[GEODATA] Histori Gempa Bumi di Indonesia (1970-2021)

10/01/2023 • MAPID

[GEODATA] Histori Gempa Bumi di Indonesia 1970-2021


Histori Gempa Bumi Indonesia (1970-2021)
Histori Gempa Bumi Indonesia (1970-2021)

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya Bumi akibat pelepasan energi di dalam Bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak Bumi. Akumulasi energi yang dihasilkan menyebabkan pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi ini dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismik sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan Bumi. 

According to the Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency (BMKG), an earthquake is an event where the Earth shakes due to a sudden release of energy beneath the Earth's surface which is marked by the fault of rock layers in the Earth's lithosphere. The accumulation of energy is resulting the movement between the tectonic plates. This energy is emitted in all directions in the form of seismic waves. The effects are felt through the Earth's surface.

Umumnya, lempeng tektonik bergeser sejauh 0-15 cm tiap tahunnya. Apabila lempeng-lempeng tektonik bertemu pada suatu sesar, keduanya bisa bergerak saling menjauhi, mendekati, atau bergeser. Terkadang, gerakan lempeng yang macet dan saling mengunci ini menyebabkan pengumpulan energi yang berlangsung terus menerus. Kemudian, saat lempeng tektonik tidak kuat lagi menahan gerakan yang diidentifikasi dengan pelepasan mendadak yang dikenal dengan gempa bumi.

In general, tectonic plates shift by 0-15 cm each year. When tectonic plates meet on a fault, they can either move away from each other, approach, or shift. Sometimes, this stuck and interlocked plate motion causes continuous energy accumulation. Subsequently, when the tectonic plates are no longer strong enough to withstand the movements identified by sudden releases known as earthquakes. 

Indonesia sendiri termasuk dalam rangkaian Cincin Api Pasifik sehingga daerahnya rawan terjadi gempa bumi. Sebanyak 81% gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang cincin ini. Wilayah Indonesia menjadi jalur pertemuan tiga lempeng tektonik yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam Lempeng Eurasia dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun. Lempeng Eurasia bergerak lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0.4 cm per tahun. Sementara, Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat dengan kecepatan sekitar 11 cm per tahun.

Indonesia is included in the Pacific Ring of Fire, so the area is prone to earthquakes. As many as 81% of the world's largest earthquakes occur along this ring. Indonesia is a meeting point for three tectonic plates, namely the Indo-Australian Plate, the Eurasian Plate, and the Pacific Plate. The Indo-Australian Plate is moving relatively to the north. The plate is intruding on the Eurasian Plate at a rate of about 7 cm per year. The Eurasian Plate is moving slowly to the southeast at a speed of about 0.4 cm per year. Meanwhile, the Pacific Plate is moving relatively westward at speeds of about 11 cm per year.

Apabila jalur pertemuan lempeng berada di laut yang mengakibatkan gempa bumi besar dengan kedalaman dangkal, maka terjadi yang disebut dengan tsunami. Pertemuan antarlempeng ini menyebabkan pembentukan cekungan muka, cekungan belakang, jalur magmatik, pola struktur geologi, dan sumber gempa bumi yaitu zona subduksi, zona kolisi, dan sesar aktif.

If the plate meeting point is in the sea resulting in a large earthquake with shallow depths. That is what we called a tsunami happens. The meeting between these plates causes the formation of front basins, back basins, magmatic channels, geological structure patterns, and sources of earthquakes, including subduction zones, collision zones, and active faults.

Pengukuran gempa bumi dilakukan dengan alat bernama seismometer. Alat ini merekam getaran gempa bumi yang terjadi diikuti kekuatan, lama, arah, dan jaraknya. Ada dua jenis satuan skala yang umum diketahui masyarakat yakni Momen Magnitudo—paling umum dipakai di seluruh dunia dan Skala Richter (SR) dari laporan observatorium seismologi nasional yang diukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan penyebab, kedalaman, dan gelombang/getaran gempa.

Earthquake measurements are measured with a tool called a seismometer. This tool records the occured earthquake vibration followed by its strength, length, direction, and distance. Two types of scale units that are commonly known to the public, those are Moment Magnitude—the most commonly used throughout the world and the Richter Scale (SR) from national seismological observatory reports measured on a local magnitude scale of 5 magnitudes. Earthquakes are distinguished based on their causes, depth, and earthquake waves/vibrations.

Jenis Gempa Berdasarkan Penyebabnya

Earthquakes based on the causes:

1. Gempa Bumi Tektonik

Penyebabnya adanya aktivitas tektonik—pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang memiliki kekuatan dari yang terkecil sampai ke yang terbesar. Getaran gempa bumi yang dihasilkan mampu menjalar ke seluruh bagian bumi sehingga banyak menimbulkan kerusakan.

1. Tectonic Earthquakes

The cause for this tectonic activity—is the sudden shift of tectonic plates that have from the smallest to largest strength. The resulting earthquake waves can spread to all parts of the earth that cause a lot of damage. 

2. Gempa Bumi Runtuhan/Terban

Biasanya terjadi pada daerah kapur atau wilayah pertambangan karena tanah longsor, gua yang runtuh, dan sejenisnya. Gempa buminya bersifat lokal di wilayah yang sempit sehingga dampaknya kecil.

2. Collapse Earthquakes

Usually, it occurs in limestone areas or mining areas due to landslides, caves collapse, and something similar. The earthquake occurs locally in a narrow area. The impact is small.

3. Gempa Bumi Buatan

Seperti namanya, gempa ini disebabkan oleh aktivitas manusia. Contohnya adalah peledakan dinamit, nuklir, atau palu yang dipukulkan ke atas permukaan Bumi.

3. Explosion Earthquakes

As the name suggests, this earthquake is caused mainly by human activities. The explosion of dynamite, nuclear, or a hammer being swung above the surface of the Earth are some examples.

4. Gempa Bumi Vulkanik (Gunung Berapi)

Gempa bumi ini ada dikarenakan aktivitas magma yang biasa terjadi sebelum sebuah gunung berapi meletus. Apabila tingkat keaktifan suatu gunung berapi semakin tinggi, maka ledakan yang ditimbulkan akan menjadi gempa bumi. Gempa ini hanya akan terasa di sekitar area gunung berapi tersebut.

4. Volcanic Earthquake (Volcanoes)

This earthquake is due to magma activity which usually happens before a volcano erupts. If the volcano's activity level is higher, the resulting explosion will become an earthquake later. This earthquake will only be felt and impacted around the volcano area.

Jenis Gempa Berdasarkan Kedalaman

Earthquakes based on the depths:

1. Gempa Bumi Dalam

Gempa dengan hiposentrum (pusat gempa bumi di bawah permukaan Bumi) lebih dari 300 km di bawah permukaan Bumi—di dalam kerak Bumi. Mayoritas gempanya tidak terlalu berbahaya.

1. Deep Earthquakes

An earthquake with a hypocenter (the epicenter below the Earth's Surface) more than 300 km below the Earth's surface—in the Earth's crust. The majority of these types of earthquakes are not too dangerous.

2. Gempa Bumi Menengah

Rentang hiposentrumnya berada di 60-300 km di bawah permukaan Bumi. Kebanyakan menimbulkan getaran lebih terasa dan kerusakan ringan.

2. Intermediate Earthquakes

The hypocenter is in the range between 60-300km below the Earth's surface. Most of this caused more noticeable vibration and minor damage. 

3. Gempa Bumi Dangkal

Hiposentrumnya kurang dari 60 km dari permukaan Bumi. Rata-rata memberikan dampak kerusakan besar.

3. Shallow Earthquakes

The hypocenter is less than 60 km from the Earth's surface. On average, it gives a large damage impact. 

Jenis Gempa Berdasarkan Gelombang/Getaran

Based on the earthquakes' waves/vibrations:

1. Gelombang Primer

Atau disebut dengan gelombang longitudinal. Gelombang ini merambat di tubuh Bumi dari hiposentrum dengan kecepatan berkisar antara 7-14 km per detik.

1. P-waves

Or it is called longitudinal waves. These waves propagate in the Earth's body from the hypocenter with speeds ranging from 7-14 km per second. 

2. Gelombang Sekunder

Gelombang transversal yang merambat dengan kecepatan yang sudah berkurang antara 4-7 km per detik. Gelombang ini tidak dapat merambat melalui benda atau lapisan cair.

2. S-waves

Transverse waves propagate at reduced speeds between 4-7 km per second. These waves cannot propagate through bodies or liquid layers.

Gempa bumi bisa pula dibagi berdasarkan letak pusat gempanya yaitu gempa laut dan gempa darat. Gempa laut terjadi apabila episentrum (titik pada permukaan bumi yang terletak tegak lurus di atas pusat gempa yang ada di dalam bumi) berada di dasar atau permukaan laut. Sementara, gempa darat terjadi jika letak episentrum berada di daratan. Kekuatan gempa bumi yang terjadi digolongkan termuat pada tabel berikut:

Earthquakes can also be divided based on the epicenter location, namely submarine/undersea/underwater earthquake and ground earthquake. Undersea earthquakes occur when the epicenter (the point on the Earth's surface that is located perpendicular to the center of the earthquake inside the Earth) is at the bottom sea level. While ground earthquakes occur if the epicenter location is on the mainland. The strength of the earthquake that happened is classified in the following table:

[GEODATA] Histori Gempa Bumi di Indonesia (1970-2021)

Beberapa dampak yang dihasilkan dari peristiwa gempa bumi antara lain, getaran atau guncangan tanah, likuefaksi—hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat beban getaran gempa, longsoran tanah, tsunami, serta bahaya sekunder seperti arus pendek dan gas bocor penyebab kebakaran.

Some of the impacts resulting from earthquake disasters include ground shaking, liquefaction—the loss of strength of the soil layers due to the weight of the earthquake vibrations, landslides, and tsunamis, as well as secondary hazards such as short circuits and gas leaks that cause fires.

MAPID memiliki data histori gempa bumi di Indonesia periode 1970 hingga 2021 yang dapat diakses oleh pengguna GEO MAPID menggunakan fitur Impor Data dalam Map Editor. Data-data tersebut kemudian dapat dianalisis melalui Map 3D dan Map Viewer.

MAPID has historical earthquake data in Indonesia for the 1970-2021 period that GEO MAPID users can access using the Import Data feature in the Map Editor. Following that, these data can be examined using Map 3D and Map Viewer.

[GEODATA] Histori Gempa Bumi di Indonesia (1970-2021)

Tidak ada yang tahu kapan atau dimana tepatnya bencana gempa bumi akan terjadi, namun pengguna dapat menggunakan data ini untuk mengamati, mempelajari, dan mengetahui pola dari kejadian-kejadian dari masa lampau hingga masa kini. 

Data ini juga dapat digunakan untuk membantu mencari lokasi potensial untuk tempat tinggal, lokasi bisnis, kafe/restoran, kantor, industri, pergudangan, dan lain sebagainya yang potensial terutama jika pengguna menggunakan fitur location profiling yaitu SINI seperti pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4. Nantinya, pengguna tidak hanya tahu dan paham pola bencana gempa bumi, namun juga waspada dengan segala akibat yang mungkin saja terjadi.

No one knows when or where exactly an earthquake will happen, but users can use this data to observe, study, and know patterns of events from the past to the present.

This data can also be used to help potential locations for residences, business locations, cafes/restaurants, offices, industries, warehouses, and else. It especially has potential if the users use the location profiling feature called SINI. To not only know and understand the patterns of earthquake disasters but also are aware of all the consequences that might occur.

[GEODATA] Histori Gempa Bumi di Indonesia (1970-2021) [GEODATA] Histori Gempa Bumi di Indonesia (1970-2021) [GEODATA] Histori Gempa Bumi di Indonesia (1970-2021)

Penelitian mengenai gempa bumi harus terus dilakukan agar sumber dan karakteristik gempa bumi yang belum teridentifikasi bisa diketahui. Nantinya, hal-hal tersebut bisa digunakan sebagai masukan pemutakhiran dari peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) untuk mendukung mitigasi gempa bumi dan saran revisi penataan ruang. Selain itu, sebagai fondasi penguatan regulasi kebencanaan dalam bentuk perda. Harapannya, Indonesia bisa selalu siap ketika gempa bumi terjadi dan meminimalisir kerugian materiil dan korban jiwa.

It is necessary to continue earthquake research. Because it can discover unidentified sources and characteristics of the earthquake. Later, it will be utilized to update the map of hazardous locations and natural disaster-prone areas to promote earthquake mitigation and recommendations for better spatial planning. In addition, as a foundation for strengthening disaster regulations in the form of local government regulation. It is hoped that Indonesia would always be prepared for earthquakes and can reduce material losses and casualties. 

Referensi/Reference:

- Anonim. 2021. Kategori Gempa Berdasarkan Besarnya Magnitude dan Kerusakan yang Ditimbulkan. https://kumparan.com/kabar-harian/kategori-gempa-berdasarkan-besarnya-magnitude-dan-kerusakan-yang-ditimbulkan-1wd5TQDpXo2/full (diakses 12 Januari 2023)

- BPBD NTB. 2017. Gempa Bumi. https://bpbd.ntbprov.go.id/pages/gempa-bumi (diakses 12 Januari 2023)

- InaTEWS BMKG. 2020. Apakah Gempabumi Itu? http://inatews2.bmkg.go.id/new/tentang_eq.php (diakses 11 Januari 2023) 

- Kementrian ESDM. 2022. Gempa Bumi Merusak di Indonesia Tahun 2021. https://geologi.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/gempa-bumi-merusak-di-indonesia-tahun-2021 (diakses 11 Januari 2023)

- Michigan Tech. 2010. Earthquake Magnitude Scale. https://www.mtu.edu/geo/community/seismology/learn/earthquake-measure/magnitude/ (diakses 13 Januari 2023)

- PVMBG - Badan Geologi. 2023. Kejadian Gempa Bumi Merusak di Indonesia Tahun 2022. https://vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-pvmbg/kegiatan-diseminasi-informasi/4041-kejadian-gempa-bumi-merusak-di-indonesia-tahun-2022 (diakses 11 Januari 2023)

Data Publications