PENDAHULUAN
Tutupan atau penutup lahan adalah tutupan biofisik pada permukaan bumi yang dapat diamati merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakuan manusia yang dilakukan pada jenis tutupan lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi, perubahan, ataupun perawatan pada tutupan lahan tersebut (BSN, 2010). Banyak orang masih tidak bisa membedakan atau bahkan menyamakan definisi dari tutupan lahan dengan penggunaan lahan atau tata guna lahan.
Tutupan lahan dan penggunaan lahan memiliki beberapa perbedaan mendasar. Menurut penjelasan, penggunaan lahan mengacu pada tujuan dari fungsi lahan, misalnya tempat rekreasi, habitat satwa liar atau pertanian sedangkan tutupan lahan mengacu pada kenampakan fisik permukaan bumi seperti badan air, bebatuan, lahan terbangun, dan lain-lain (Syahbana, 2013). Artinya, tutupan lahan mengindikasi tipe lahan fisik sementara penggunaan lahan mendokumentasi bagaimana masyarakat menggunakan lahan tersebut.
INTRODUCTION
Land cover or land cover refers to the biophysical coverage on the Earth's surface observed as a setting result, activity, and human treatments carried out on specific land cover types for production, changes, or maintenance activities on the land cover (BSN, 2010). Many people experience difficulty distinguishing between or even comparing the definitions of land use and land cover.
Land cover and land use have several fundamental differences. According to explanations, land use refers to the purpose of land functions, such as recreation areas, wildlife habitats, or agriculture, while land cover refers to the physical appearance of the Earth's surface, such as water bodies, rocks, built-up areas, and others (Syahbana, 2013). It means that land cover indicates the physical type of land, while land use documents how people use the land.
KLASIFIKASI
Klasifikasi penutupan lahan adalah penggolongan objek penutupan lahan ke dalam kelas-kelas menurut batasan dan kriteria tertentu (KLHK, 2020). Standar klasifikasi tutupan lahan yang ada di Indonesia dikembangkan dari sistem klasifikasi tutupan lahan United Nations Food and Agriculture Organization (UNFAO). Penggunaan sistem klasifikasi tutupan lahan memungkinkan terjadinya pemantauan dan pelaporan perubahan tutupan lahan pada suatu negara yang dapat diterima di tingkat internasional. Pada umumnya, kelas tutupan lahan dibagi menjadi dua bagian besar yakni daerah bervegetasi dan daerah tak bervegetasi.
Daerah bervegetasi diturunkan dari pendekatan konseptual struktur fisiognomi yang konsisten bersumber dari bentuk tumbuhan, bentuk tutupan, tinggi tumbuhan, dan distribusi spasialnya. Sementara pada daerah tak bervegetasi, pendetailan kelas mengacu pada aspek permukaan tutupan, distribusi, atau kepadatan, dan ketinggian atau kedalaman objek. Tutupan lahan punya kelas-kelas berbeda yang mengacu pada skala peta tutupan lahan (BSN, 2010).
Informasi tutupan lahan didapat dari citra satelit yang dapat memberikan ilustrasi mudah yang kemudian informasinya bisa diperlakukan oleh pengguna dan bagaimana arti dari banyak informasi geografis yang dapat terabaikan (Comber dkk, 2005). Hal ini yang menjadi pembeda lain antara tutupan lahan dan penggunaan lahan. Ketika tutupan lahan dapat ditentukan dengan menganalisis satelit dan citranya, penggunaan lahan tidak bisa diidentifikasi menggunakan citra satelit. Peta-peta tutupan lahan memberikan informasi yang bisa membantu dalam mengenali bentang alam yang ada di masa sekarang.
CLASSIFICATION
Land cover classification is the grouping of land cover objects into classes based on certain boundaries and criteria (KLHK, 2020). The existing land cover classification standards are developed from the United Nations Food and Agriculture Organization's (UNFAO) land cover classification system for Indonesia. The use of land cover classification systems allows for the monitoring and reporting of land cover changes in a country that are internationally acceptable. Vegetated areas and non-vegetated areas are the two main divisions of land cover classifications.
Vegetated areas are derived from a conceptual approach to physiognomic structure that is consistent with plant form, cover form, plant height, and spatial distribution. In contrast, non-vegetated areas have detailed classes that refer to surface cover, distribution or density, and the height or depth of objects. Land cover has different classes that correspond to the scale of land cover maps (BSN, 2010).
Satellite photos are used to gather data on land cover, which can then be used by users to grasp the meaning of numerous geographic details that could otherwise be missed (Comber et al., 2005). This is another distinguishing factor between land cover and land use. Although the analysis of satellite photos can be used to detect land cover, land use cannot be established in this way. Land cover maps provide information that can help recognize the existing landscapes.
PENTINGNYA TUTUPAN LAHAN
Komponen permukaan dari tutupan lahan tersaji secara fisik dan dapat terlihat. Ini berarti pola dan karakteristik bentang alamnya krusial dalam mengetahui:
a. Cakupan, ketersediaan, dan kondisi lahan
b. Cakupan sistem ekologi, struktur, dan kondisi
c. Potensi penyebaran dan efek dari bahan kimia maupun jenis polutan lainnya di dalam dan di lingkungan
Tutupan lahan merupakan dataset dasar yang sangat penting bagi beberapa bidang keilmuan kritis seperti analisis kebencanaan untuk banjir, kebakaran, dan tanah longsor, pemetaan habitat alam liar, serta melacak dampak perubahan iklim. Tutupan lahan dapat mempengaruhi atmosfer, habitat hewan tertentu, dan mendefiniskan ekosistem secara luas. Karena itulah mengapa tutupan lahan merupakan data yang vital untuk penelitian pada umumnya.
IMPORTANCE OF LAND COVER
The surface components of land cover are physically visible. It means that the patterns and characteristics of the landscapes are crucial in understanding:
a. Land coverage, availability, and condition
b. Ecosystem system coverage, structure, and condition
c. Potential spread and effects of chemicals and other pollutants in the environment
Land cover is a fundamental dataset that is essential for several critical scientific fields, such as disaster analysis for floods, fires, and landslides, mapping of natural habitats, and tracking the impacts of climate change. Land cover can affect the atmosphere, and specific animal habitats, and broadly define ecosystems. That is why land cover is vital data for research in general.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
Tutupan lahan mengintegrasi iklim, geologi, tanah di suatu lokasi, serta biota dalam rentang waktu puluhan tahun atau lebih dan menceriminkannya di saat bersamaan. Dalam jangka waktu yang pendek, tutupan lahan dapat dipengaruhi gangguan alami seperti badai, banjir, kebakaran, erupsi gunung berapi, serangga, tanah longsor, maupun aktivitas manusia (seperti perubahan populasi, pembangunan industri dan perkotaan, deforestasi atau reboisasi, pengalihan air, dan pembangunan jalan). Perubahan-perubahan ini dapat dianggap sebagai perbaikan atau degrasi kondisi dari suatu tutupan lahan.
Selain itu, tutupan lahan juga memengaruhi dan mendapatkan pengaruh kondisi lingkungan dalam beberapa hal yaitu:
1. Variabel lingkungan seperti kualitas air, hidrologi DAS (Daerah Aliran Sungai), habitat dan komposisi spesies, iklim, dan penyimpanan karbon
2. Pertukaran massa dan energi antara permukaan bumi dan atmosfer yang dapat memengaruhi cuaca dan iklim
3. Habitat dan distribusi spesies sebagai unsur utama struktur dan fungsi ekologi
4. Mengubah rezim hidrologi, pola run-off, dan penyangga banjir di DAS
INFLUENCE FACTORS
Land cover integrates climate, geology, soil conditions in a location, and biota over decades or more, reflecting them simultaneously. In the short term, land cover can be influenced by natural disturbances such as storms, floods, fires, volcanic eruptions, insects, and landslides, as well as human activities (such as population changes, industrial and urban development, deforestation or reforestation, water diversion, and road construction). These changes can be considered as improvements or degradation of the condition of a land cover.
Furthermore, land cover also influences and is influenced by environmental conditions in several ways:
-
1.Environmental variables such as water quality, watershed hydrology, habitat and species composition, climate, and carbon storage
-
2.Mass and energy exchange between the Earth's surface and the atmosphere, which can affect weather and climate
-
3.Habitat and species distribution as essential components of ecological structure and function
-
4.Alteration of hydrological regimes, runoff patterns, and flood buffering in watersheds
TUTUPAN LAHAN DAN INDIKATOR REPORT ON THE ENVIRONMENT (ROE)
Koordinasi, integrasi, dan pengumpulan data dari berbagai sumber dan skala serta klasifikasinya berpengaruh terhadap tren dan dampak dari tutupan lahan bersumber dari tutupan lahan itu sendiri juga luasan dan jenis hutan. Indikator-indikator ROE merupakan ukuran sederhana yang melacak keadaan lingkungan dan kesehatan manusia dari waktu ke waktu. Indikator ini terutama didasarkan pengukuran kondisi fisik atau biologis di dalam wilayah geografis yang terdefinisi dan jelas. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
A. Pengukuran karakteristik tutupan lahan dapat bervariasi bergantung pada skala pemetaan atau pengukurannya. Pada tingkat detail dapat berguna untuk membedakan tipe habitat (namun akan sangat sulit untuk dilakukan secara konsisten pada skala nasional dibandingkan skala lokal).
B. Sistem klasifikasi yang digunakan untuk mendeskripsikan tutupan lahan berbeda di setiap lembaga atau badan dan menyesuaikan masing-masing kebutuhannya. Banyak kategori tutupan lahan yang berbeda telah didefinisikan pada tingkat detail yang menyulitkan perbandingan antardataset dan antarwaktu.
C. Teknologi yang berubah memengaruhi pengukuran, pemetaan, dan pengklasifikasian. Data yang dikumpulkan dari survei lapangan, misal dari foto udara seperti spesies tumbuhan—dapat terlihat berbeda dalam pemrosesan data citra satelit otomatis.
LAND COVER AND REPORT ON THE ENVIRONMENT (ROE) INDICATORS
The coordination, integration, and collection of data from various sources and scales, as well as their classification, influence the trends and impacts of land cover derived from the land cover itself, as well as the extent and types of forests. ROE indicators are simple measures that track the state of the environment and human health over time. These indicators are primarily based on measurements of physical or biological conditions within defined and distinct geographic areas. Some examples include the following.
A. Measurement of land cover characteristics can vary depending on the mapping or measurement scale. At a detailed level, it can be useful to different habitat types (although it would be challenging to consistently do so on a national scale compared to a local scale).
B. The classification systems used to describe land cover differ among institutions or agencies and adapt to their respective needs. Many different land cover categories have been defined at a detailed level, preventing the comparison of datasets and the monitoring of changes over time.
C. Evolving technologies affect measurement, mapping, and classification. Data collected from field surveys, such as aerial photographs of plant species, may appear different in automated satellite image processing.
PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DARI TAHUN KE TAHUN
Di wilayah Jabodetabek, terjadi perubahan yang signifikan dalam tutupan lahan dalam beberapa tahun terakhir. Data menunjukkan bahwa luas area terbangun, yang meliputi bangunan dan infrastruktur, terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini tercermin dalam peningkatan luas bangunan dari 301.627 meter persegi pada tahun 2017 menjadi 325.027 meter persegi pada tahun 2022. Peningkatan ini seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang pesat di wilayah ini.
Namun, sebaliknya, terjadi penurunan luas tutupan pohon atau vegetasi selama periode yang sama. Data menunjukkan bahwa luas tutupan pohon mengalami penurunan dari 158.755 meter persegi pada tahun 2017 menjadi 149.517 meter persegi pada tahun 2022. Penurunan ini mengindikasikan adanya deforestasi yang berlebihan, serta perubahan penggunaan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan pemukiman.
CHANGES IN LAND COVER FROM YEAR TO YEAR
In the Jabodetabek region, significant changes in land cover have occurred in recent years. Data shows that the area of built-up land, including buildings and infrastructure, has been continuously increasing from year to year. The building area increased from 301,627 square meters in 2017 to 325,027 square meters in 2022 to reflect this. This increase is associated with the rapid population growth and urbanization in the region.
On the contrary, there has been a decrease in the area of tree cover or vegetation during the same period. Data shows that the area of tree cover has decreased from 158,755 square meters in 2017 to 149,517 square meters in 2022. This decrease indicates excessive deforestation and a change in land use for infrastructure development and settlements.
Pentingnya ketersediaan informasi spasial tentang tutupan lahan atau landcover sangat terlihat dalam konteks ini. Informasi yang akurat dan terkini tentang tutupan lahan memungkinkan pemantauan yang efektif terhadap perubahan dan perkembangan wilayah. Data tutupan lahan dapat membantu para pengambil keputusan dalam merencanakan pembangunan secara berkelanjutan, mengelola sumber daya alam dengan bijak, dan melindungi lingkungan hidup. Dengan pemantauan yang cermat, dapat diidentifikasi daerah-daerah yang membutuhkan tindakan konservasi, rehabilitasi, atau penanaman kembali pohon untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kualitas lingkungan.
Dalam era yang semakin terhubung secara digital dan berkembangnya teknologi geospasial, informasi tentang tutupan lahan menjadi lebih mudah diakses dan dimanfaatkan. Ini memberikan peluang bagi para pemangku kepentingan, seperti pemerintah, peneliti, dan masyarakat, untuk berpartisipasi dalam pemantauan dan pengelolaan lingkungan secara kolaboratif. Dengan demikian, penting untuk terus mengembangkan sistem informasi spasial yang komprehensif dan terkini, serta memastikan akses yang lebih luas ke data tutupan lahan, sehingga dapat mendukung pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan melindungi keberlanjutan lingkungan di wilayah Jabodetabek.
The importance of spatial information on land cover or land cover is evident in this context. Accurate and up-to-date information on land cover enables effective monitoring of changes and developments in an area. Land cover data can assist decision-makers in planning sustainable development, managing natural resources wisely, and protecting the environment. To preserve ecological balance and environmental quality, places that need conservation, rehabilitation, or reforestation can be found with attentive monitoring.
In an increasingly digitally connected era and with the advancement of geospatial technology, information about land cover is more accessible and utilized. This provides opportunities for stakeholders such as governments, researchers, and communities to participate in collaborative environmental monitoring and management. Thus, it is important to continue developing comprehensive and up-to-date spatial information systems and ensure broader access to land cover data to support sustainable decision-making and protect environmental sustainability in the Jabodetabek region.
PENUTUP
Platform GEO MAPID menyediakan data tutupan lahan secara temporal yang mencakup rentang tahun 2017 hingga 2022. Data ini dapat diakses secara gratis oleh pengguna platform untuk berbagai keperluan. Keberadaan data tutupan lahan ini memberikan nilai tambah yang signifikan, terutama dalam analisis perubahan lahan dari waktu ke waktu.
Dengan data dan informasi tutupan lahan yang tersedia, pengguna dapat melakukan analisis perubahan lahan secara temporal yang sangat berharga. Misalnya, mereka dapat membandingkan dan mengidentifikasi pola perubahan lahan dari tahun ke tahun, menghitung persentase perubahan lahan tertentu, dan memahami tren yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi ini dapat mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik dalam perencanaan pembangunan, pengelolaan sumber daya alam, dan pemantauan lingkungan.
CONCLUSION
The GEO MAPID platform provides temporal land cover data covering 2017 to 2022. This data is freely accessible to platform users for various purposes. The availability of land cover data adds significant value, especially in analyzing land changes over time. Users can carry out useful temporal land change analyses with the use of the data and information provided for land cover.
For example, they can compare and identify the land change patterns from year to year, calculate the percentage of specific land changes, and understand potential trends in the future. This information can support better decision-making in development planning, natural resource management, and environmental monitoring.
Data tutupan lahan yang disediakan oleh GEO MAPID memberikan kesempatan bagi pengguna untuk mendapatkan wawasan yang mendalam tentang perubahan lahan dan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan akses mudah dan gratis ke data tersebut, pengguna dapat melakukan analisis yang lebih canggih dan mendukung kegiatan penelitian, perencanaan wilayah, pemantauan lingkungan, serta pengembangan strategi keberlanjutan.
GEO MAPID memberikan solusi yang efektif dalam memahami dan memanfaatkan data tutupan lahan secara temporal untuk keperluan beragam. Dengan adanya data ini, pengguna dapat mengungkap berbagai insight yang berharga dan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan pengembangan yang berkelanjutan.
Users get the chance to learn more about the effects of land changes on the environment thanks to the GEO MAPID land cover data. With easy and free access to this data, users can conduct more advanced analysis and support research activities, spatial planning, environmental monitoring, and sustainable development strategies.
GEO MAPID provides an effective solution to understand and utilize temporal land cover data for various purposes. With this data, users can uncover valuable insights and take appropriate steps in efforts to maintain environmental sustainability and sustainable development.
Referensi:
- BIG. 2020. SNI 7645:2010 Klasifikasi penutup lahan. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional https://www.big.go.id/assets/download/sni/SNI/15.%20SNI%207645-2010%20Klasifikasi%20penutup%20lahan.pdf (diakses 10 Oktober 2022)
- Comber, A., Fisher, P. Wadsworth, R. 2005. What is land cover? Environment and Planning B Planning and Design. Pion. https://www.researchgate.net/publication/23541481_What_is_Land_Cover (diakses 10 Oktober 2022)
- National Oceanic and Atmospheric Administration. No Date. What is the difference between land cover and land user? https://oceanservice.noaa.gov/facts/lclu.html
- Syahbana, M. I. 2013. Identifikasi Perubahan Tutupan Lahan Dengan Metode Object Based Image Analysis. Teknik Geodesi dan Geomatika. Institut Teknologi Bandung: Bandunguh, Vol. 10 No.1 Juni 2013: 29-24.
- United States Environmental Protection Agency. No Date. Land Cover. https://www.epa.gov/report-environment/land-cover (diakses 10 Oktober 2022)
- United States Environmental Protection Agency. No Date. Learn About the ROE Program. https://www.epa.gov/report-environment/learn-about-roe-program#:~:text=ROE%20indicators%20are%20simple%20measures,a%20clearly%20defined%20geographic%20area. (diakses 17 Mei 2023)