Penilaian Zona Risiko Kebakaran untuk Optimasi Strategi Asuransi di Jakarta

16/02/2025 • Ryan Putro Kusumo

Final Project MAPID


Penerapan Location Analytics dalam Penilaian Zona Risiko Kebakaran untuk Optimasi Strategi Asuransi di Jakarta
Penerapan Location Analytics dalam Penilaian Zona Risiko Kebakaran untuk Optimasi Strategi Asuransi di Jakarta

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang dapat menyebabkan kerugian besar, baik dari segi materi, infrastruktur, maupun keselamatan jiwa. Di wilayah perkotaan seperti Jakarta, kepadatan penduduk yang tinggi, pertumbuhan wilayah terbangun yang pesat, serta faktor lingkungan lainnya berkontribusi terhadap tingginya risiko kebakaran. Oleh karena itu, pemetaan risiko kebakaran menjadi hal yang krusial dalam mendukung upaya mitigasi dan strategi perlindungan, termasuk dalam industri asuransi.

Dalam era digital, Location Analytics telah menjadi alat penting dalam menilai risiko berbasis lokasi secara lebih akurat dan komprehensif. Dengan menggabungkan berbagai parameter seperti NDVI (vegetasi), NDMI (kelembaban), NDBI (tingkat pembangunan), LST (suhu permukaan), curah hujan, serta kepadatan penduduk, analisis spasial dapat menghasilkan model zona risiko kebakaran yang lebih akurat. Model ini tidak hanya membantu pihak berwenang dalam upaya mitigasi, tetapi juga mendukung industri asuransi dalam menyusun strategi perlindungan serta penentuan premi yang lebih efektif berdasarkan tingkat risiko di setiap wilayah.

Industri asuransi memerlukan pendekatan berbasis data untuk menilai risiko dengan lebih akurat, khususnya dalam menentukan premi kebakaran yang mencerminkan tingkat risiko di setiap area. Dengan menerapkan Location Analytics, perusahaan asuransi dapat mengadopsi strategi penyesuaian premi berbasis spasial, di mana wilayah dengan risiko kebakaran lebih tinggi dapat dikenakan tarif premi yang lebih besar, sementara wilayah dengan risiko lebih rendah mendapatkan penyesuaian tarif yang lebih ringan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi bisnis asuransi tetapi juga mendorong kesadaran masyarakat terhadap risiko yang mereka hadapi, sehingga dapat meningkatkan langkah-langkah mitigasi dan perlindungan properti mereka.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Location Analytics dalam pemetaan risiko kebakaran guna mengoptimalkan strategi asuransi. Melalui pendekatan berbasis data spasial, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai pola distribusi risiko kebakaran di Jakarta serta implikasinya dalam perencanaan bisnis asuransi dan kebijakan mitigasi.Kebakaran merupakan salah satu bencana yang dapat menyebabkan kerugian besar, baik dari segi materi, infrastruktur, maupun keselamatan jiwa. Di wilayah perkotaan seperti Jakarta, kepadatan penduduk yang tinggi, pertumbuhan wilayah terbangun yang pesat, serta faktor lingkungan lainnya berkontribusi terhadap tingginya risiko kebakaran. Oleh karena itu, pemetaan risiko kebakaran menjadi hal yang krusial dalam mendukung upaya mitigasi dan strategi perlindungan, termasuk dalam industri asuransi.

Dalam era digital, Location Analytics telah menjadi alat penting dalam menilai risiko berbasis lokasi secara lebih akurat dan komprehensif. Dengan menggabungkan berbagai parameter seperti NDVI (vegetasi), NDMI (kelembaban), NDBI (tingkat pembangunan), LST (suhu permukaan), curah hujan, serta kepadatan penduduk, analisis spasial dapat menghasilkan model zona risiko kebakaran yang lebih akurat. Model ini tidak hanya membantu pihak berwenang dalam upaya mitigasi, tetapi juga mendukung industri asuransi dalam menyusun strategi perlindungan serta penentuan premi yang lebih efektif berdasarkan tingkat risiko di setiap wilayah.

Industri asuransi memerlukan pendekatan berbasis data untuk menilai risiko dengan lebih akurat, khususnya dalam menentukan premi kebakaran yang mencerminkan tingkat risiko di setiap area. Dengan menerapkan Location Analytics, perusahaan asuransi dapat mengadopsi strategi penyesuaian premi berbasis spasial, di mana wilayah dengan risiko kebakaran lebih tinggi dapat dikenakan tarif premi yang lebih besar, sementara wilayah dengan risiko lebih rendah mendapatkan penyesuaian tarif yang lebih ringan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi bisnis asuransi tetapi juga mendorong kesadaran masyarakat terhadap risiko yang mereka hadapi, sehingga dapat meningkatkan langkah-langkah mitigasi dan perlindungan properti mereka.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Location Analytics dalam pemetaan risiko kebakaran guna mengoptimalkan strategi asuransi. Melalui pendekatan berbasis data spasial, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih dalam mengenai pola distribusi risiko kebakaran di Jakarta serta implikasinya dalam perencanaan bisnis asuransi dan kebijakan mitigasi.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini berangkat dari beberapa permasalahan utama terkait penilaian risiko kebakaran dan optimalisasi strategi asuransi, antara lain:

  1. 1.
    Bagaimana cara mengintegrasikan berbagai parameter spasial untuk menghasilkan model zona risiko kebakaran yang akurat?
  1. 2.
    Bagaimana distribusi risiko kebakaran di Jakarta berdasarkan hasil analisis spasial?
  1. 3.
    Bagaimana pemanfaatan penilaian zona risiko dapat membantu industri asuransi dalam menentukan strategi perlindungan dan penetapan premi berdasarkan tingkat risiko kebakaran?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan utama sebagai berikut:

  1. 1.
    Menganalisis dan memetakan zona risiko kebakaran di Jakarta.
  1. 2.
    Mengintegrasikan berbagai faktor seperti kepadatan penduduk, lahan terbangun, dan parameter lingkungan untuk membuat model spasial risiko kebakaran.
  1. 3.
    Memberikan rekomendasi berbasis data untuk industri asuransi dalam mengoptimalkan strategi perlindungan risiko kebakaran, termasuk dalam penentuan premi dan mitigasi risiko.

1.3.2 Manfaat

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

  1. 1.
    Bagi industri asuransi, penelitian ini dapat meningkatkan akurasi dalam menentukan zona risiko kebakaran, sehingga strategi penetapan premi dan perlindungan dapat lebih optimal.
  1. 2.
    Bagi pemerintah dan otoritas terkait, penelitian ini dapat menjadi referensi dalam perencanaan kebijakan mitigasi kebakaran serta pengelolaan tata ruang perkotaan.
  1. 3.
    Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi lebih transparan mengenai risiko kebakaran di tempat tinggal atau lokasi usaha mereka.

2. Metodologi

2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi DKI Jakarta, yang merupakan pusat urbanisasi dan ekonomi di Indonesia. Jakarta memiliki karakteristik kepadatan penduduk yang sangat tinggi, perkembangan infrastruktur yang pesat, serta berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi risiko kebakaran. Dengan luas wilayah sekitar 664 km², Jakarta terdiri dari lima kota administratif dan satu kabupaten administratif, yang masing-masing memiliki tingkat risiko kebakaran yang berbeda.

Studi ini memanfaatkan analisis spasial berbasis penilaian zona untuk memahami distribusi risiko kebakaran di Jakarta. Dengan menggunakan berbagai parameter lingkungan dan kependudukan, penelitian ini akan mengidentifikasi area dengan tingkat risiko sangat tinggi, tinggi, sedang, sangat rendah, dan rendah.

Peta Provinsi DKI Jakarta

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Alat

Untuk mendukung analisis spasial dan pemrosesan data, penelitian ini menggunakan beberapa perangkat lunak, yaitu:

  1. 1.
    MAPID – Untuk memperoleh data kependudukan, melakukan pemetaan dan memvisualisasikan data spasial berbasis web.
  1. 2.
    Google Earth Engine (GEE) – Untuk ekstraksi dan memperoleh data lingkungan seperti NDVI, NDMI, NDBI, LST, dan curah hujan.
  1. 3.
    ArcGIS – Untuk analisis spasial seperti attributing, konversi, overlay, dan skoring serta membuat peta

2.2.2 Bahan

Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber dan memiliki beragam format, baik raster maupun vektor. Berikut adalah dataset yang digunakan:

  1. 1.
    NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) – Indeks vegetasi untuk mengidentifikasi area dengan tutupan hijau yang berasal dari citra Sentinel-2.
  1. 2.
    NDMI (Normalized Difference Moisture Index) – Indeks kelembaban yang berhubungan dengan kondisi kekeringan yang berasal dari citra Sentinel-2.
  1. 3.
    NDBI (Normalized Difference Built-up Index) – Indeks pembangunan yang mengindikasikan keberadaan area terbangun yang berasal dari citra Sentinel-2.
  1. 4.
    LST (Land Surface Temperature) – Suhu permukaan yang mempengaruhi risiko kebakaran yang berasal dari citra Landsat-8.
  1. 5.
    Curah Hujan – Data curah hujan yang berkaitan dengan tingkat kelembaban wilayah yang berasal dari data CHRIPS.
  1. 6.
    Kepadatan Penduduk – Jumlah penduduk per satuan luas, yang berkorelasi dengan zona potensi kebakaran yang berasal dari geo MAPID.
  1. 7.
    Lahan Terbangun – Data mengenai area yang telah dikembangkan dan dihuni oleh masyarakat yang berasal dari Rupa Bumi Indonesia.

2.3 Tahap Penelitian

Metodologi penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan utama, yaitu preprocessing data, analisis spasial, klasifikasi, dan pembuatan peta akhir. Tahapan ini disusun dalam bentuk diagram alir untuk mempermudah pemahaman.

2.3.1 Preprocessing Data

Pada tahap ini, semua dataset yang digunakan diproses agar dapat dianalisis lebih lanjut. Langkah-langkah preprocessing meliputi:

  1. 1.
    Ekstraksi NDVI, NDMI, NDBI, LST, Curah Hujan, dan zona potensi kebakaran menggunakan Google Earth Engine.
  1. 2.
    Unduh dan editting data kependudukan dari Geo MAPID
  1. 3.
    Konversi data raster menjadi vektor agar dapat dianalisis lebih lanjut dalam GIS.

2.3.2 Analisis Spasial

Setelah data diproses, dilakukan beberapa teknik analisis spasial untuk memperoleh model risiko kebakaran. Tahapan analisis meliputi:

  1. 1.
    Join attribute – Menggabungkan atribut dari berbagai dataset berdasarkan wilayah administratif
  1. 2.
    Union – Menggabungkan layer kepadatan penduduk dan zona potensi kebakaran untuk menghasilkan skor total risiko.
  1. 3.
    Scoring – Memberikan nilai risiko pada masing-masing wilayah berdasarkan kombinasi faktor kepadatan penduduk dan lingkungan.
  1. 4.
    Intersect – Menggunakan lahan terbangun sebagai mask untuk memastikan analisis hanya dilakukan pada area yang benar-benar dihuni dan berisiko.

2.3.3 Klasifikasi Data

Data hasil analisis kemudian diklasifikasikan menggunakan satu metode untuk mendapatkan variasi interpretasi:

  1. 1.
    Quantile – Membagi data ke dalam kelas-kelas dengan jumlah data yang sama di setiap kategori, cocok untuk data yang memiliki distribusi tidak merata.

2.3.4 Pembuatan Peta Akhir

Hasil dari klasifikasi kemudian divisualisasikan dalam bentuk peta akhir yang menunjukkan distribusi risiko kebakaran di DKI Jakarta. Peta ini akan digunakan sebagai dasar rekomendasi bagi industri asuransi dalam mengoptimalkan strategi mitigasi dan penentuan premi berbasis lokasi.

2.3.4 Diagram Alir Penelitian

Sebagai representasi visual dari metodologi yang digunakan, diagram alir akan dibuat untuk menggambarkan keseluruhan tahapan penelitian, mulai dari pengumpulan data hingga pembuatan peta akhir.

Diagram Alir

3. Hasil dan Pembahasan

Bagian ini akan membahas hasil analisis spasial dalam penelitian ini, termasuk pemetaan berbagai parameter lingkungan dan kependudukan yang digunakan untuk menentukan zona risiko kebakaran di Jakarta. Pembahasan ini mencakup perolehan dan interpretasi data, pola distribusi zona risiko kebakaran, serta relevansi hasil terhadap strategi optimasi asuransi.

3.1 Perolehan dan Penjelasan Data

  1. 1.
    Penelitian ini mengintegrasikan berbagai parameter spasial yang diperoleh dari beberapa sumber utama:
  1. 2.
    NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) – Indeks vegetasi yang menggambarkan keberadaan dan kesehatan tutupan hijau. Data ini diperoleh dari Sentinel-2 melalui Google Earth Engine (GEE).
  1. 3.
    NDMI (Normalized Difference Moisture Index) – Indeks kelembaban yang menunjukkan kadar kelembaban tanah dan vegetasi. Data ini juga diperoleh dari Sentinel-2 melalui GEE.
  1. 4.
    NDBI (Normalized Difference Built-up Index) – Indeks pembangunan yang mengidentifikasi keberadaan area terbangun. Data ini bersumber dari Sentinel-2.
  1. 5.
    LST (Land Surface Temperature) – Suhu permukaan yang dapat mempengaruhi risiko kebakaran. Data ini diperoleh dari Landsat-8 melalui GEE.
  1. 6.
    Curah Hujan – Data curah hujan yang berkaitan dengan tingkat kelembaban wilayah. Sumber data ini berasal dari CHRIPS.
  1. 7.
    Zona Potensi Kebakaran – Dihasilkan dari analisis kombinasi NDVI, NDMI, NDBI, LST, dan curah hujan di dalam GEE.
  1. 8.
    Kepadatan Penduduk – Menggunakan data dari GEO MAPID, yang menggambarkan distribusi jumlah penduduk per satuan luas di Jakarta.
  1. 9.
    Lahan Terbangun – Data yang menunjukkan wilayah terbangun berdasarkan data dari Rupa Bumi Indonesia.

3.2 Interpretasi Pola Zona Risiko Kebakaran Berdasarkan Skoring

  1. 1.
    Setiap parameter yang digunakan dalam penelitian ini diberikan nilai skoring berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap risiko kebakaran. Skoring dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
  1. 2.
    Masing-masing parameter lingkungan (NDVI, NDMI, NDBI, LST, Curah Hujan) dilakukan skoring dalam Google Earth Engine.
  1. 3.
    Zona Potensi Kebakaran dibuat dengan menggabungkan hasil skoring dari semua parameter lingkungan.
  1. 4.
    Kepadatan penduduk diklasifikasikan berdasarkan distribusi menggunakan metode quantile.
  1. 5.
    Overlay Zona Potensi Kebakaran dan Kepadatan Penduduk dilakukan untuk mendapatkan zona akhir risiko kebakaran.
  1. 6.
    Pemberian skoring ulang terhadap hasil overlay, lalu dilakukan klasifikasi menggunakan quantile untuk membagi wilayah ke dalam beberapa kategori risiko.

3.3 Analisis Masing-Masing Parameter

3.3.1 NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)

NDVI

Menunjukkan sebaran tutupan hijau di Jakarta. Wilayah dengan nilai NDVI rendah cenderung memiliki potensi kebakaran yang lebih tinggi. Jakarta didominasi oleh nilai NDVI rendah, yang menunjukkan sedikitnya tutupan vegetasi.

3.3.2 NDMI (Normalized Difference Moisture Index)

NDMI

Menggambarkan tingkat kelembaban tanah dan vegetasi. Wilayah dengan NDMI rendah memiliki kelembaban rendah, meningkatkan potensi kebakaran. Sebagian besar Jakarta memiliki NDMI rendah, terutama di area urban.

3.3.3 NDBI (Normalized Difference Built-up Index)

NDBI

Mengidentifikasi tingkat pembangunan di Jakarta. Hampir seluruh wilayah Jakarta memiliki NDBI tinggi, menandakan dominasi area terbangun. Area dengan NDBI tinggi lebih rentan terhadap kebakaran akibat aktivitas manusia.

3.3.4 LST (Land Surface Temperature)

LST

Memetakan suhu permukaan tanah yang berkontribusi terhadap risiko kebakaran. Jakarta menunjukkan LST tinggi, terutama di area dengan tutupan vegetasi yang minim. Suhu yang lebih tinggi meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran.

3.3.5 Curah Hujan

Curah Hujan

Memetakan curah hujan tahunan di Jakarta. Wilayah dengan curah hujan rendah lebih berisiko mengalami kekeringan dan kebakaran. Jakarta bagian selatan cenderung memiliki curah hujan lebih tinggi dibanding bagian utara.

3.3.6 Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk

Menggambarkan distribusi jumlah penduduk per satuan luas. Wilayah dengan kepadatan tinggi memiliki risiko kebakaran lebih besar karena aktivitas manusia yang lebih intensif. Jakarta bagian tengah dan barat memiliki kepadatan penduduk tertinggi.

3.3.7 Lahan Terbangun

Lahan Terbangun

Memetakan wilayah yang telah mengalami pembangunan. Hampir seluruh Jakarta merupakan lahan terbangun, sehingga analisis hanya berfokus pada area ini.

3.3.8 Overlay Kebakaran dan Kependudukan

Overlay Potensi Kebakaran dan Kependudukan

Menghasilkan peta akhir yang menggambarkan zona risiko kebakaran berdasarkan kombinasi faktor lingkungan dan kepadatan penduduk. Wilayah dengan skor tinggi menunjukkan zona yang sangat rentan terhadap kebakaran.

3.4 Analisis Potensi Risiko Kebakaran

Peta Zona Risiko Kebakaran

Peta akhir penelitian ini menunjukkan distribusi zona risiko kebakaran di Jakarta. Berdasarkan hasil overlay dan skoring, dapat diidentifikasi bahwa:

  1. 1.
    Zona risiko kebakaran sangat tinggi (merah) tersebar di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, suhu permukaan tinggi, dan lahan terbangun yang dominan.
  1. 2.
    Zona risiko kebakaran tinggi (oranye) cenderung berada di area urban dengan kepadatan menengah dan tutupan vegetasi minim.
  1. 3.
    Zona risiko kebakaran sedang (kuning) berada di daerah transisi dengan beberapa faktor risiko yang masih dapat dikendalikan.
  1. 4.
    Zona risiko kebakaran rendah (hijau) umumnya berada di daerah dengan lebih banyak vegetasi atau kelembaban tinggi.

Dari perspektif bisnis asuransi, hasil pemetaan ini memberikan wawasan penting dalam menyesuaikan skema premi berbasis risiko. Wilayah dengan zona risiko sangat tinggi (merah) memerlukan cakupan perlindungan yang lebih besar, sehingga tarif premi perlu disesuaikan agar mencerminkan potensi kerugian yang lebih besar. Sebaliknya, wilayah dengan zona risiko rendah (hijau) dapat memperoleh tarif premi yang lebih kompetitif.

Dengan menerapkan analisis spasial dalam perhitungan premi, perusahaan asuransi dapat mengoptimalkan strategi bisnis mereka dengan menyesuaikan tingkat perlindungan berdasarkan risiko aktual di setiap wilayah. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan akurasi dalam penetapan premi, tetapi juga membantu meminimalkan risiko klaim besar yang tidak terprediksi serta meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan keuangan perusahaan asuransi. Selain itu, peta ini juga dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan mitigasi kebakaran dan perencanaan tata ruang berbasis risiko.

4. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian zona potensi dalam pemetaan risiko kebakaran di Jakarta dapat mengidentifikasi zona dengan tingkat risiko berbeda berdasarkan faktor lingkungan dan kependudukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, suhu permukaan tinggi, serta kelembaban rendah memiliki risiko kebakaran lebih besar, yang berimplikasi langsung pada strategi penentuan premi asuransi kebakaran. Dengan memahami distribusi risiko ini, perusahaan asuransi dapat mengoptimalkan strategi bisnis mereka, termasuk dalam penyesuaian tarif premi, evaluasi cakupan perlindungan, serta penentuan prioritas mitigasi risiko. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam perencanaan kebijakan mitigasi kebakaran yang lebih efektif di wilayah perkotaan.

Data Publications