Pemetaan Bahaya Bencana Gempa Bumi serta Penentuan Titik Shelter dan Jalur Evakuasi sebagai Sarana Mitigasi Bencana di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

21 Januari 2025

By: HIMA SAIG UPI

Open Project

Bahaya Gempa_Kabupaten Bantul

h

Disusun oleh:

Ridho Alfi Mubarok

Latar Belakang

Kabupaten Bantul, yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan tingkat risiko tinggi terhadap bencana gempa bumi. Kondisi ini dipengaruhi oleh posisi geografis Bantul yang berada di dekat pertemuan dua lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Interaksi kedua lempeng ini sering memicu aktivitas seismik yang signifikan, menjadikan Bantul salah satu daerah rawan bencana gempa bumi di Indonesia (Rini. et al, 2022). Sejarah mencatat bahwa gempa bumi dahsyat pada tahun 2006 menyebabkan kerusakan infrastruktur yang luas serta korban jiwa yang sangat besar, menegaskan kerentanan wilayah ini terhadap ancaman bencana tersebut.

Dalam menghadapi risiko gempa bumi, diperlukan langkah mitigasi yang terencana dan terintegrasi untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan. Salah satu upaya penting adalah pemetaan tingkat bahaya gempa bumi. Pemetaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yang paling rentan terhadap guncangan seismik, sehingga dapat dilakukan tindakan preventif yang sesuai. Selain itu, pemetaan jalur evakuasi dan titik rencana shelter menjadi komponen krusial dalam strategi mitigasi. Jalur evakuasi yang dirancang dengan baik akan memudahkan masyarakat untuk bergerak ke tempat aman saat terjadi gempa, sementara titik shelter yang strategis dapat berfungsi sebagai lokasi perlindungan sementara yang aman, mengurangi risiko cedera dan kematian selama proses evakuasi darurat.

Penelitian ini berfokus pada penyusunan peta tingkat bahaya gempa bumi, pemetaan jalur evakuasi, serta identifikasi titik rencana shelter di Kabupaten Bantul. Dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, data geospasial, dan analisis seismik, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan informasi yang akurat dan aplikatif. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat menjadi panduan strategis bagi pemerintah daerah dalam perencanaan kebencanaan dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Langkah ini diharapkan tidak hanya mampu mengurangi dampak bencana, tetapi juga mempercepat pemulihan wilayah pasca-bencana. Dengan demikian, penelitian ini berkontribusi pada upaya pembangunan berkelanjutan yang tangguh terhadap ancaman gempa bumi.

Metode

Wilayah Kajian

Kabupaten Bantul, yang terletak di bagian selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki posisi geografis antara 07°44'04" - 08°00'27" Lintang Selatan dan 110°12'34" - 110°31'08" Bujur Timur. Wilayah ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten Gunungkidul di timur, Kabupaten Kulon Progo di barat, serta Samudra Hindia di selatan. Dengan luas sekitar 506,85 km², Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 pedukuhan. Topografi Kabupaten Bantul bervariasi, mulai dari dataran rendah di bagian tengah, perbukitan di bagian timur dan barat, hingga kawasan pesisir di selatan. Kondisi geografis yang beragam ini membuat Bantul rentan terhadap berbagai bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami, karena lokasinya yang dekat dengan zona subduksi aktif antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Bantul dipilih sebagai lokasi studi karena beberapa alasan. Sejarah mencatat gempa besar pada tahun 2006 dengan dampak yang signifikan, sementara letaknya yang dekat dengan zona subduksi meningkatkan risiko aktivitas seismik. Dengan populasi padat, keberadaan jalur evakuasi dan titik shelter sangat penting untuk mengurangi korban jiwa. Selain itu, pemetaan strategis ini mendukung kesiapsiagaan masyarakat, didukung oleh komitmen pemerintah melalui inisiatif Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada pemetaan bahaya serta penentuan jalur evakuasi dan titik shelter sementara dijelaskan pada tabel dibawah ini.

j

w

Sumber: Modul KRB Gempa Bumi BNPB

Kerangka Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan bahaya, jalur evakuasi, dan titik shelter sementara di Kabupaten Bantul, serta menganalisis kerentanan sosial per kecamatan sebagai bagian dari praktikum mata kuliah Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Kebencanaan. Data yang digunakan mencakup berbagai data geospasial dan non-spasial yang telah dijelaskan pada tabel alat dan bahan.

Proses penelitian meliputi pengumpulan data, pra-pemprosesan, integrasi, dan analisis spasial. Hasil yang diharapkan berupa peta bahaya, jalur evakuasi yang optimal, lokasi shelter sementara yang strategis, dan peta kerentanan sosial. Analisis dilakukan menggunakan software GIS untuk menghasilkan informasi spasial yang mendukung mitigasi kebencanaan. Berikut merupakan tahapan praktikum yang digambarkan melalui diagram alir dibawah ini.

Pemetaan Bahaya Bencana Gempa Bumi

Proses pembuatan peta bahaya gempa bumi umumnya melibatkan beberapa tahapan penting (Earthquake Research Committee, 2005). Tahap pertama adalah pemetaan intensitas guncangan atau percepatan puncak pada batuan dasar, yang dilakukan menggunakan analisis skenario gempa bumi atau pendekatan probabilistik dengan mempertimbangkan hubungan jarak atenuasi. Tahap kedua melibatkan pemetaan intensitas guncangan di permukaan tanah, yang diperoleh dengan mengalikan faktor amplifikasi tanah dengan intensitas guncangan pada batuan dasar.

Pada tahap kedua, salah satu parameter kunci yang dibutuhkan untuk menentukan faktor amplifikasi tanah adalah nilai distribusi kecepatan gelombang geser rata-rata dari permukaan tanah hingga kedalaman 30 meter (Vs30 atau AVS30). Idealnya, pengukuran kecepatan gelombang geser dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan teknik borehole. Namun, metode ini memerlukan biaya besar dan waktu yang lama, sehingga kurang efisien untuk kegiatan mitigasi risiko bencana yang mendesak. Sebagai alternatif, nilai faktor amplifikasi tanah dapat dihitung menggunakan pendekatan metode empiris yang diusulkan oleh Midorikawa et al. (1994) melalui persamaan.

Pemetaan Jalur Evakuasi dan Titik Shelter Sementara Bencana Gempa Bumi

Pemetaan jalur evakuasi dan penentuan titik shelter sementara untuk bencana gempa bumi di Kabupaten Bantul menggunakan data dari jaringan jalan dan POI (Point of Interest), pada praktikum ini saya menggunakan POI jenis Pemerintahan, Pendidikan, dan Peribadatan dari BIG yang diasumsikan sesuai untuk dijadikan titik shelter yang sangat penting dalam mitigasi risiko bencana. Metode yang digunakan adalah algoritma shortest path dari QGIS untuk menentukan rute evakuasi terpendek dari wilayah permukiman berisiko tinggi menuju titik shelter sementara. Proses ini melibatkan identifikasi wilayah permukiman berisiko tinggi, penentuan titik shelter sementara yang strategis, dan analisis jalur evakuasi menggunakan QGIS. Hasilnya adalah peta jalur evakuasi yang menunjukkan rute terpendek dan paling aman.

Pemetaan Kerentanan Sosial Bencana Gempa Bumi

Dilansir dari Modul KRB BNPB, kerentanan sosial ditentukan oleh parameter kepadatan penduduk dan kelompok rentan. Kelompok rentan mencakup rasio jenis kelamin, rasio usia rentan, rasio penduduk miskin, dan rasio penyandang disabilitas. Setiap parameter dianalisis menggunakan metode MCDA berdasarkan pedoman Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 untuk menghasilkan indeks kerentanan sosial. dengan ketentuan skoring sebagai berikut.

c

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 BNPB No. 2 Tahun 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peta Bahaya Gempa Bumi Kabupaten Bantul

Pada peta bahaya gempa bumi yang saya buat menggunakan berbagai data geospasial, dihasilkan peta tingkat bahaya gempa bumi Kabupaten Bantul dengan tiga klasifikasi bencana, yaitu:

  1. 1.
    Bahaya Rendah, dengan simbol warna hijau, yang tersebar sedikit di sekitar wilayah barat laut Kabupaten Bantul.
  1. 2.
    Bahaya Sedang, yang disimbolkan dengan warna kuning, tersebar di bagian barat hingga tenggara Kabupaten Bantul.
  1. 3.
    Bahaya Tinggi, yang mendominasi dari keseluruhan kelas, tersebar dari bagian selatan, tengah, hingga utara Kabupaten Bantul.

Klasifikasi tingkat bahaya tinggi mendominasi karena sesuai dengan kondisi fisik Kabupaten Bantul yang juga dilalui oleh sesar aktif, yaitu sesar Opak, yang merupakan salah satu sesar aktif di Indonesia dengan panjang 45 km. Sesar ini menjadi penyebab gempa bumi Yogyakarta tahun 2006 dengan kekuatan 6,3 SR yang menyebabkan lebih dari 5.700 jiwa meninggal dunia.

n

Peta Jalur Evakuasi dan Titik Shelter Sementara Bencana Gempa Bumi Kabupaten Bantul

Peta jalur evakuasi dan sebaran titik shelter diatas dibuat berdasarkan jaringan jalan yang disediakan oleh Badan Informasi geospasial. Untuk titik shelter, terdiri dari beberapa infrastruktur yakni sarana ibadah, sarana pendidikan, dan fasilitas pemerintahan. Lokasi titik shelter dipilih di wilayah dengan tingkat bahaya gempa rendah. Namun, karena wilayah dengan tingkat bahaya rendah di Kabupaten Bantul cukup sempit wilayahnya, maka dipilih juga beberapa rencana titik shelter di wilayah dengan tingkat bahaya gempa sedang. Peta ini dibuat memanfaatkan tool shortest path dari QGIS yang menghasilkan rute terdekat dari titik awal evakuasi yang ditentukan dari area permukiman yang berada di wilayah tingkat bahaya tinggi Gempa Bumi.

n

Peta Kerentanan Sosial Bencana Gempa Bumi Kabupaten Bantul

Peta kerentanan sosial bencana gempa bumi di Kabupaten Bantul dibuat menggunakan metode Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA) berdasarkan parameter seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, tingkat kemiskinan, rasio orang cacat, dan rasio kelompok umur rentan. Hasilnya menunjukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Bantul memiliki tingkat kerentanan sosial kategori sedang hingga tinggi.

Kepadatan penduduk yang tinggi di wilayah dengan lebih dari 1000 jiwa/km², menjadi penyebab utama tingginya kerentanan sosial. Ketidakseimbangan rasio jenis kelamin <20% dan tingginya tingkat kemiskinan (>40%) di beberapa wilayah turut memperburuk kerentanan ini. Selain itu, kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan anak-anak atau lansia dengan rasio lebih dari 40% juga meningkatkan risiko kerentanan sosial.

Faktor-faktor ini menunjukkan perlunya strategi mitigasi berbasis demografi yang fokus pada penguatan infrastruktur, pemberdayaan kelompok rentan, dan peningkatan kesejahteraan sosial untuk mengurangi dampak bencana di wilayah tersebut.

r

KESIMPULAN

Kabupaten Bantul, yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan wilayah dengan risiko tinggi terhadap gempa bumi akibat posisi geografisnya yang dekat dengan pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Dalam menghadapi ancaman ini, mitigasi terencana melalui pemetaan bahaya, jalur evakuasi, dan titik shelter menjadi prioritas. Penelitian ini menggunakan teknologi SIG, data geospasial, dan metode MCDA untuk menghasilkan peta tingkat bahaya gempa, jalur evakuasi optimal, serta lokasi shelter strategis.

Hasil penelitian menunjukkan dominasi wilayah dengan tingkat bahaya gempa tinggi akibat keberadaan Sesar Opak, yang menjadi sumber gempa besar tahun 2006. Jalur evakuasi dirancang dengan algoritma untuk menentukan rute terpendek, sedangkan titik shelter dipilih pada wilayah dengan tingkat bahaya rendah hingga sedang. Analisis kerentanan sosial menunjukkan bahwa kecamatan di Bantul memiliki tingkat kerentanan sosial sedang hingga tinggi. Penelitian ini memberikan panduan penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan mendukung pembangunan yang tangguh terhadap gempa bumi.

REKOMENDASI

Rekomendasi untuk pembuatan peta Bahaya, Jalur Evakuasi, Sebaran Titik Shelter, dan Kerentanan Lingkungan Bencana Gempa Bumi agar lebih akurat, perlu dilakukan uji validasi, khususnya untuk peta sebaran titik shelter guna menilai tingkat kelayakan shelter tersebut sebagai titik pengungsian. Selain itu, peta bahaya ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan penataan ruang di Kabupaten Bantul berbasis mitigasi bencana.

REFERENCES

Setyawan, N., & Khakim, N. (2012). Penyusunan peta risiko bencana gempabumi skala mikro berdasarkan kerusakan bangunan. Jurnal Bumi Indonesia, 1(2).

Dinari, S. (2022). PEMETAAN DAERAH RISIKO BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN ANALISIS FREQUENCY-MAGNITUDE GEMPA BUMI MENGGUNAKAN BAYESIAN GUTENBERG-RITCHER MODEL (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Herningtyas, R. (2014). Penanggulangan Bencana sebagai Soft Power dalam Diplomasi Indonesia. Jurnal Hubungan Internasional, 3(1), 85-92.

Rosalina, V. (2018). Pemetaan Bahaya Gempa Wilayah Surabaya Dengan Metode Deterministik Seismic Hazard Assesment (DSHA) dan Mikrotremor (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Nurusyifa, A., Valeri, M., & Rahman, A. S. (2023). PEMETAAN INDEKS BAHAYA GEMPA BUMI DAN PEMBUATAN SHAKEMAP GEMPA BUMI DKI JAKARTA. Buletin Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 3(6), 8-19.

Setiawan, Y., Suprianto, S. A., Wijanarko, A., Rini, D. S., & Yusa, M. (2022). Pemetaan Kelompok Sebaran Titik Gempa Bumi Mentawai Dengan Metode K-Medoids Clustering. Jurnal Teknoinfo, 16(1), 124-131.

National Research Council, Division on Earth, Life Studies, Board on Earth Sciences, Committee on Seismology, Committee on National Earthquake Resilienceâ¬" Research, ... & Outreach. (2011). National earthquake resilience: research, implementation, and outreach. National Academies Press.

Data Publikasi

Kajian Bahaya Bencana Letusan Gunung Api Ibu, Maluku Utara (Hazard Study of Ibu Volcano Eruption Disaster, North Maluku)

Iklim dan Bencana

22 Mei 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Kajian Bahaya Bencana Letusan Gunung Api Ibu, Maluku Utara (Hazard Study of Ibu Volcano Eruption Disaster, North Maluku)

Gunung Api Ibu secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Ibu Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Gunung Api Ibu adalah gunung stratovolcano dengan beberapa kerucut piroklastik dan beberapa kawah maar disekitarnya yang terletak di barat laut Pulau Halmahera, Indonesia. Puncak dari Gunung Api Ibu ini merupakan kawah vulkanik. Gunung Api Ibu ini pernah mengalami sejumlah letusan dari tahun ke tahun. Letusan dari Gunung Api Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara pada Sabtu 19 Mei 2024 ini berdampak pada 9 Kecamatan dengan 42 Desa dengan 6 Desa terkena dampak bahaya paling tinggi, 18 Desa terkena dampak bahaya sedang dan 18 Desa sisanya terkena dampak bahaya paling rendah. Gunung Api Ibu mengalami periode erupsi yang lebih lama selama sejarah pengamatan, periode erupsi Gunung Api Ibu ini terakhir dimulai pada 5 April 2008 dan masih berlanjut hingga sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat indeks bahaya yang disebabkan dari Letusan Gunung Api Ibu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan kualitatif. Sesuai dengan analisis tersebut, maka dalam menganalisis indeks bahaya tersebut menggunakan metode pembobotan nilai terhadap zona landaan dan zona lontaran berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Analisis indeks bahaya tersebut kemudian diolah dalam SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk mengklasifikasikan nilai indeks bahaya yang paling tinggi hingga paling rendah. Berdasarkan hasil studi didapatkan 2 hal diantaranya persebaran indeks bahaya di kawasan Gunung Api Ibu yang terbagi atas 3 kelas yaitu tinggi, sedang, rendah dan mitigasi untuk penanganan kebencanaan yang akan datang.

19 menit baca

307 dilihat

1 Proyek

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Pariwisata

20 Mei 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Kawasan Gunung Batur, Bali, memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata berbasis ekologi dan edukasi global. Namun, kawasan tersebut tentunya tak lepas dari status rawan bencana letusan gunung berapi akibat status aktif dari Gunung Batur. Oleh karena itu, kajian ini akan menyoroti pengembangan pariwisata kawasan rawan bencana Gunung Batur, Bali dari perspektif perencanaan wilayah.

14 menit baca

336 dilihat

1 Proyek

Implementasi Metode Pemetaan Partisipatif dalam Penetapan Batas Administrasi Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan pada Program P2M Sains Informasi Geografi 2024/2025

Sosial

13 Mei 2025

HIMA SAIG UPI

Implementasi Metode Pemetaan Partisipatif dalam Penetapan Batas Administrasi Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan pada Program P2M Sains Informasi Geografi 2024/2025

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) Sains Informasi Geografi 2024/2025 yang dilaksanakan di Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, bertujuan untuk menerapkan metode pemetaan partisipatif dalam penetapan batas administrasi desa. Melalui keterlibatan aktif warga dan perangkat desa, kegiatan ini meliputi diskusi kelompok, survei lapangan, serta validasi berbasis citra satelit, sehingga menghasilkan peta batas administrasi yang akurat dan sesuai kondisi faktual. Selain meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pemetaan dan pengelolaan wilayah, kegiatan ini juga mendukung implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pemberdayaan masyarakat setempat.

11 menit baca

182 dilihat

1 Data

1 Proyek

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Iklim dan Bencana

07 Mei 2025

Ryandana Adi Nugraha

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Kabupaten Sumbawa terletak pada provinsi Nusa Tenggara Barat. Dilihat dari segi geografis letak Kabupaten Sumbawa terutama Kecamatan sumbawa memiliki potensi sebagai daerah pusat perekonomian yang mana menjadi nilai ekonomis untuk dibangun industri di area tersebut. Namun, daerah tersebut memiliki potensi banjir baik banjir rob ataupun banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menjadikan area industri yang berada di Sumbawa dan sekitarnya memiliki potensi untuk terdampak banjir. Meskipun berisiko, bisnis sering memilih untuk berlokasi di daerah rawan banjir karena keuntungan strategis seperti kedekatan dengan bisnis terkait dan fasilitas umum. Manfaat ekonomi dapat lebih besar daripada dampak buruk banjir, sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi manajemen risiko banjir struktural dan non-struktural (Rwehumbiza 2021).

19 menit baca

496 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot