PENDAHULUAN
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Posisi ini memiliki dampak yang signifikan terhadap geologi dan lingkungan di Indonesia. Hal ini menyebabkan posisi Indonesia yang berada di antara Lempeng Australia dan Pasifik (serta Eurasia) memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan fisik, termasuk risiko bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Namun, interaksi lempeng tektonik juga menciptakan kondisi geologi yang unik dan kaya akan sumber daya alam (Darc et al., 2009). Indonesia dengan potensi sumber daya alam geologi yang luar biasa, dapat menjadikan kekayaan ini meliputi mineral logam seperti tembaga, nikel, emas, serta mineral industri seperti kaolin dan bentonit. Selain itu, Indonesia memiliki sumber energi yang melimpah berupa minyak dan gas bumi di berbagai cekungan sedimen, endapan batubara di Sumatera dan Kalimantan, serta potensi panas bumi terbesar di dunia. Sumber daya air, baik air tanah maupun permukaan, juga sangat penting. Bahan galian konstruksi seperti andesit, basalt, batu kapur, pasir, dan kerikil juga tersedia dalam jumlah besar. Potensi geowisata yang unik juga dapat dikembangkan. Pemanfaatan sumber daya ini dipengaruhi oleh faktor tektonik, vulkanisme, iklim, dan sedimentasi, namun juga menghadapi tantangan seperti eksplorasi, pengelolaan lingkungan, infrastruktur, dan regulasi yang efektif. Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, sumber daya alam geologi Indonesia dapat memberikan kontribusi besar bagi perekonomian dan kesejahteraan negara. Dengan adanya potensi sumber daya alam geologi dapat diketahui bahwa salah satu sumber daya alam tersebut ialah batu bara yang kerap terletak pada pulau Kalimantan dan Sumatera, batubara tetap menjadi komoditas tambang unggulan sebagai sumber energi primer yang krusial. Indonesia diberkahi dengan potensi energi dan mineral yang signifikan, termasuk simpanan batubara yang tersebar di 20 provinsi. Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur mendominasi kepemilikan sumber daya batubara nasional, menguasai sekitar 82% dari total cadangan. Total sumber daya batubara Indonesia mencapai 161,34 miliar ton, dengan cadangan terbukti sebesar 28,17 miliar ton (Dirjen Mineral dan Batubara, 2013). PT Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan pertambangan batubara terkemuka yang beroperasi di Sangatta, Kalimantan Timur. Dengan wilayah PKP2B seluas sekitar 90.938 hektar, KPC menerapkan metode penambangan terbuka skala besar untuk menghasilkan berbagai jenis batubara, termasuk batubara thermal dan kokas. Berawal pada tahun 1992 dan sempat berganti kepemilikan dari Rio Tinto dan BP hingga kini berada di bawah PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk, KPC telah menjadi kontributor signifikan bagi perekonomian Kalimantan Timur dan Indonesia, melalui penerimaan negara, penciptaan lapangan kerja, dan program pengembangan masyarakat.
- Gambaran Wilayah PT. Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima Coal (KPC) terletak secara geografis di wilayah Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Lokasinya berada di bagian pesisir timur Kalimantan, dekat dengan Selat Makassar. Secara lebih spesifik, area konsesi tambang KPC tersebar di beberapa kecamatan di sekitar Sangatta. Letaknya yang strategis dekat dengan pantai memberikan keuntungan dalam hal logistik dan pengiriman batubara melalui jalur laut. Kedekatan dengan Selat Makassar mempermudah akses ke pasar-pasar utama batubara di Asia dan dunia. Wilayah ini didominasi oleh dataran rendah berawa dan perbukitan landai, yang merupakan karakteristik khas bentang alam Kalimantan Timur.


METODE ANALISIS

Metode analisis yang digunakan dalam analisa ini termasuk dalam metode analisa sederhana dengan diawali dengan :
-
1.Penentuan Tema
-
2.Perumusan Masalah
-
3.Kajian Literatur
-
4.Pengumpulan Data
-
5.Olah Data
-
6.Analisa Hasil Pengolahan
-
7.Visualisasi Hasil Olah Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Formasi pada area tambang PT. Kaltim Prima Coal merupakan Formasi Balikpapan.Formasi Balikpapan, yang terbentuk pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal, menyimpan catatan kompleks sejarah geologi Kalimantan Timur dalam struktur geologinya. Terendapkan dalam lingkungan transisi darat-laut seperti delta dan estuari, formasi ini didominasi oleh batuan sedimen klastik seperti batupasir, batulempung, serpih, konglomerat, dan lapisan batubara yang khas. Akibat tekanan tektonik regional, Formasi Balikpapan mengalami deformasi yang menghasilkan lipatan-lipatan, terutama antiklin dan sinklin dengan sumbu umumnya berarah utara-selatan, serta patahan baik normal maupun naik. Sesar sungkup dan ketidakselarasan juga dapat dijumpai, menambah kompleksitas struktur. Pengaruh tektonik regional dari interaksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia berperan penting dalam membentuk struktur dan pola sedimentasi formasi ini. Pemahaman mendalam mengenai struktur geologi Formasi Balikpapan sangat krusial dalam eksplorasi sumber daya alam, khususnya batubara dan hidrokarbon, karena struktur tersebut mempengaruhi distribusi, ketebalan, kualitas batubara, serta potensi migrasi dan terperangkapnya hidrokarbon.

Penggunaan lahan di area sekitar tambang PT. Kaltim Prima Coal juga di dominasi oleh hutan rimba dan perkebunan.


Pada visualisasi diatas dapat diketahui hasil overlay antara penggunaan lahan dan geologi di dalam kotak merah yang dilihat dari interpretasi citra memungkinkan untuk dilakukan perluasan ke arah selatan area tambang, dikarenakan penggunaan lahan pada area tersebut merupakan area perkebunan dan hutan rimba, terlebih area tersebut masih dominan dengan struktur geologi formasi balikpapan yang dimana memiliki lapisan batupasir dan batulempung. Hal ini dapat menunjang eksplorasi mineral yang terkandung pada lapisan tersebut.

Pada gambar di atas merupakan visualisasi berdasarkan citra google earth pada tahun 2024, area di dalam kotak merah merupakan area potensi perluasan tambang, mengingat dari struktur formasi sebelumnya yang memiliki potensi mineral dan penggunaan lahan yang masih bisa diberdayakan jika memungkinkan untuk perluasan area tambang.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa sederhana mengenai perluasan area tambang PT Kaltim Prima Coal (KPC) dengan mempertimbangkan variabel penggunaan lahan, geologi, dan interpretasi citra Google Earth, dapat disimpulkan beberapa poin penting. Pertama, perluasan tambang harus mempertimbangkan perubahan penggunaan lahan di sekitar area konsesi, termasuk keberadaan hutan lindung, lahan pertanian, dan permukiman penduduk, yang memerlukan pendekatan yang cermat dan berkelanjutan. Kedua, data geologi, khususnya struktur dan stratigrafi Formasi Balikpapan, sangat krusial untuk mengidentifikasi potensi cadangan batubara baru serta meminimalkan risiko geologis seperti longsoran dan patahan. Ketiga, interpretasi citra Google Earth memberikan informasi visual yang berharga mengenai kondisi permukaan, aksesibilitas, dan dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan, sehingga membantu dalam perencanaan perluasan yang lebih efisien dan bertanggung jawab. Dengan mengintegrasikan ketiga variabel ini secara komprehensif, PT KPC dapat merencanakan perluasan area tambang yang optimal, meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat, serta memaksimalkan potensi sumber daya batubara yang ada.
REFERENSI
Darc, J., Manik, N., & Hum, M. (2009). PENGELOLAAN PERTAMBANGAN YANG BERDAMPAK LINGKUNGAN DI INDONESIA.
Fitriyanti, R. (2016). Pertambangan Batubara: Dampak Lingkungan, Sosial Dan Ekonomi. Jurnal Redoks, 1(1).
Haeruddin, H., Anshariah, A., Nurwaskito, A., & Salam Munir, A. (2019). Kajian Sistem Penyaliran Tambang Batubara Bengalon Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Geomine, 7(1), 01–07. https://doi.org/10.33536/jg.v7i1.334
Reno Fitriyanti. (2016). Pertambangan Batubara : Dampak Lingkungan, Sosial Dan Ekonomi. Jurnal Redoks, 1, 34–40.