Potensi Pengembangan Barbershop Di Kota Bandung

17/02/2025 • Abila Krisna Wardana

PENGEMBANGAN BARBERSHOP DI KOTA BANDUNG


Potensi Lokasi Barbershop di Kota Bandung
Potensi Lokasi Barbershop di Kota Bandung

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri jasa perawatan rambut, khususnya barbershop, telah mengalami pertumbuhan yang signifikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir (Herdianto dan Kurniawati, 2022). Menurut Adawiyah et.al (2020), konsep barbershop merupakan pengembangan teknologi dari tukang cukur yang menghadirkan gaya yang lebih trendi dan mengikuti perkembangan zaman. Pertumbuhan industri barbershop di Indonesia sendiri telah menunjukkan tren positif yang konsisten sejak 2015. Menurut data dari Asosiasi Barbershop Indonesia, bisnis barbershop di Indonesia mengalami pertumbuhan sekitar 30% antara tahun 2016 dan 2017 (Studio Potong, 2023). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pangsa pasar industri barbershop di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah barbershop di kota-kota besar Indonesia meningkat hingga 200% dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kesadaran pria akan pentingnya penampilan dan perawatan diri. Menurut Supadilah dalam Yusuf et al. (2024), pria memiliki kecenderungan 44% lebih tinggi untuk melakukan perawatan rambut setiap bulan dibandingkan dengan wanita, yang mengindikasikan potensi pasar yang besar dalam industri ini. Pertumbuhan barbershop ini adalah sebagai dampak dari mulai berubahnya gaya hidup masyarakat. Masyarakat sudah menganggap gaya rambut merupakan sebuah lifestyle (Pratama dan Ony, 2020). Pergeseran preferensi konsumen pria modern yang semakin memperhatikan penampilan, ditambah dengan tren gaya rambut yang terus berkembang, menciptakan peluang bisnis yang menjanjikan dalam industri ini.

Kota Bandung memiliki reputasi historis sebagai sentral industri tekstil, fashion, dan kebudayaan, yang mengantarkan kota ini mendapat julukan "Paris Van Java" (Makmur, 2022). Karakteristik Bandung sebagai trendsetter fashion telah menjadikannya destinasi utama bagi para penggemar mode, baik dari dalam kota maupun wisatawan domestik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kota Bandung sebagai salah satu pusat fashion dan gaya hidup di Indonesia, ditunjukkan pula dengan adanya potensi yang besar dalam pengembangan bisnis barbershop. Dari tahun 2014 hingga 2018, terdapat penambahan sebesar 71,74% peningkatan jumlah barbershop di Kota Bandung dari 46 unit menjadi 79 unit (Friyadi, 2020). Selain itu, potensi pasar barbershop yang besar di Kota Bandung juga didukung oleh karakteristik demografis Kota Bandung, di mana 42% dari total populasinya merupakan generasi milenial dan Gen-Z yang cenderung lebih memperhatikan penampilan dan gaya hidup (BPS Kota Bandung, 2023). Bahkan saat ini, fenomena barbershop modern tidak hanya sekadar tempat potong rambut, tetapi telah bertransformasi menjadi ruang sosial yang menawarkan pengalaman dan gaya hidup tertentu (Rahman, 2022). Hal ini ditandai dengan munculnya konsep-konsep barbershop yang menggabungkan layanan perawatan rambut dengan elemen lifestyle seperti kopi, musik, dan desain interior yang menarik.

Transformasi barbershop menjadi ruang sosial yang mengintegrasikan berbagai elemen gaya hidup modern, ditambah dengan pertumbuhan yang signifikan di Kota Bandung, menciptakan kebutuhan akan analisis komprehensif mengenai pola pengembangan industri ini. Menurut Iman dan Jamaaludin (2023), kesuksesan pengembangan barbershop tidak hanya bergantung pada kualitas layanan, tetapi juga pada pemahaman mendalam tentang tempat dan karakteristik pasar di setiap wilayah. Hal ini sejalan dengan temuan Susanti (2021) yang mengungkapkan bahwa keberhasilan usaha barbershop ditentukan oleh ketepatan pemilihan lokasi dan strategi pengembangan yang sesuai dengan karakteristik demografis area tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian sistematis untuk menganalisis pola persebaran barbershop eksisting, mengidentifikasi lokasi-lokasi potensial untuk pengembangan, serta merumuskan strategi yang efektif dan berkelanjutan dalam pengembangan barbershop di Kota Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memahami dinamika spasial industri barbershop serta menyediakan landasan ilmiah bagi pengembangan sektor ini di masa mendatang.

1.2 TUJUAN

Tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

  1. 1.
    Mengetahui pola persebaran barbershop eksisting di Kota Bandung;
  1. 2.
    Menentukan lokasi potensial pengembangan barbershop di Kota Bandung;
  1. 3.
    Merumuskan strategi pengembangan barbershop yang efektif dan berkelanjutan di Kota Bandung.

1.3 MANFAAT

Manfaat yang dilakukan dalam penelitian kali ini yaitu:

  1. 1.
    Memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu perencanaan wilayah dalam konteks persebaran fasilitas jasa;
  1. 2.
    Memperkaya literatur tentang analisis spasial industri barbershop;
  1. 3.
    Menyediakan data spasial sebagai referensi bagi pelaku usaha dalam pemilihan lokasi barbershop;
  1. 4.
    Memberikan rekomendasi berbasis data untuk pengembangan barbershop di Kota Bandung

METODE PENELITIAN

2.1 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kota Bandung yang mencakup 30 kecamatan pada tahun 2025. Kota Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu pusat pertumbuhan industri barbershop di Indonesia, dengan tren perkembangan bisnis yang pesat. Selain itu, Bandung juga dikenal memiliki dinamika perkotaan yang kompleks, termasuk variasi dalam demografi, ekonomi, dan pola spasial bisnis.

2.2 ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini tertampil pada tabel berikut.

Alat dan Bahan

2.3 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analisis spasial berbasis data sekunder. Metode ini dipilih untuk menganalisis pola persebaran dan menentukan lokasi potensial barbershop berdasarkan variabel-variabel spasial dan sosio-ekonomi.

2.4 METODE PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan pengumpulan data sekunder berdasarkan data yang diperoleh dari BPS dan MAPID. Data-data variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa data shapefile dan demografi yang ada di Kota Bandung yakni:

  1. 1.
    Titik barbershop eksisting
  1. 2.
    Titik pusat perbelanjaan
  1. 3.
    Titik pusat kampus dan pendidikan
  1. 4.
    Rasio jumlah penduduk laki-laki (%) tiap kecamatan
  1. 5.
    Jaringan jalan
  1. 6.
    Batas administrasi kecamatan bandung

Data-data di atas kemudian dilakukan pengolahan dengan metode berikut ini:

  1. 1.
    Pola Spasial ditentukan dengan metode Nearest Neighbor Analysis (NNA) dan divisualisasikan menggunakan heatmaps
Jika nilai NNA < 1, barbershop cenderung berkelompok (clustered)
Jika nilai NNA = 1, barbershop tersebar secara acak
Jika nilai NNA > 1, barbershop tersebar secara merata (dispersed)

Headmaps Grid dapat ditentukan dengan platform GEOMAPID dengan jumlah grid 500 dengan lima kelas klasifikasi.

2. Lokasi Potensial Baru dilakukan dengan melakukan Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA) pada beberapa parameter yakni:

  • Rasio jumlah penduduk laki-laki per kecamatan (bobot 25%)

Tinggi dengan skor 1

Sedang dengan skor 0.5

Rendah dengan skor 0

  • Dekat jalan utama (500m) (bobot 20%)
  • Minim kompetitor (bobot 15%)
  • Dekat pusat perbelanjaan (1 km) (20%)
  • Dekat dengan kampus (1 km) (20%)

Pembobotan yang dilakukan kemudian menghasilkan klasifikasi menjadi tiga zona:

Zona sangat potensial dibangun barbershop dengan skor MCDA > 0.75
Zona potensial dibangun barbershop dengan skor MCDA 0.5 - 0.75
Zona kurang potensial dibangun barbershop dengan skor MCDA < 0.5

3. Strategi pengembangan ditentukan dengan mengkombinasikan antara pola spasial yang ada dengan lokasi potensial

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pola Spasial Barbershop

Pengembangan barbershop merupakan usaha yang marak dilakukan di Kota Bandung, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, khususnya pria, akan pentingnya perawatan diri dan tren gaya hidup modern. Kota Bandung, sebagai pusat ekonomi dan gaya hidup di Jawa Barat, menawarkan peluang besar bagi bisnis barbershop untuk berkembang, terutama di daerah dengan mobilitas tinggi dan daya beli masyarakat yang kuat. Faktor-faktor seperti pertumbuhan jumlah penduduk laki-laki, meningkatnya pendapatan per kapita, serta aksesibilitas terhadap pusat-pusat bisnis dan perbelanjaan turut memengaruhi persebaran barbershop di berbagai wilayah. Dengan memahami pola distribusi spasial barbershop, dapat diidentifikasi area dengan konsentrasi usaha yang tinggi serta wilayah potensial yang masih belum banyak terjamah oleh bisnis ini. Persebaran spasial barbershop di Kota Bandung dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Persebaran Spasial Barbershop di Kota Bandung

Distribusi spasial barbershop yang tersebar di seluruh wilayah kota dengan variasi kepadatan yang berbeda di setiap kecamatan. Wilayah dengan jumlah barbershop lebih tinggi cenderung berada di pusat kota atau daerah dengan aktivitas ekonomi yang padat, sementara wilayah pinggiran memiliki jumlah yang lebih sedikit. Dari visualisasi ini, dapat diamati bahwa distribusi barbershop tidak merata, yang mengindikasikan adanya pola tertentu dalam pemilihan lokasi usaha. Pada tahun 2025, jumlah barbershop yang ada di Kota Bandung mencapai 3.037. Lebih lanjut, persebaran barbershop tiap kecamatan di Kota Bandung dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 1. Grafik Jumlah Barbershop tiap Kecamatan di Kota Bandung

Distribusi barbershop di Kota Bandung menunjukkan variasi jumlah yang signifikan di setiap kecamatan. Berdasarkan data, Kecamatan Lengkong memiliki jumlah barbershop tertinggi dengan 322 unit, diikuti oleh Kecamatan Coblong (202 unit) dan Bandung Wetan (197 unit). Beberapa kecamatan lain seperti Antapani (171 unit), Cibeunying Kidul (142 unit), dan Batununggal (140 unit) juga memiliki jumlah barbershop yang cukup tinggi. Sementara itu, Kecamatan Mandalajati memiliki jumlah barbershop terendah dengan hanya 18 unit, diikuti oleh Cinambo (23 unit) dan Cidadap (31 unit). Secara keseluruhan, terdapat 3.037 barbershop yang tersebar di seluruh Kota Bandung. Pola distribusi ini mencerminkan konsentrasi usaha yang lebih tinggi di kawasan dengan aktivitas ekonomi yang padat, seperti pusat kota dan daerah dengan jumlah penduduk laki-laki yang lebih besar.

Selanjutnya, untuk memahami pola spasial ini secara lebih mendalam, dilakukan analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) guna menentukan apakah distribusi barbershop cenderung tersebar secara acak, terpusat, atau menyebar luas. Analisis ini memberikan gambaran kuantitatif mengenai struktur spasial barbershop di Kota Bandung berdasarkan jarak antar titik. Lebih lanjut, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Hasil Nearest Neighbour Barbershop di Kota Bandung

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa analisis tetangga terdekat (nearest neighbor analysis) menunjukkan pola distribusi spasial yang sangat signifikan. Rata-rata jarak teramati (observed mean distance) antar titik adalah 13,815 unit, jauh lebih besar dibandingkan dengan rata-rata jarak yang diharapkan (expected mean distance) sebesar 0,001 unit. Indeks tetangga terdekat (nearest neighbour index) sebesar 11.038,573 mengindikasikan pola persebaran yang sangat tersebar (highly dispersed), mengingat nilai ini jauh di atas 1 yang merupakan indikator pola acak. Analisis dilakukan terhadap 3.037 titik sampel, dengan nilai Z-Score yang sangat tinggi yaitu 1.163.661,986, menunjukkan bahwa pola persebaran yang teramati memiliki signifikansi statistik yang sangat kuat (p < 0,001). Hasil ini mengkonfirmasi bahwa distribusi spasial objek penelitian memiliki pola yang sangat teratur dan tidak acak, dengan jarak antar titik yang relatif seragam.

Heatmaps Grid Barbershop di Kota Bandung

Pada gambar di atas menunjukkan peta heatmaps grid yang merepresentasikan persebaran barbershop di Kota Bandung. Pola spasial yang terbentuk mengindikasikan adanya variasi kepadatan barbershop di berbagai wilayah kota. Area dengan warna merah menandakan konsentrasi barbershop yang sangat tinggi, sementara warna hijau menunjukkan wilayah dengan kepadatan lebih rendah. Skala warna pada legenda menunjukkan tingkat kepadatan dengan lima kategori, yaitu < 10 (hijau tua) berarti kepadatan sangat rendah, 10 - 20 (hijau terang) berarti kepadatan rendah, 20 - 30 (kuning) berarti kepadatan sedang, 30 - 40 (oranye) berarti kepadatan tinggi, serta ≥ 40 (merah) berarti kepadatan sangat tinggi.

Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa wilayah dengan warna merah (≥ 40 barbershop) menunjukkan konsentrasi tertinggi, yang umumnya berada di pusat Kota Bandung dan kawasan komersial utama. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut memiliki permintaan layanan barbershop yang sangat tinggi, kemungkinan besar dipengaruhi oleh jumlah penduduk laki-laki yang besar serta tingginya daya beli masyarakat. Sebaliknya, wilayah yang ditandai dengan warna hijau terang (10 - 20 barbershop) dan hijau tua (< 10 barbershop) umumnya terletak di pinggiran kota. Area ini menunjukkan kepadatan barbershop yang rendah, yang dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti rendahnya jumlah penduduk, terbatasnya daya beli, atau minimnya pusat aktivitas ekonomi.

3.2 Lokasi Potensial Pengembangan Barbershop Baru

Hasil analisis spasial menunjukkan bahwa lokasi potensial pengembangan barbershop di Kota Bandung dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat kelayakan wilayah, yaitu zona kurang potensial, zona potensial, dan zona sangat potensial. Gambar dibawah ini menunjukkan peta klasifikasi zona yang menggambarkan distribusi area berdasarkan berbagai faktor penentu, seperti kepadatan penduduk laki-laki, kedekatan dengan jalan utama, minimnya kompetitor, serta kedekatan dengan pusat perbelanjaan dan kampus. Lebih lanjut, dapat melihat pada gambar di bawah ini.

Klasifikasi Zona Lokasi Pengembangan Barbershop Baru

Zona kurang potensial ditandai sebagai wilayah dengan peluang pengembangan yang rendah, umumnya berada di pinggiran kota atau daerah dengan aktivitas ekonomi yang terbatas. Wilayah-wilayah ini memiliki jumlah penduduk laki-laki yang lebih sedikit serta daya beli yang relatif rendah, sehingga kurang ideal untuk pengembangan barbershop dalam jangka pendek. Sebaliknya, zona potensial mencakup area dengan peluang pengembangan yang sedang, di mana faktor-faktor penunjang bisnis sudah cukup memadai namun masih membutuhkan strategi pemasaran dan diferensiasi layanan untuk meningkatkan daya saing. Sementara itu, zona sangat potensial merupakan wilayah utama yang memiliki semua faktor pendukung yang kuat, seperti tingginya jumlah penduduk laki-laki, aksesibilitas yang baik ke pusat perbelanjaan dan kampus, serta minimnya jumlah kompetitor langsung dalam radius tertentu.

Klasifikasi zona ini dikonfirmasi dengan data dalam Tabel 2, yang menyajikan luas masing-masing kategori di setiap kecamatan di Kota Bandung. Dari total luas wilayah penelitian sebesar 16.948,90 hektar, sebagian besar area masuk ke dalam kategori zona potensial, yaitu 9.591,97 hektar. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang yang cukup besar untuk pengembangan barbershop di Kota Bandung, terutama di area dengan permintaan pasar yang sedang berkembang. Selain itu, zona kurang potensial memiliki luas 5.078,20 hektar, yang menandakan adanya keterbatasan dalam faktor pendukung bisnis di beberapa wilayah tertentu. Adapun zona sangat potensial yang menjadi area paling strategis untuk ekspansi barbershop mencakup 2.278,74 hektar, tersebar di beberapa kecamatan dengan konsentrasi ekonomi tinggi. Lebih lanjut, dapat melihat tabel berikut.

Klasifikasi Zona Lokasi Pengembangan Barbershop Baru tiap Kecamatan di Kota Bandung

Beberapa kecamatan yang memiliki luas signifikan dalam kategori zona sangat potensial antara lain Cicendo (450,64 ha), Cidadap (466,32 ha), dan Bojongloa Kaler (203,25 ha). Di sisi lain, kecamatan yang didominasi oleh zona kurang potensial antara lain Arcamanik (734,51 ha) dan Buahbatu (736,75 ha). Hal ini mengindikasikan bahwa bisnis barbershop cenderung berkembang di daerah dengan aktivitas ekonomi tinggi dan mobilitas penduduk yang dinamis, sedangkan area dengan keterbatasan infrastruktur atau daya beli masyarakat yang lebih rendah kurang menarik bagi industri ini. Selanjutnya, dari hasil penentuan pola spasial dan pemilihan lokasi barbershop baru dapat ditentukan strategi pengembangan usaha di masa depan.

3.3 Strategi Pengembangan

Strategi pengembangan barbershop di Kota Bandung perlu mempertimbangkan pola persebaran usaha yang telah ada serta lokasi potensial untuk ekspansi bisnis baru. Berdasarkan analisis spasial, distribusi barbershop di Kota Bandung menunjukkan pola yang cenderung tersebar luas (dispersed) dengan konsentrasi tertinggi di wilayah pusat kota dan daerah dengan mobilitas ekonomi yang tinggi. Wilayah-wilayah tersebut didominasi oleh kecamatan dengan jumlah penduduk laki-laki yang signifikan serta daya beli yang relatif kuat. Namun, masih terdapat beberapa area yang memiliki potensi pasar tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, strategi pengembangan barbershop perlu difokuskan pada dua aspek utama, yaitu optimalisasi wilayah dengan konsentrasi tinggi dan ekspansi ke zona sangat potensial yang telah teridentifikasi dalam analisis spasial.

Optimalisasi wilayah dengan konsentrasi tinggi bertujuan untuk meningkatkan daya saing bisnis di daerah dengan persaingan yang ketat, seperti di Kecamatan Lengkong, Coblong, dan Bandung Wetan, yang memiliki jumlah barbershop tertinggi. Strategi ini dapat dilakukan dengan pendekatan diferensiasi layanan, termasuk peningkatan kualitas pelayanan, inovasi konsep barbershop yang lebih menarik (misalnya mengintegrasikan layanan dengan kafe atau coworking space), serta pemanfaatan pemasaran berbasis digital untuk meningkatkan loyalitas pelanggan. Selain itu, penerapan teknologi layanan berbasis aplikasi juga dapat menjadi solusi bagi barbershop yang beroperasi di wilayah padat, guna meningkatkan efisiensi dan kemudahan dalam sistem reservasi maupun layanan pelanggan.

Sementara itu, ekspansi ke zona sangat potensial merupakan strategi yang berfokus pada penetrasi pasar di wilayah yang memiliki faktor pendukung tinggi, tetapi belum memiliki jumlah barbershop yang optimal. Berdasarkan hasil Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA), kecamatan seperti Cicendo, Cidadap, dan Bojongloa Kaler memiliki luas area yang signifikan dalam kategori zona sangat potensial. Wilayah ini ditandai dengan tingginya rasio penduduk laki-laki, aksesibilitas yang baik ke pusat perbelanjaan dan kampus, serta minimnya jumlah kompetitor dalam radius tertentu. Oleh karena itu, strategi yang dapat diterapkan dalam ekspansi ke wilayah ini adalah dengan menyesuaikan konsep barbershop dengan karakteristik pasar lokal, seperti menghadirkan layanan yang lebih eksklusif di daerah dengan daya beli tinggi atau menyediakan paket harga yang lebih kompetitif di area dengan potensi ekonomi berkembang.

Selain strategi diferensiasi dan ekspansi, pengembangan barbershop juga perlu mempertimbangkan kebijakan kemitraan dengan pelaku usaha lokal. Kolaborasi dengan pusat perbelanjaan, komunitas pemuda, dan institusi pendidikan dapat menjadi langkah strategis untuk memperluas jangkauan pasar serta meningkatkan visibilitas brand. Selain itu, adaptasi terhadap tren digital dan penggunaan media sosial sebagai alat pemasaran juga akan meningkatkan daya tarik bisnis, terutama bagi segmen pelanggan generasi milenial dan Gen-Z yang lebih responsif terhadap kampanye berbasis konten visual dan interaksi online.

Dengan memahami pola spasial yang ada dan memanfaatkan lokasi potensial yang telah teridentifikasi, strategi pengembangan barbershop di Kota Bandung dapat diarahkan untuk meningkatkan daya saing di wilayah dengan kepadatan tinggi serta memperluas cakupan pasar di area dengan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Implementasi strategi yang berbasis data dan analisis spasial ini diharapkan dapat memberikan dampak yang berkelanjutan bagi perkembangan industri barbershop di Kota Bandung.

KESIMPULAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan barbershop di Kota Bandung memiliki peluang besar dengan mempertimbangkan pola persebaran usaha yang telah ada serta lokasi potensial untuk ekspansi. Distribusi barbershop saat ini menunjukkan pola yang tersebar luas dengan konsentrasi tinggi di wilayah pusat kota, sementara masih terdapat beberapa kecamatan dengan potensi besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, strategi pengembangan harus difokuskan pada optimalisasi bisnis di wilayah dengan persaingan tinggi melalui diferensiasi layanan serta ekspansi ke zona sangat potensial yang memiliki faktor pendukung kuat, seperti jumlah penduduk laki-laki yang tinggi, aksesibilitas yang baik, dan minimnya kompetitor. Selain itu, strategi kolaborasi dengan pelaku usaha lokal serta pemanfaatan teknologi dan digital marketing menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing dan jangkauan pasar. Dengan pendekatan berbasis data dan analisis spasial, diharapkan pengembangan industri barbershop di Kota Bandung dapat berjalan secara efektif dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

  • Adawiyah, R., Supriatna, A. D., & Setiawan, R. (2020). Pengembangan aplikasi katalog elektronik barbershop berbasis web. Jurnal Algoritma, 17(1), 52-59.
  • BPS Kota Bandung. (2023). Kota Bandung Dalam Angka 2023. Bandung: Badan Pusat Statistik.
  • Friyadi, Y. (2020). Analisis Strategi Bisnis Barbershop di Kota Bandung. (Skripsi, Universitas Pasundan). Universitas Pasundan Repository.
  • Herdianto, R., & Kurniawati, L. (2022). Usaha Pengembangan The Cut Room Barbershop Melalui Penilaian Konsumen. Parta: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 94-98.
  • Imam Fahmi & Jamaaluddin. (2023). Pengembangan usaha barbershop “Bang Qun”. Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
  • Makmur, A. (2022). Pengaruh lokasi dan orang (people) terhadap kepuasan pelanggan (Survey pada pelanggan Rockyman Barbershop Bandung) (Skripsi, Universitas Pasundan). Universitas Pasundan Repository.
  • Pratama, Y. D., & Ony, J. G. (2020). Analisis Daya Saing UMKM Barbershop di Kota Palembang. SAINTEK: Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi Industri, 4(2), 52-61.
  • Rahman, F. (2022). Pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan penggunaan jasa pada Asia Barbershop Batusangkar. IAIN Batusangkar.
  • Susanti, A. (2021). Strategi Pengembangan Usaha Jasa Pada Barbershop By Ponco. Jurnal Visi Manajemen, 7(1), 1-13.
  • Studio Potong. (2023). Prospek bisnis barbershop di Indonesia semakin berkilau. Studio Potong. Diakses dari
  • Yusuf, M. B. M., Sumowo, S., & Rusdiyanto, R. (2024). The Influence Of Promotion, Price Perception, Location And Service Quality On Customer Satisfaction At Sadimo Barbershop Jember. Jurnal Comparative: Ekonomi dan Bisnis, 6(3), 561-570.

Data Publications