PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

02/03/2023 • Dhia Zalfa Zahira

Peta Penggunaan Lahan

Peta Curah Hujan

Peta Jenis Tanah

Peta Jarak dari Sungai

Peta Ketinggian

Peta Kelerengan

Peta Sebaran Tingkat Kerawanan Banjir Kota Semarang

Administrasi Kecamatan di Kota Semarang

Validasi Titik Sebaran Banjir di Kota Semarang

Pemetaan Tingkat Kerawan Banjir Di Kota Semarang


PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Abstrak

Kota Semarang merupakan salah satu kota yang seringkali dilanda bencana banjir. Bencana banjir yang terjadi di Kota Semarang diakibatkan oleh beberapa parameter yaitu, ketinggian, kelerengan, jarak dari sungai, curah hujan, penggunaan lahan, dan jenis tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kerawanan banjir di Kota Semarang dengan menggunakan metode overlay dengan scoring. Data penelitian berupa data sekunder yang diambil melalui berbagai sumber. Luaran penelitian berupa peta tingkat kerawanan banjir yang dihasilkan dari overlay yang menunjukkan sebaran lokasi berpotensi banjir. Terdapat 3 klasifikasi tingkat kerawanan Banjir di Kota Semarang, yaitu tingkat kerawanan banjir rendah, sedang dan tinggi. Adapun kecamatan yang mempunyai tingkat kerawanan tingii yaitu, Kecamatan Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Tengah, Semarang Timur, Gayamsari, sebagian Candisari, Pedurungan, Genuk, dan Sebagian Kecamatan Mranggen. Pada penelitian ini juga dilakukan validasi dengan mengambil sepuluh sampel titik banjir di Kota Semarang yang didapatkan dari portal berita online. Dari hasil titik validasi didapatkan hasil Sembilan titik berada pada kawasan tingkat kerawanan banjir tinggi dan satu titik berada pada kawasan tingkat kerawanan banjir sedang. Berdasarkan analisis dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini cukup valid. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi pada penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi literatur kajian untuk mengambil kebijakan terkait penanggulangan banjir di Kota Semarang.
Kata Kunci: Banjir, Kerawanan, Overlay, Scoring

Latar Belakang

Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi dengan perubahan cuara serta iklim yang tidak menentu. Kondisi ini mengakibatkan Indonesia rawan mengalami bencana hidrometereologi, salah satunya banjir (Aziza et al., 2021). Banjir merupakan kondisi di mana daerah yang secara topografis dan geomorfologis bersifat kering menjadi tergenang oleh air yang terjadi akibat tingkat drainase tanah yang telah jenuh dalam menampung air dan kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah yang mencapai batas maksimum (Novaliadi & Hadi, 2014). Permasalahan banjir dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor di antaranya elemen meteorologi, karakteristik fisik daerah aliran sungai (DAS), dan manusia (Ramadhan et al., 2022). Umumnya banjir sering terjadi di daerah perkotaan akibat dari pergeseran penggunaan lahan yang tidak didukung dengan tata kelola saluran air yang baik.

Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang juga merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, bahkan menjadi penyangga perekonomian Provinsi Jawa Tengah (Yunita, 2017). Perkembangan kota ini dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan meningkat pula kebutuhan lahan perkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi daripada di wilayah pedesaan, karena tingkat aktivitas dalam populasi perkotaan cenderung lebih tinggi. Kota Semarang adalah salah satu kota industri di Indonesia, di mana pembangunan gedung-gedung dan jalan raya serta bangunan fasilitas penunjang lainnya akan terus meningkat (DPMPTSP Semarang, 2021).

Pengembangan daerah perkotaan dengan perubahan tutupan vegetasi menjadikan permukaan tanah menjadi kedap air dengan kapasitas penyimpanan air kecil atau tidak ada. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya respons tanah terhadap masukkan air hujan yang berpotensi terjadi banjir atau genangan (Findayani, 2015). Oleh karena itu, diperlukan suatu tindakan penanganan agar pembangunan bisa dilakukan dengan baik dan tidak berdampak buruk ke depannya. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah memetakan daerah rawan banjir agar nantinya pembangunan dapat berbasis site suitability analysis atau analisis kesesuaian lokasi. Analisis kesesuaian lokasi adalah jenis analisis yang digunakan dalam GIS untuk menentukan tempat atau situs terbaik untuk sesuatu (Suwandi, 2018). Dengan diketahuinya sebaran daerah yang rawan banjir di Kota Semarang, maka pembangunan gedung, fasilitas, sarana dan prasana umum, serta flood shelter dapat dibangun dengan analisis kesesuaian lokasi ini.

Guna memberikan informasi terkait bencana banjir di Kecamatan Bontang Barat tentu sangat diperlukan pemetaan tentang daerah yang mempunyai kerawanan banjir. Pemetaan daerah-daerah yang memiliki tingkat bahaya banjir perlu dilakukan agar pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk menanggulanginya. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu cara dalam proses pemetaan,termasuk pembuatan peta kerawanan banjir yang menjadi fokus penelitian ini (Darmawan. et al., 2017). Kerawanan banjir dapat diidentifikasi secara cepat, mudah dan akurat melalui SIG dengan menggunakan metode tumpang susun/overlay terhadap parameter parameter banjir, seperti kemiringan lereng, ketinggian lahan, jenis tanah, curah hujan, penggunaan lahan, dan Buffering sungai. Melalui SIG, diharapkan akan mempermudah penyajian informasi spasial khususnya yang terkait dengan penentuan tingkat kerentanan banjir serta dapat menganalisis dan memperoleh informasi baru dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang sering menjadi sasaran banjir. Oleh karena itu, peneliatan ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk menentukan zona sebaran potensi rawan banjir yang terdapat di Kota Semarang melalui penggunaan data penginderaan jauh dan SIG yang ditampilkan dalam bentuk WebGIS.

Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini terdapat rumusan persoalan yang diangkat sebagai berikut:

1. Bagaimanahasil sebaran tingkat kerawanan banjir di Kota Semarang dengan metode scoringdan pembobotan?

2. Di mana sajakah kecamatan di Kota Semarang yang memiliki tingkat kerawanan tinggi?

Tujuan

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang menjawab rumusan masalah yang ada, yaitu:

1. Dapat mengetahui hasil sebaran tingkat kerawanan banjir di Kota Semarang dengan metode scoring dan pembobotan.

2. Dapat mengetahui kecamatan di Kota Semarang yang memiliki tingkat kerawanan tinggi.

Tinjauan Pustaka

A. SIG

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis. SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia. Secara umum, pengertian SIG adalah suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya manusia dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (Rosdiana et al., 2015).

B. Banjir

Banjir adalah bencana yang sering terjadi di wilayah Indonesia. Bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologi ini selalu meningkat setiap tahunnya. Meskipun terkadang tidak menimbulkan banyak korban jiwa, bencana ini tetap saja merusak infrastruktur dan mengganggu stablitas perekonomian masyarakat secara signifikan. Karakteristik banjir sangat beragam. Banjir dapat disebabkan karena curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi serapan tanah yang cukup atau dapat terjadi dalam bentuk rob atau bandang (BPBD, 2014).

C. Kerawanan

Kerawanan adalah kondisi atau karakteristik geologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak bahaya tertentu (BNPB, 2007). Sehingga Tingkat kerawanan adalah ukuran yang menyatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya kemungkinan suatu kawasan atau zona dapat mengalami bencana, serta besarnya korban dan kerugian bila terjadi bencana longsor yang diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktifitas manusia (Yonathan, 2020).

D. WebGIS

WebGIS adalah sebuah aplikasi Sistem Informasi Geografisyang berbasis pada website. Dalam sebuah WebGIS terdapat beberapa komponen yang mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya yang tergabung dalam sebuah database. Secara sederhana webGIS dapat diartikan sebagai gabungan antara web design dan web pemetaan. Pada umumnya webGIS didasarkan pada proses input dan output data, analisis dan representasi dari data tersebut. Dengan adanya WebGIS pada suatu kota maka diharapkan masyarakat setempat dapat dengan mudah menemukan lokasi tertentu yang diinginkan secara online. WebGIS banyak digunakan untuk memublikasikan informasi berbasis spasial khususnya dalam bentuk pemetaan (Sholikhan et al., 2019). Dalam penelitian ini penulis memanfaatkan WebGIS untuk melakukan visualisasi hasil pengolahan Peta Tingkat Kerawanan Banjir di Kota Semarang.

Daerah Kajian

Kota Semarang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang terletak diantara 109˚ 35’ – 110˚ 50’ Bujur Timur dan 6˚ 50’ – 7˚ 10’ Lintang Selatan dengan luas 373,70 km2 (Bappeda Kota Semarang, 2013). Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, terdapat dua kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 dan Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km2. Kedua kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sementara, kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km2 diikuti oleh Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2 (PPID, 2023).

Alat dan Data

Alat dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Tabel Alat

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Tabel 2 Tabel Data

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Metode

Metode yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah overlay dan scoring serta pembobotan. Pembobotan adalah pemberian bobot pada peta digital masing masing parameter yang berpengaruh terhadap banjir, dengan didasarkan atas pertimbangan pengaruh masing-masing parameter terhadap banjir. Pembobotan dimaksudkan sebagai pemberian bobot pada masing-masing peta tematik (parameter). Penentuan bobot untuk masing-masing peta tematik didasarkan atas pertimbangan, seberapa besar kemungkinan terjadi banjir dipengaruhi oleh setiap parameter geografis yang akan digunakan dalam analisis SIG (Suhardiman, 2014).

Scoring adalah pemberian skor terhadap tiap kelas di masing-masing parameter. Pemberian skor didasarkan pada pengaruh kelas tersebut terhadap kejadian. Semakin besar pengaruhnya terhadap kejadian, maka semakin tinggi nilai skornya (Darmawan. et al., 2017). Untuk mendapatkan skor/nilai total, perlu adanya pemberian nilai dan bobot sehingga perkalaian antara keduanya dapat menghasilkan nilai total yang biasa disebut skor. Pemberian nilai pada setiap parameter adalah sama yaitu 1-5, sedangkan pemberian bobot tergantung pada pengaruh dari setiap parameter yang memiliki faktor paling besar dalam tingkat kerawanan banjir (Matondang et al., 2013).

Kerangka Pikir dan Diagram Alir

Lokasi penelitian berada di Kota Semarang yang merupakan salah satu daerah yang terletak di wilayah kepesisiran, secara administratif merupakan ibukota dari Propinsi Jawa Tengah. Letaknya yang strategis menyebabkan perkembangan kota menjadi sangat pesat. Tingginya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang pesat menjadi faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan, reklamasi pantai, dan pembangunan sarana industri yang arah pembangunannya cenderung menjorok ke laut. Munculnya aktivitas tersebut menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan di Kota Semarang, seperti banjir, land subsidence, dan perubahan garis pantai (Geografi UGM, 2016).

Salah satu bencana yang menjadi masalah serius di Kota Semarang adalah bencana banjir yang melanda beberapa daerah di Kota Semarang. Oleh karena itu, perlu diketahui sebaran daerah di Kota Semarang yang memiliki tingkat kerawanan banjir tinggi, rendah, dan sedang agar ke depannya dapat diketahui sebaran daerah yang rawan banjir dan dapat digunakan sebagai analisis lebih lanjut baik dari segi pembangunan ataupun segi ekonomi industri.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Hasil dan Pembahasan

Proses scoring dan pembobotan dilakukan berdasarkan Tabel 3

Tabel 3 Parameter Kerawanan Banjir

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

A. Hasil dan Analisis Parameter Kelerengan

Kemiringan lereng pada penelitian ini dibuat berdasarkan hasil pengolahan data DEMNAS menggunakan metode slope pada peranagkat lunak pengolah data spasial ArcGIS. Kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan. Klasifikasi dan scoring kelerengan didapatkan dari Tabel 5:

Tabel 5 Parameter Kelerengan

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan peta kelerengan seperti pada Gambar 3.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Dari Gambar 3 bagian utara di Kota Semarang mempunyai kemiringan lereng dalam kategori datar dengan persentase kemiringan 0- 8%. Hal ini sangat berpotensi terjadi banjir karena wilayah ini cenderung datar yang bisa menjadi daerah tampungan air ketika hujan. Sementara daerah yang memiliki wilayah curam dan sangat curam berada di Kota Semarang bagian selatan yang mempunyai persentase kemiringan 25-45% sehingga daerah ini lebih aman dari bencana banjir.

B. Hasil dan Analisis Parameter Jenis Tanah

Klasifikasi jenis tanah diperoleh dari data FAO Digital Soil Map of The World (DSMW) pada Tabel 4. Peta jenis tanah dibuat berdasarkan klasifikasi dengan lima kelas berdasarkan tingkat penyerapan air.

Tabel 4 Klasifikasi Jenis Tanah

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan peta jenis tanah di Kota Semarang seperti pada Gambar 4.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dengan data dari FAO Digital Soil Map of The World (DSMW) diperoleh bahwa jenis tanah di Kota Semarang di dominasi oleh jenis tanah Chromic Luvisol. Chromic Luvisol memiliki daya serap air yang moderat hingga tinggi. Daya serap air moderat pada Chromic Luvisol berarti bahwa tanah tersebut mampu menahan sebagian air yang terdapat pada permukaan tanah, tetapi tidak begitu banyak sehingga air tidak tersedia untuk tanaman dalam waktu yang lama.

C. Hasil dan Analisis Parameter Curah Hujan

Klasifikasi curah hujan diperoleh dari data Climate Hazards Group InfraRed Precipitation with Station Data (CHIRPS) pada Tabel 5. Peta curah hujan dibuat berdasarkan klasifikasi dengan lima kelas berdasarkan gabungan data curah hujan dari satelit Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) dengan data dari lebih dari 20,000 stasiun cuaca di seluruh dunia. Data tersebut kemudian diproses dengan menggunakan teknik interpolasi spasial untuk menghasilkan data curah hujan resolusi tinggi pada skala global.

Tabel 5 Curah Hujan

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan peta curah hujan di Kota Semarang seperti pada Gambar 5.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dengan data dari CHIRPS dihasilkan bahwa di Kota Semarang pada tahun 2022 dari Bulan Januari hingga Desember memiliki curah hujan yang sangat tinggi pada semua daerah.

D. Hasil dan Analisis Parameter Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan salah satu parameter yang berperan pada besarnya air limpasan permukaan. Pemanfaatan lahan yang banyak membutuhkan pasokan air atau yang memiliki sumber air menjadi daerah yang cukup rawan terjadi banjir.

Tabel 6 Klasifikasi Penggunaan Lahan

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan peta penggunaan lahan di Kota Semarang seperti pada Gambar 6.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dengan data dari Land Use Land Cover (LULC) Esri tahun 2021 dihasilkan bahwa penggunaan lahan di Kota Semarang didominasi oleh pemukiman. Apabila dilihat melalui penggunaan lahannya, Kota Semarang cenderung memiliki potensi akan adanya banjir. Ini dikarenakan beberapa tumbuhan semak kurang mampu dalam menahan gerak air pemukaannya, sementara pemukiman biasanya memiliki beban tanah yang cukup besar. Adanya pemukiman yang padat juga dapat menghambat lajurnya air sungai.

E. Hasil dan Analisis Parameter Jarak dari Sungai

Parameter Buffer atau jarak wilayah terhadap sungai atau badan air merupakan parameter yang menentukan apakah area tersebut berpeluang terjadi banjir atau tidak, semakin dekat jarak wilayah dengan sungai maka potensi banjir di area tersebut juga semakin tinggi.

Tabel 7 Klasifikasi Jarak dari Sungai

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan peta penggunaan lahan di Kota Semarang seperti pada Gambar 7.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dengan data dari vektor jaringan sungai dengan lebar lebih dari dua meter di Kota Semarang dihasilkan bahwa Kota Semarang mempunyai jaringan sungai dengan lebar >2m yang cukup panjang.

F. Hasil dan Analisis Parameter Ketinggian

Ketinggian atau elevasi pada penelitian ini dibuat berdasarkan hasil pengolahan data DEMNAS. Parameter elevasi juga berpengaruh terhadap luasan terjadinya banjir. Ini dikarenakan daerah yang memiliki elevasi rendah cenderung mendapatkan limpasan air saat terjadinya hujan, mengingat sifat air yang mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah.

Tabel 8 Klasifikasi Ketinggian

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan hasil pengolahan dihasilkan peta ketinggian di Kota Semarang seperti pada Gambar 8.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Gambar 8 Hasil Klasifikasi Ketinggian

Berdasarkan Gambar 8 ketinggian di Kota Semarang mempunyai 5 tingkatan ketinggian, daerah dataran tinggi >300 meter di atas permukaan laut (mdpl) berada di Kecamatan Gunung Pati. Sedangkan dataran rendah dengan ketinggian <20m mdpl berada di sebagian Kecamatan Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Tengah Semarang Timur, Gayamsari, Candisari, Pedurungan, Genuk, dan sebagian Kecamatan Mranggen.

G. Hasil dan Analisis Overlay

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Gambar 9 merupakan visualisasi hasil pengolahan dari beberapa parameter untuk menentukan tingkat kerawanan banjir di Kota Semarang. Berdasarkan hasil pengolahan didapatkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir. Tingkat kerawanan banjir ditentukan dengan semakin besar total skor setiap parameter, maka semakin besar pula tingkat kerawanan banjir di daerah kajian. Setelah dilakukan pengolahan dengan parameter-parameter (Tabel 3) dihasilkan bahwa Di Kota Semarang didominasi dengan kawasan yang memiliki tingkat kerawanan banjir yang tinggi, yaitu di daerah sebagian Kecamatan Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Tengah Semarang Timur, Gayamsari, Candisari, Pedurungan, Genuk, dan Sebagian Kecamatan Mranggen.

H. Uji Validasi

Uji validasi dilakukan guna menguatkan hasil penelitian kali ini. Validasi titik sebaran banjir di Kota Semarang menggunakan hasil digitasi dengan memanfaatkan fitur SINI pada platform GEO MAPID. Data-data yang digunakan untuk validasi titik sebaran banjir di Kota Semarang didapatkan melalui portal berita online yang ada di internet. Berikut merupakan hasil digitasi dari data berita di internet terkait banjir di Kota Semarang.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Dari data sebaran banjir di Kota Semarang, penulis mengambil sebanyak sepuluh sampel kejadian banjir di Kota Semarang dari Bulan November 2022 sampai Bulan Januari 2023. Dari hasil analisis sembilan titik terdapat di daerah dengan tingkat kerawanan tinggi dan satu titik di daerah tingkat kerawanan sedang. Dengan demikian, tingkat kevalidan dari proses validasi sudah cukup akurat dan hasil analisis spasial ini dapat digunakan dalam pemetaan tingkat kerawanan banjir di Kota Semarang.

Salah satu keunggulan fitur SINI pada platform GEO MAPID adalah dapat menunjukkan data jumlah kepadatan pendudukan dan Point of Interest (POI) di sekitar titik yang dikaji. Berikut merupakan hasil dari fitur SINI di sekitar titik-titik banjir di Kota Semarang.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan Gambar 11 didapatkan informasi mengenai jumlah penduduk di sekitar simpang lima dengan radius satu km² berjumlah 897.278 (orang/km²), didapat pula informasi mengenai POI yang ada di sekitar Simpang Lima, yaitu 161 cafe dan restoran, 77 ATM dan Bank, 11 Bangunan pemerintahan, 3 fasilitas olahraga, dan 3 fasilitas Kesehatan. Berdasarkan hasil dan analisis, daerah Simpang Lima termasuk daerah padat penduduk dan mempunyai perindustrian yang maju, maka kerusakan yang disebabkan oleh banjir akan berdampak sangat serius dan berisiko tinggi, dikarenakan akan menimbulkan kerugian yang tinggi dan berdampak domino ke banyak hal, seperti terganggunya mobilitas warga sekitar, tidak beroperasinya beberapa fasilitas umum, dan lain-lain. Daerah Simpang Lima juga termasuk daerah yang strategis karena berada di pusat kota sehingga penanganan dampak akibat banjir harus dilakukan secara masif oleh pemerintah.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan Gambar 12 didapatkan informasi mengenai jumlah penduduk di sekitar Kelurahan Gayamsari dengan radius satu km2berjumlah 997.843 (orang/km²), didapat pula informasi mengenai POI yang ada di sekitar Kelurahan Gayamsari, yaitu 63 tempat ibadah, 29 ATM dan Bank, 2 retail, dan 2 tempat pariwisata. Daerah Kelurahan Gayamsari merupakan daerah yang masuk pada tingkat kerawanan tinggi dan merupakan daerah padat pemukiman, sehingga akan banyak pemukiman yang akan terdampak banjir di Kelurahan Gayamsari. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memperbanyak dan menyediakan lahan terbuka untuk membuat lahan hijau untuk penyerapan air. Selain itu perlu tindakan pemberian edukasi ke warga sekitar terkait langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika terjadi banjir.

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN BANJIR DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Berdasarkan Gambar 13 didapatkan informasi mengenai jumlah penduduk di sekitar Stasiun Tawang dengan radius satu km2berjumlah 793.728 (orang/km²), didapat pula informasi mengenai POI yang ada di sekitar Stasiun Tawang, yaitu 47 ATM dan Bank, 15 cafe dan restoran, 7 bangunan pemerintah, dan 1 fasilitas Kesehatan. Stasiun Tawang Kota Semarang masuk dalam daerah dengan tingkat kerawanan tinggi. Stasiun Tawang merupakan salah satu fasilitas umum yang sangat vital karena berhubungan dengan transportasi dan mobilitas. Salah satu dampak banjir di Stasiun Tawang adalah kereta api yang akan melintas harus tertahan atau melintas dengan pembatasan kecepatan tertentu demi keselamatan. Akibatnya, beberapa perjalanan kereta api penumpang mengalami keterlambatan.

Penutup

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil pengolahan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengolahan tingkat kerawanan banjir di Kota Semarang dengan software ArcGIS dengan metode scoring dan pembobotan menggunakan beberapa data parameter (Tabel 3) dan dihasilkan tingkat kerawanan banjir di Kota Semarang dengan tiga kelas yaitu, tingkat kerawanana banjir tinggi, tingkat kerawanana banjir sedang, dan tingkat kerawanana banjir rendah.

2. Setelah dilakukan pengolahan dengan parameter-parameter (Tabel 3) dihasilkan bahwa Di Kota Semarang didominasi dengan kawasan yang memiliki tingkat kerawanan banjir yang tinggi, yaitu di daerah sebagian Kecamatan Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Tengah, Semarang Timur, Gayamsari, sebagian Candisari, Pedurungan, Genuk, dan Sebagian Kecamatan Mranggen.

B. Saran

Dari pengolahan yang telah dilakukan penulis, untuk meminimalkan kesalahan dapat disarankan beberapa hal di antaranya:

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data dengan resolusi yang lebih tinggi dan data yang terbaru dan mengkombinasikan dengan data primer yang diambil dari lapangan.

2. Pengolahan peta curah hujan masih dilakukan dengan rata-rata cyrah hujan satu tahun, sebaiknya dilakukan pengolahan peta curah hujan perbulan.

3. Sample validasi masih belum dihitung dengan metode statistika, sehingga perlu dilakukan perhitungan statistika agar dapat diketahui hasil akurasinya.

Daftar Pustaka

Aziza, S. N., Somantri, L., & Setiawan, I. (2021). Analisis pemetaan tingkat rawan banjir di Kecamatan Bontang Barat Kota Bontang berbasis sistem informasi geografis. Jurnal Pendidikan Geografis Undiksha, 9(2), 109–120.

Bappeda Kota Semarang. (2013). Kondisi Umum Daerah. https://bappeda.semarangkota.go.id/uploaded/publikasi/BAB_II.pdf

BNPB. (2007). PENANGGULANGAN BENCANA. https://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf

BPBD. (2014). Banjir. https://bnpb.go.id/berita/banjir

Darmawan., K., Hani’ah, & Suprayogi, A. (2017). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten Sampang Menggunakan Metode Overlay dengan Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip, 6(1), 31–40. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/15024

DPMPTSP Semarang. (2021). Project Background and Objectives. https://izin.semarangkota.go.id/kawasan

Findayani, A. (2015). Kesiap Siagaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Banjir Di Kota Semarang. Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 12(1), 102–114.

Geografi UGM. (2016). Pengenalan Manajemen Kebencanaan dan Penaksiran Bahaya serta Kerawanan. https://disaster.geo.ugm.ac.id/index.php/berita/istilah-manajemen-bencana#:~:text=Kerawanan (susceptibility) merupakan kondisi atau,kemampuan untuk untuk menanggapi dampak

Matondang, J. P., ir. Sutomo Kahar, M. S., & Bandi Sasmito, ST., M. (2013). Analisis Zonasi Daerah Rentan Banjir Dengan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi Undip, 2(2), 103–113.

Novaliadi, D., & Hadi, M. P. (2014). Pemetaan Kerawanan Banjir dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis di Sub DAS Karang Mumus Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Bumi Indonesia, 3(4).

PPID. (2023). Geografis dan Penduduk. https://kecsmgtengah.semarangkota.go.id/geografis-dan-penduduk

Ramadhan, A. G., Handayani, H. H., & Darminto, M. R. (2022). Analisis Peta Rawan Banjir Metode Pembobotan dan Peta Genangan Banjir Metode NDWI terhadap Kejadian Banjir (Studi Kasus: Kabupaten Sidoarjo). Geoid, 17(2), 232. https://doi.org/10.12962/j24423998.v17i2.8763

Rosdiana, Agus, F., & Kridalaksana, A. H. (2015).

Sholikhan, M., Prasetyo, S. Y. J., & Hartomo, K. D. (2019). Pemanfaatan WebGIS untuk Pemetaan Wilayah Rawan Longsor Kabupaten Boyolali dengan Metode Skoring dan Pembobotan. Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi, 5(1), 131–143. https://doi.org/10.28932/jutisi.v5i1.1588

Suhardiman. (2014). Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir Dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pad Sub DAS Walanae Hilir. https://docplayer.info/35213904-Suhardiman-g.html

Suwandi, L. (2018). Merencanakan dengan Suitability Modeler ArcGIS. https://medium.com/@lusisuwandi/merencanakan-dengan-suitability-modeler-arcgis-16ef625c22c

Yonathan, A. (2020). UNIKOM. https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/3887/8/UNIKOM_Yonathan Andri_BAB II.pdf

Yunita, N. W. (2017). Semarang Penyangga Utama Pertumbuhan Ekonomi Jateng. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3530708/semarang-penyangga-utama-pertumbuhan-ekonomi-jateng

Data Publications