LATAR BELAKANG
Sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru, yang mulai diterapkan bertahap sejak 2016 dan diwajibkan penuh pada 2018 sesuai Permendikbud No. 14 Tahun 2018, bertujuan untuk meningkatkan pemerataan akses pendidikan sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 44 Tahun 2019. Di Kota Bandung, peraturan zonasi PPDB menetapkan kuota minimal untuk jalur zonasi sebesar 70% untuk SD dan 50% untuk SMP, dengan pembagian zona berdasarkan jenjang dan radius domisili calon siswa ke sekolah, yaitu 1.000 meter untuk SD dan 3.000 meter untuk SMP (Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 57 Tahun 2021).
Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah zona sekolah A untuk jenjang SMP Negeri di Kota Bandung berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 57 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama meliputi 8 kecamatan, yaitu: Sumur Bandung, Bandung Wetan, Sukasari, Cibeunying Kaler, Coblong, Cibeunying Kidul, Sukajadi, dan Cidadap. Jumlah SMP yang termasuk ke dalam zonasi sekolah A terdapat 22 sekolah SMP Negeri.
Meskipun sistem zonasi ini bertujuan mendekatkan siswa dengan sekolah dan mengurangi kebutuhan transportasi bermotor, batasan radius zonasi yang berlaku tetap memungkinkan adanya calon siswa yang berdomisili di luar zona tersebut. Terdapat keterbatasan jangkauan jalan kaki atau bersepeda yang mendorong penggunaan kendaraan bermotor sebagai alternatif transportasi siswa ke sekolah. Durasi berjalan kaki yang melebihi 20 menit juga cenderung membuat orang tua memilih kendaraan bermotor (Ahern et al 2017; April, 2014; Mitra & Buliung, 2015; Mulya & Herwangi, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap kecepatan berjalan untuk siswa sekolah SD, SMP, dan SMA, kecepatan rata-rata jalan kaki untuk siswa sekolah ini adalah 1,275 m/s atau setara dengan 1,2 km jarak jalan dari masing-masing rumah siswa ke sekolahnya jika mengikuti durasi berjalan maksimal 20 menit (Ananda et al (2022) dan Sorongan et al (2014)). Jarak 1,2 km ini bukan seperti radius yang merupakan garis lurus yang ditarik dari rumah siswa menuju ke sekolahnya, melainkan merupakan jarak tempuh perjalanan atau dapat disebut juga sebagai isochrone.
Isokron (Isochrone) adalah jenis peta yang menunjukkan seberapa jauh jarak yang dapat dijangkau dari titik awal perjalanan dalam durasi tempuh tertentu (Mapid, 2022). Berdasarkan hal ini, penulis akan menganalisis keterjangkauan SMP yang ada di zonasi sekolah A dengan menggunakan analisis isochrone dengan ketentuan waktu tempuh siswa sekolah yang digunakan adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit dan membandingkannya dengan radius yang ditetapkan untuk SMP, yaitu 3 km sehingga dapat terlihat apakah radius 3 km itu dapat ditempuh dengan siswa berjalan kaki dalam rentang waktu yang disebutkan atau tidak dan dapat menjadi masukan untuk pemenuhan kebutuhan transportasi sekolah siswa SMP di Kota Bandung.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada analisis spasial dengan metode analisis isochrone dan analisis radius. Kedua analisis ini akan dilakukan menggunakan fitur GeoMapid dengan data pendukung terkait penelitian ini, yaitu SHP kecamatan terkait dan juga lokasi SMP yang termasuk dalam zonasi sekolah A berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 57 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Lokasi SMP di 8 Kecamatan Zona A
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang termasuk ke dalam zonasi sekolah A berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung adalah sebagai berikut:

Berikut adalah tampilan sebaran sekolah di masing-masing kecamatannya.

*Catatan Warna Kecamatan:
Bandung Wetan #3689c3
Cibeunying Kaler #cf0e0f
Cibeunying Kidul #6cae00
Cidadap #01bca5
Coblong #931593
Sukajadi #fd68b2
Sukasari #c86017
Sumur Bandung #2629d9
2. Analisis Isochrone dan Radius per SMP di Kecamatan Zona A
Analisis radius yang dilakukan akan menggunakan radius 3 km sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk SMPN terkait zonasi sekolah di Kota Bandung.
Analisis Isochrone yang dilakukan akan menggunakan ketentuan waktu tempuhnya adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit serta kecepatan tempuhnya adalah 1,275 m/s sebagai mana yang telah dibahas di latar belakang.
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone terhadap salah satu SMP per kecamatan sebagai sampel karena adanya keterbatasan dari penampilan peta yang dihasilkan pada GeoMapid.
Keterangan:
- R-1 menandakan itu adalah analisis radius di titik 1, yang dimana merupakan lokasi sekolah yang menjadi sampel per kecamatannya.
- Lingkaran: Radius
- Polygon (1) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 5 menit - +-300 meter
- Polygon (2) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 10 menit - +-600 meter
- Polygon (3) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 15 menit - +-900 meter
- Polygon (4) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 20 menit - +-1200 meter
Kecamatan Sukasari
Terdapat 4 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Sukasari, yaitu:
1. SMPN 29
2. SMPN 12
3. SMPN 70
4. SMPN 15
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 29 di Kecamatan Sukasari. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 29 Kota Bandung.

Kecamatan Cidadap
Terdapat 1 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cidadap, yaitu SMPN 52
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 52 di Kecamatan Cidadap. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 52 Kota Bandung.

Kecamatan Coblong
Terdapat 3 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cidadap, yaitu:
1. SMPN 19
2. SMPN 35
3. SMPN 69
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 19 di Kecamatan Coblong. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 19 Kota Bandung.

Kecamatan Sukajadi
Terdapat 3 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Sukajadi, yaitu:
1. SMPN 26
2. SMPN 64
3. SMPN 74
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 26 di Kecamatan Sukajadi. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 26 Kota Bandung.

Kecamatan Cibeunying Kaler
Terdapat 2 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cibeunying Kaler, yaitu:
1. SMPN 16
2. SMPN 63
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 16 di Kecamatan Cibeunying Kaler. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 16 Kota Bandung.

Kecamatan Bandung Wetan
Terdapat 4 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Bandung Wetan, yaitu:
1. SMPN 7
2. SMPN 14
3. SMPN 40
4. SMPN 44
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 7 di Kecamatan Bandung Wetan. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 7 Kota Bandung.

Kecamatan Cibeunying Kidul
Terdapat 3 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cibeunying Kidul, yaitu:
1. SMPN 22
2. SMPN 27
3. SMPN 61
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 22 di Kecamatan Cibeunying Kidul. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 22 Kota Bandung.

Kecamatan Sumur Bandung
Terdapat 2 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Sumur Bandung, yaitu:
1. SMPN 2
2. SMPN 5
Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 2 di Kecamatan Sumur Bandung. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 2 Kota Bandung.

KESIMPULAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari SMP yang dijadikan sampel di masing-masing kecamatan untuk analisis radius dan isochrone, seluruhnya memperlihatkan bahwa dari hasil analisis radius 3 km berdasarkan peraturan radius ini tidak bisa tercover dengan polygon isochrone yang dihasilkan dengan waktu tempuh berjalan kaki selama 5-20 menit, yang berarti menandakan bahwa siswa sekolah yang berdomisili di luar isochrone tersebut memerlukan bantuan kendaraan tidak bermotor seperti sepeda atau kendaraan bermotor seperti motor atau mobil dalam mencapai sekolahnya agar tidak menghabiskan waktu yang lama di perjalanan menuju sekolah. Berdasarkan hasil analisis ini maka diperlukannya angkutan sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan perjalanan pulang dan pergi siswa yang bersekolah di wilayah zona sekolah A, Kota Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
-
1.Ahern, S. M., Arnott, B., Chatterton, T., de Nazelle, A., Kellar, I., & McEachan, R. R. C. (2017). Understanding parents’ school travel choices: A qualitative study using the Theoretical Domains Framework. Journal of Transport and Health, 4, 278–293. https://doi.org/10.1016/j.jth.2016.11.001
-
2.Mitra, R., & Buliung, R. N. (2015). Exploring differences in school travel mode choice behaviour between children and youth. Transport Policy, 42, 4–11. https://doi.org/10.1016/j.tranpol.2015.04.005
-
3.Mulya, F. Z. T., & Herwangi, Y. (2020). Perjalanan Mandiri Siswa Smp Pascapenerapan Sistem Zonasi Penerimaan Siswa Baru Di Kota Yogyakarta. Jurnal Transportasi, 20(2), 137–150. https://doi.org/10.26593/jtrans.v20i2.4106.137-150
-
4.Ananda, N. D., Laswati, H., Rejeki, P. S., & Suyoko, A. (2022). Normal Walking Speed According to Age and Gender in Preliminary Students in Surabaya. Jurnal SPMRJ 4(1), 15-20. https://e-journal.unair.ac.id/SPMRJ
-
5.Sorongan, C. H., Rumampuk, J., & Lintong, F. (2014). Hubungan Panjang Tungkai Dengan Kecepatan Berjalan Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Manado. Jurnal eBiometrik 2(1), 1-9. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/3757