wilayah

RTRW memberikan panduan makro tentang perencanaan ruang di wilayah Bali, termasuk pengelolaan kawasan Gunung Batur.

  • Berdasarkan RTRW Provinsi Bali, kawasan Gunung Batur ditetapkan sebagai bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Kawasan ini memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan pariwisata berbasis alam, budaya, dan geowisata.
  • RTRW juga menetapkan zona-zona perlindungan untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti kawasan lindung di sekitar Danau Batur dan area yang termasuk dalam zona risiko tinggi bencana vulkanik.
  • Tujuan utama pengelolaan melalui RTRW adalah memastikan pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta meminimalkan dampak negatif terhadap kawasan ekosistem.

2. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

RDTR memberikan perencanaan teknis dan rinci tentang tata guna lahan di kawasan Gunung Batur. Memperbaiki infrastruktur jalan untuk memudahkan akses ke Kawasan Gunung Agung.

  • Kawasan ini diarahkan untuk pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata dan wisata budaya, seperti trekking, pemandian air panas, dan eksplorasi adat Desa Trunyan.
  • RDTR mencakup perbaikan infrastruktur pendukung, termasuk aksesibilitas jalan, fasilitas parkir, dan layanan umum seperti pusat informasi wisata dan toilet umum.
  • Selain itu, RDTR menetapkan zona rawan bencana sebagai area terbatas untuk menjaga keselamatan masyarakat dan wisatawan.

3. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Ripparda)

RIPPDA adalah kebijakan strategis yang memberikan arah pengembangan pariwisata di tingkat daerah, termasuk kawasan Gunung Batur. Mengimplementasikan sistem peringatan dini dan jalur evakuasi di sekitar Gunung Agung.

  • RIPPDA menetapkan Gunung Batur sebagai destinasi unggulan dengan memaksimalkan potensi Geopark Global UNESCO.
  • Fokusnya adalah pada pengembangan wisata berbasis edukasi geologi, seperti pembuatan museum geowisata dan penyediaan fasilitas interpretasi di lokasi.
  • RIPPDA juga mendorong pemberdayaan masyarakat lokal melalui program wisata berbasis komunitas untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.

3.3 Outcome Pengembangan

Pengembangan kawasan wisata Gunung Batur memberikan dampak positif dan negatif yang perlu dikelola dengan baik untuk memastikan manfaat optimal bagi masyarakat lokal, wisatawan, dan lingkungan. Berikut adalah outcome yang dapat diidentifikasi:

Outcome Positif

  • Peningkatan Ekonomi Lokal

Pengembangan wisata Gunung Batur mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangli melalui penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, seperti pemandu wisata, pengelola homestay, dan usaha kuliner atau kerajinan khas Bali. Pendapatan dari sektor pariwisata juga memperkuat ekonomi lokal melalui pajak daerah.

  • Promosi Ekowisata dan Edukasi

Sebagai bagian dari Geopark Global UNESCO, kawasan Gunung Batur mendukung pengembangan ekowisata yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan pendidikan geologi. Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam tetapi juga belajar tentang proses vulkanik dan sejarah geologi kawasan tersebut.

  • Peningkatan Infrastruktur dan Aksesibilitas

Pengembangan kawasan wisata mendorong peningkatan infrastruktur seperti perbaikan jalan menuju Gunung Batur, penyediaan fasilitas umum seperti pusat informasi wisata, toilet, dan parkir. Hal ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan wisatawan tetapi juga manfaat bagi masyarakat lokal.

  • Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Program wisata berbasis komunitas, seperti pengelolaan homestay atau warung tradisional, memberikan peluang bagi masyarakat lokal untuk lebih berperan dalam aktivitas pariwisata, sehingga meningkatkan taraf hidup mereka.

Outcome Negatif

  • Kerusakan Lingkungan

Peningkatan jumlah wisatawan tanpa regulasi yang memadai dapat menyebabkan masalah seperti sampah, degradasi ekosistem kaldera, dan kerusakan vegetasi akibat aktivitas pendakian yang tidak terkontrol.

  • Tekanan pada Masyarakat Lokal

Pertumbuhan pariwisata yang pesat berpotensi menimbulkan gangguan bagi masyarakat lokal, seperti meningkatnya biaya hidup, tekanan sosial, dan konflik kepentingan antara pelaku wisata dan warga setempat.

  • Risiko Bencana Vulkanik

Gunung Batur adalah gunung berapi aktif, sehingga aktivitas wisata di kawasan ini tetap menghadapi risiko bencana vulkanik. Tanpa mitigasi dan sistem peringatan dini yang baik, wisatawan dan penduduk lokal dapat terpapar risiko tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Gunung Batur, sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Bali, memiliki potensi besar dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal, pelestarian budaya, dan edukasi geologi. Keindahan alamnya yang memukau, atraksi yang beragam, dan statusnya sebagai bagian dari Geopark Global UNESCO menjadikannya daya tarik wisata yang unik. Namun, tantangan seperti risiko bencana vulkanik, kerusakan lingkungan, dan tekanan sosial memerlukan perhatian serius dalam pengelolaan kawasan ini.

Melalui kebijakan seperti RTRW, RDTR, dan RIPPDA, pengembangan kawasan Gunung Batur diarahkan untuk menciptakan ekowisata yang berkelanjutan, meningkatkan kualitas infrastruktur, dan melibatkan masyarakat lokal secara aktif. Outcome positif yang dihasilkan mencakup peningkatan ekonomi lokal, pemberdayaan masyarakat, dan promosi ekowisata. Di sisi lain, outcome negatif seperti kerusakan lingkungan dan risiko bencana vulkanik harus diminimalkan melalui mitigasi risiko yang terintegrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2024). Data Sensus Penduduk Bali 2024. Denpasar: BPS Bali.

Geopark Global UNESCO. (2023). Batur Geopark: A Natural and Cultural Treasure. UNESCO.

Pemerintah Provinsi Bali. (2020). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Bali. Denpasar: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali.

Pemerintah Kabupaten Bangli. (2021). Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Bangli. Bangli: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangli.

Pemerintah Kabupaten Bangli. (2022). Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bangli. Bangli: Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli.

Sukawati, A. (2018). Mitigasi Risiko Bencana di Kawasan Wisata Gunung Batur. Jurnal Mitigasi Bencana, 12(3), 45–56.

UNESCO. (2023). Global Geopark Network: Batur Geopark Report. Paris: UNESCO.

Data Publikasi

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

88 dilihat

2 Data

1 Proyek

Kajian Bahaya Bencana Letusan Gunung Api Ibu, Maluku Utara (Hazard Study of Ibu Volcano Eruption Disaster, North Maluku)

Iklim dan Bencana

22 Mei 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Kajian Bahaya Bencana Letusan Gunung Api Ibu, Maluku Utara (Hazard Study of Ibu Volcano Eruption Disaster, North Maluku)

Gunung Api Ibu secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Ibu Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Gunung Api Ibu adalah gunung stratovolcano dengan beberapa kerucut piroklastik dan beberapa kawah maar disekitarnya yang terletak di barat laut Pulau Halmahera, Indonesia. Puncak dari Gunung Api Ibu ini merupakan kawah vulkanik. Gunung Api Ibu ini pernah mengalami sejumlah letusan dari tahun ke tahun. Letusan dari Gunung Api Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara pada Sabtu 19 Mei 2024 ini berdampak pada 9 Kecamatan dengan 42 Desa dengan 6 Desa terkena dampak bahaya paling tinggi, 18 Desa terkena dampak bahaya sedang dan 18 Desa sisanya terkena dampak bahaya paling rendah. Gunung Api Ibu mengalami periode erupsi yang lebih lama selama sejarah pengamatan, periode erupsi Gunung Api Ibu ini terakhir dimulai pada 5 April 2008 dan masih berlanjut hingga sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat indeks bahaya yang disebabkan dari Letusan Gunung Api Ibu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan kualitatif. Sesuai dengan analisis tersebut, maka dalam menganalisis indeks bahaya tersebut menggunakan metode pembobotan nilai terhadap zona landaan dan zona lontaran berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Analisis indeks bahaya tersebut kemudian diolah dalam SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk mengklasifikasikan nilai indeks bahaya yang paling tinggi hingga paling rendah. Berdasarkan hasil studi didapatkan 2 hal diantaranya persebaran indeks bahaya di kawasan Gunung Api Ibu yang terbagi atas 3 kelas yaitu tinggi, sedang, rendah dan mitigasi untuk penanganan kebencanaan yang akan datang.

19 menit baca

303 dilihat

1 Proyek

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Pariwisata

09 Mei 2025

MAPID

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Artikel ini mengkaji infrastruktur pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa menggunakan pendekatan GIS untuk menganalisis kepadatan, keterjangkauan, serta kesenjangan infrastruktur berdasarkan konsep 4A (Attraction, Amenity, Accessibility, Ancillary). Melalui metode spasial seperti KDE dan network analysis, serta analisis SWOT, kajian ini memberikan rekomendasi strategis bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan di kedua wilayah kepulauan tersebut.

25 menit baca

524 dilihat

1 Proyek

🧭 "6 Rute Wisata Rekomendasi untuk Jelajah Bintan"

Pariwisata

07 Mei 2025

Ziada Azkia Najda

🧭 "6 Rute Wisata Rekomendasi untuk Jelajah Bintan"

Temukan bagaimana teknologi GIS mengubah cara kita menjelajah Bintan! Artikel ini mengulas strategi penataan rute wisata berdasarkan data spasial dan potensi destinasi, menghasilkan enam rute terbaik dari tiga pintu utama. Cocok untuk wisatawan harian maupun pelancong yang ingin menyelami pesona Bintan secara mendalam—dari pantai tropis, desa wisata, hingga hutan mangrove.

18 menit baca

282 dilihat

3 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot