Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi Kasus: Kabupaten Boyolali)

30/07/2021 • Shahita Ardiya Kurniady

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi Kasus: Kabupaten Boyolali)

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi Kasus: Kabupaten Boyolali)


Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)
Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi Kasus: Kabupaten Boyolali)

PENDAHULUAN

Pertambahan penduduk di Kabupaten Boyolali yang semakin meningkat, menyebabkan permintaan tempat tinggal juga semakin tinggi. Jumlah penduduk Kabupaten Boyolali pada tahun 2015 adalah 957.913 jiwa dan pada tahun 2020 sudah bertambah mencapai 1.066.409 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 4,53% (BPS, 2021).

Permintaan tempat tinggal di Kabupaten Boyolali semakin meningkat karena pertumbuhan sarana dan fasilitas transportasi sangat pesat, terutama karena pembangunan jalan tol yang sedang berlangsung. Peningkatan permintaan tempat tinggal harus dibarengi dengan perencanaan daerah untuk membangun kawasan permukiman baru. Maka dari itu, diperlukan pemodelan spasial untuk perencanaan pembangunan kawasan permukiman yang memperhatikan kesesuaian lahan untuk penentuan lokasi , yang sebaiknya melihat keadaan fisik lahan di daerah tersebut.

Faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi permukiman adalah kemiringan lereng, kondisi pengatusan/ drainase permukaan, erosi, intensitas curah harian, jalan, dan tekstur tanah. (Sari, 2013). Untuk menentukan kesesuaian lahan permukiman di Kabupaten Boyolali akan memanfaatkan Sistem Informasi Geografi (SIG) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melakukan analisis kondisi lingkungan secara regional di Kabupaten Boyolali.

2. Memetakan kesesuaian lahan untuk pengembangan permukiman di Kabupaten Boyolali.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021 – Juli 2021. Lokasi penelitiannya berada di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terletak 25 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten Boyolali terletak di koordinat 7.5322oS 110.6025oE. Kabupaten Boyolali memiliki 22 kecamatan dengan jumlah keluarahan 267 (Pemeritah Kabupaten Boyolali, 2020).

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

ALAT DAN BAHAN

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Personal Computer/Laptop Asus Intel Core i5 RAM 4 GB berfungsi untuk mengolah dan menjalankan perangkat lunak.

2. Software ArcGis 10.4 berfungsi untuk mengolah data spasial

3. Mapid.Geo.io berfungsi untuk melakukan analisis spasial dan melakukan visualisasi dalam bentuk web.

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Drainase Skala 1: 25.000 Kabupaten Boyolali bersumber dari Universitas Gadjah Mada berfungsi untuk memberikan informasi data drainase di Kabupaten Boyolali.

2. Data Kepekaan Erosi Skala 1: 25.000 Kabupaten Boyolali bersumber dari Universitas Gadjah Mada berfungsi untuk memberikan informasi data erosi di Kabupaten Boyolali.

3. Data Kemiringan Lereng Skala 1: 25.000 Kabupaten Boyolali bersumber dari Universitas Gadjah Mada berfungsi untuk memberikan informasi data kemiringa lereng di Kabupaten Boyolali.

4. Data Tekstur Tanah Skala 1: 25.000 Kabupaten Boyolali bersumber dari Universitas Gadjah Mada berfungsi untuk memberikan informasi data tekstur tanah di Kabupaten Boyolali.

5. Data Batas Administrasi Skala 1: 25.000 Kabupaten Boyolali bersumber dari Badan Informasi Geospasial berfungsi untuk memberikan informasi data administrasi di Kabupaten Boyolali.

6. Data Jaringan Jalan Skala 1: 25.000 Kabupaten Boyolali bersumber dari Badan Informasi Geospasial berfungsi untuk memberikan informasi data jalan di Kabupaten Boyolali.

8. Data Curah Hujan Skala 1: 25.000 Kabupaten Boyolali bersumber dari Universitas Gadjah Mada berfungsi untuk memberikan informasi data curah hujan di Kabupaten Boyolali.

TAHAP PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap:

1. Studi literatur berfungsi untuk memahami alur penelitian serta mendapatkan nilai pengharkatan yang bersumber dari penelitian sebelumnya.

2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

3. Melakukan analisis Multiple Buffer Ring pada data jalan untuk mendapakan data jalan berupa area. Multiple Buffer Ring adalah analisis spasial yang berguna untuk memodelkan besaran dan luasan area jalan (Junyar, 2020).

4. Melakukan scoring pada setiap parameter yang akan diolah, proses scoringmenggunakan asumsi tertentu yang sudah ditentukan.

5. Melakukan analisis Intersect untuk menyatukan setiap parameter yang sudah di scoring untuk menentukan nilai total hasil scoring. Intersect adalah analisis spasial yang berfungsi untuk memotong/memodifikasi sebuah objek dengan bantuan objek lainnya. Pada saat intersect juga dilakukan pengharkatan, nilai pengharkatan didapatkan dari hasil riset pada penelitian sebelumnya. Pengharkatan dilakukan dengan cara mengalikan setiap parameter dengan nilai tertentu. Nilai scoring dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

6. Melakukan pengkelasan hasil. Jika hasil/nilai total bernilai 28-35 memiliki kelas cukup sesuai. Jika bernilai 20-27 memiliki kelas sesuai marginal. Terakhir, jika memiliki nilai dibawah 20 akan masuk kelas tidak sesuai untuk saat ini.

7. Melakukan analisis Dissolve untuk merapikan shapefile yang sudah dianalisis.

8. Memasukkan shapefile dalam bentuk zip, uploaddalam map editor pada web mapid.geo.io. serta, melakukan simbologi melalui halaman edit.

9. Melakukan analisis pada bagian map view, hal ini juga untuk melihat hasil akhir dari peta.

10. Melakukan publikasi hasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode kuantitatif berjenjang tertimbang merupakan metode yang memberikan nilai harkat dan menggunakan nilai bobot yang berbeda pada setiap variabel yang digunakan dalam analisisnya (Fauzi, 2015). Bobot variabel tersebut bergantung pada besar kecilnya pengaruh variabel tersebut pada tema analisis yang menjadi tujuan akhir. Metode ini memberikan asumsi bahwa setiap variabel memiliki pengaruh yang berbeda pada tujuan objek yang dianalisis (Purwantara, 2017). Metode kuantitatif berjenjang akan memberikan hasil yang lebih akurat, sebagaimana kenyataan di lapangan masing- masing faktor parameter memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Namun, kelemahan dari metode ini adalah cukup lama dan rumit dilakukan karena diperlukan identifikasi atau analisis terkait tingkat pengaruh dari parameter-parameternya (Utami, 2015).

Penelitian saat ini melakukan analisis regional suatu wilayah untuk memetakan kesesuaian lahan untuk pengembangan permukiman dengan parameter jaringan jalan, tekstur tanah, kemiringan lereng, drainase permukaan, intensitas curah hujan, dan kepekaan erosi. Parameter yang memiliki pengaruh tinggi diberikan nilai parameter 3 yaitu, kemiringan lereng dan jaringan jalan. Kemudian kelas pengembangan untuk permukiman dibagi menjadi 3 kelas kesesuian yaitu, cukup sesuai, sesuai marginal, dan tidak sesuai untuk saat ini. Jaringan jalan dapat diamati menggunakan jaringan jalan yang dilakukan buffer dengan range 1, 3, dan 15m. jaringan jalan memiliki nilai harkat yang tinggi karena semakin dekat dengan jaringan jalan lahan pengembangan untuk permukiman akan semakin sesuai.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Berdasarkan peta diatas diketahui kecamatan yang berada di range aksesbilitas baik adalah Kecamatan Boyolali, Wonosegoro, Klengo, dan Cepogo. Sebagaimana diketahui, daerah tersebut merupakan pusat aktivitas di Kabupaten Boyolali seperti, kecamatan Boyolali. Selanjutnya, parameter tekstur tanah yang berhubungan dengan drainase tanah.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Diketahui melalui peta diatas sebagian Kabupaten Boyolali didominasi oleh tekstur tanah sedang, sementara tekstur tanah kasar berada di sebagian Kecamatan Selo dan Ampel. Semakin kasar tekstur tanah akan semakin baik drainasenya sehingga potensi bahaya banjir semakin rendah. Selanjutnya, parameter drainase permukaan yang berhubungan dengan tekstur tanah dan kemiringan lereng.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Diketahui melalui peta diatas Kabupaten Boyolali didominasi drainase tergenang terutama pada Kecamatan Simo dan Sambi yang memiliki kemiringan lereng datar-landai. Sementara, daerah seperti Kecamatan Boyolali dan Cepogo yang memiliki kemiringan lereng curam sehingga drainase permukaannya cepat. Parameter selanjutnya yang dapat diamati adalah kemiringan lereng yang merupakan salah satu parameter yang memiliki pengaruh tinggi.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Berdasarkan peta diatas diketahui daerah Kabupaten Boyolali didominasi oleh kemiringan lereng landai (8.1-15%) semetara, daerah yang memiliki drainase cepat dengan tekstur tanah sedang seperti Kecamatan Boyolali dan Cepogo memiliki kemiringan lereng landai- curam (8-15%, 30-45%). Diketahui daerah yang memiliki kemiringan lereng sangat curam (>45%) berada di daerah puncak-lereng Gunung Merapi seperti pada Kecamatan Selo). Parameter selanjutnya, erosi yang dipengaruhi oleh kemiringan lereng dan curah hujan.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Diketauhi daerah Kabupaten Boyolali didominasi oleh daerah yang rawan longsor terutama pada daerah dengan kemiringan lereng curam (30-45%). Daerah yang rawan longsor tersebut adalah Kecamatan Boyolali, Cepogo, Selo dan sedikit daerah di bagian utara seperti Kecamatan Kemusu. Parameter terakhir yang digunakan adalah curah hujan. Parameter ini digunakan karena berpengaruh terhadap tingkat bahaya banjir dan erosi.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Diketahui Kabupaten Boyolali didominasi oleh curah hujan rendah (0-13.6 mm/hh). Sementara, daerah seperti Kecamatan Musuk, Boyolali dan Selo memiliki tingkat curah hujan tinggi (20.7-27.7 mm/hh) hal ini juga bisa berkaitan dengan relief yang ada di daerah tersebut berupa puncak pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Berdasarkan 6 parameter yang sudah dijelaskan diatas, diketahui daerah yang memiliki kesesuaian marginal adalah daerah Kecamatan Boyolali, Cepogo, Ngemplak, Nogosari, dan Andong. Diketahui daerah tersebut merupakan daerah pusat kegiatan di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Boyolali sendiri didominasi oleh kesesuaian lahan sesuai marginal. Daerah sesuai marginal adalah daerah yang memiliki pembatas berat bila digunakan untuk lokasi permukiman. Sementara, daerah yang memiliki kesesuaian lahan cukup sesuai adalah daerah Kecamatan Banyudono, Wonosegoro, Juwangi. Daerah ini memiliki lahan dengan pembatas sedang bila digunakan untuk lokasi permukiman. Terakhir adalah, daerah yang tidak sesuai untuk saat ini, seperti Kecamatan Selo dan Ampel. Daerah ini memiliki lahan dengan pembatas sangat berat namun masih bisa diatasi, hanya tidak dapat diatasi dengan pengetahuan sekarang dan biaya yang rasional.

Diketahui berdasarkan tabel dan grafik di bawah ini daerah dengan kesesuian sesuai marginal memiliki luas 72162.09 Ha yang merupakan luas terbesar. Selanjutnya, daerah kesesuaian tidak sesuai untuk saat ini memiliki luas 22483. 89 Ha. Terakhir, daerah cukup sesuai memiliki luas 13163.39 Ha.

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

Pemodelan Spasial Pengembangan Permukiman Melalui 
Metode Pendekatan Kuantitatif Berjenjang Tertimbang (Studi
Kasus: Kabupaten Boyolali)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:

Metode kuantitatif berjenjang tertimbang merupakan metode yang cukup akurat digunakan karena menggunakan pembobotan untuk setiap parameter yang memiliki pengaruh yang berbeda. Diketahui hasil dari pembobotan ini untuk kesesuian lahan permukiman di Kabupaten Boyolali yang didominasi oleh kesesuian lahan sesuai marginal.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2021. Kepadatan Penduduk Kabupaten Boyolali Tahun 2020. (Daring), (https://boyolalikab.bps.go.id/statictable/2021/02/25/1200/kepadatan-penduduk-kabupaten-boyolali-tahun-2020-semester-ii.html, diakses 30 Juli 2021).
Fauzi. 2015. Metode Overlay Peta: Berjenjang dan Berjenjang Tertimbang. (Online). (ilmugeografi.com, diakses 30 Juli 2021).
Junyar. 2020. Penggunaan Metode Multiple Buffer Ring untuk Pemodelan Spasial Area Terdampak Ledakan Jaringan Pipa Minyak dan Gas di Kecamatan Kedokanbunder Indramayu. Jurnal Geografi, Edukasi, dan Lingkungan Vol.4, No.2.
Pemerintah Boyolali. 2020. Kabupaten Boyolali. (Daring), (http://boyolali.go.id/, diakses 30 juli 2021).
Purwantara. 2017. Metode Kuantitatif Berjenjang Tertimbang. (Online). (staffnew.uny.ac.id, diakses 30 Juli 2021).
Sari. 2013. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Permukiman Kecamatan Bantul. skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Fakultas Geografi.
Utami. 2015. Analisis Spasial Tingkat Bahaya Longsor lahan. (Daring). (eprints.ums.ac.id, diakses 30 Juli 2021).

Data Publications