Analisis Keterjangkauan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang Termasuk pada Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

07 Mei 2025

By: Fajrin Meilani Azzahra Zain

SMP Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

LATAR BELAKANG

Sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru, yang mulai diterapkan bertahap sejak 2016 dan diwajibkan penuh pada 2018 sesuai Permendikbud No. 14 Tahun 2018, bertujuan untuk meningkatkan pemerataan akses pendidikan sebagaimana diatur dalam Permendikbud No. 44 Tahun 2019. Di Kota Bandung, peraturan zonasi PPDB menetapkan kuota minimal untuk jalur zonasi sebesar 70% untuk SD dan 50% untuk SMP, dengan pembagian zona berdasarkan jenjang dan radius domisili calon siswa ke sekolah, yaitu 1.000 meter untuk SD dan 3.000 meter untuk SMP (Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 57 Tahun 2021).

Kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah zona sekolah A untuk jenjang SMP Negeri di Kota Bandung berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 57 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama meliputi 8 kecamatan, yaitu: Sumur Bandung, Bandung Wetan, Sukasari, Cibeunying Kaler, Coblong, Cibeunying Kidul, Sukajadi, dan Cidadap. Jumlah SMP yang termasuk ke dalam zonasi sekolah A terdapat 22 sekolah SMP Negeri.

Meskipun sistem zonasi ini bertujuan mendekatkan siswa dengan sekolah dan mengurangi kebutuhan transportasi bermotor, batasan radius zonasi yang berlaku tetap memungkinkan adanya calon siswa yang berdomisili di luar zona tersebut. Terdapat keterbatasan jangkauan jalan kaki atau bersepeda yang mendorong penggunaan kendaraan bermotor sebagai alternatif transportasi siswa ke sekolah. Durasi berjalan kaki yang melebihi 20 menit juga cenderung membuat orang tua memilih kendaraan bermotor (Ahern et al 2017; April, 2014; Mitra & Buliung, 2015; Mulya & Herwangi, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap kecepatan berjalan untuk siswa sekolah SD, SMP, dan SMA, kecepatan rata-rata jalan kaki untuk siswa sekolah ini adalah 1,275 m/s atau setara dengan 1,2 km jarak jalan dari masing-masing rumah siswa ke sekolahnya jika mengikuti durasi berjalan maksimal 20 menit (Ananda et al (2022) dan Sorongan et al (2014)). Jarak 1,2 km ini bukan seperti radius yang merupakan garis lurus yang ditarik dari rumah siswa menuju ke sekolahnya, melainkan merupakan jarak tempuh perjalanan atau dapat disebut juga sebagai isochrone.

Isokron (Isochrone) adalah jenis peta yang menunjukkan seberapa jauh jarak yang dapat dijangkau dari titik awal perjalanan dalam durasi tempuh tertentu (Mapid, 2022). Berdasarkan hal ini, penulis akan menganalisis keterjangkauan SMP yang ada di zonasi sekolah A dengan menggunakan analisis isochrone dengan ketentuan waktu tempuh siswa sekolah yang digunakan adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit dan membandingkannya dengan radius yang ditetapkan untuk SMP, yaitu 3 km sehingga dapat terlihat apakah radius 3 km itu dapat ditempuh dengan siswa berjalan kaki dalam rentang waktu yang disebutkan atau tidak dan dapat menjadi masukan untuk pemenuhan kebutuhan transportasi sekolah siswa SMP di Kota Bandung.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada analisis spasial dengan metode analisis isochrone dan analisis radius. Kedua analisis ini akan dilakukan menggunakan fitur GeoMapid dengan data pendukung terkait penelitian ini, yaitu SHP kecamatan terkait dan juga lokasi SMP yang termasuk dalam zonasi sekolah A berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 57 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi Lokasi SMP di 8 Kecamatan Zona A

Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang termasuk ke dalam zonasi sekolah A berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung adalah sebagai berikut:

SMP di Zonasi Sekolah A

Berikut adalah tampilan sebaran sekolah di masing-masing kecamatannya.

Kecamatan dan SMP Zona A

*Catatan Warna Kecamatan:

Bandung Wetan #3689c3

Cibeunying Kaler #cf0e0f

Cibeunying Kidul #6cae00

Cidadap #01bca5

Coblong #931593

Sukajadi #fd68b2

Sukasari #c86017

Sumur Bandung #2629d9

2. Analisis Isochrone dan Radius per SMP di Kecamatan Zona A

Analisis radius yang dilakukan akan menggunakan radius 3 km sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk SMPN terkait zonasi sekolah di Kota Bandung.

Analisis Isochrone yang dilakukan akan menggunakan ketentuan waktu tempuhnya adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit serta kecepatan tempuhnya adalah 1,275 m/s sebagai mana yang telah dibahas di latar belakang.

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone terhadap salah satu SMP per kecamatan sebagai sampel karena adanya keterbatasan dari penampilan peta yang dihasilkan pada GeoMapid.

Keterangan:

- R-1 menandakan itu adalah analisis radius di titik 1, yang dimana merupakan lokasi sekolah yang menjadi sampel per kecamatannya.

- Lingkaran: Radius

- Polygon (1) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 5 menit - +-300 meter

- Polygon (2) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 10 menit - +-600 meter

- Polygon (3) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 15 menit - +-900 meter

- Polygon (4) dari R-1: Isochrone jalan kaki - 20 menit - +-1200 meter

Kecamatan Sukasari

Terdapat 4 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Sukasari, yaitu:

1. SMPN 29

2. SMPN 12

3. SMPN 70

4. SMPN 15

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 29 di Kecamatan Sukasari. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 29 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMPN 29 Kota Bandung

Kecamatan Cidadap

Terdapat 1 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cidadap, yaitu SMPN 52

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 52 di Kecamatan Cidadap. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 52 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMPN 52

Kecamatan Coblong

Terdapat 3 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cidadap, yaitu:

1. SMPN 19

2. SMPN 35

3. SMPN 69

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 19 di Kecamatan Coblong. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 19 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMPN 19

Kecamatan Sukajadi

Terdapat 3 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Sukajadi, yaitu:

1. SMPN 26

2. SMPN 64

3. SMPN 74

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 26 di Kecamatan Sukajadi. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 26 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMPN 26

Kecamatan Cibeunying Kaler

Terdapat 2 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cibeunying Kaler, yaitu:

1. SMPN 16

2. SMPN 63

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 16 di Kecamatan Cibeunying Kaler. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 16 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMP 16

Kecamatan Bandung Wetan

Terdapat 4 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Bandung Wetan, yaitu:

1. SMPN 7

2. SMPN 14

3. SMPN 40

4. SMPN 44

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 7 di Kecamatan Bandung Wetan. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 7 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMPN 7

Kecamatan Cibeunying Kidul

Terdapat 3 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Cibeunying Kidul, yaitu:

1. SMPN 22

2. SMPN 27

3. SMPN 61

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 22 di Kecamatan Cibeunying Kidul. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 22 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMPN 22

Kecamatan Sumur Bandung

Terdapat 2 SMPN yang merupakan bagian dari Zona A di Kecamatan Sumur Bandung, yaitu:

1. SMPN 2

2. SMPN 5

Akan dilakukan analisis radius dan isochrone SMPN 2 di Kecamatan Sumur Bandung. Berikut adalah hasil analisis Isochrone dan Radius SMPN 2 Kota Bandung.

Isochrone dan Radius SMPN 2

KESIMPULAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari SMP yang dijadikan sampel di masing-masing kecamatan untuk analisis radius dan isochrone, seluruhnya memperlihatkan bahwa dari hasil analisis radius 3 km berdasarkan peraturan radius ini tidak bisa tercover dengan polygon isochrone yang dihasilkan dengan waktu tempuh berjalan kaki selama 5-20 menit, yang berarti menandakan bahwa siswa sekolah yang berdomisili di luar isochrone tersebut memerlukan bantuan kendaraan tidak bermotor seperti sepeda atau kendaraan bermotor seperti motor atau mobil dalam mencapai sekolahnya agar tidak menghabiskan waktu yang lama di perjalanan menuju sekolah. Berdasarkan hasil analisis ini maka diperlukannya angkutan sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan perjalanan pulang dan pergi siswa yang bersekolah di wilayah zona sekolah A, Kota Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

  1. 1.
    Ahern, S. M., Arnott, B., Chatterton, T., de Nazelle, A., Kellar, I., & McEachan, R. R. C. (2017). Understanding parents’ school travel choices: A qualitative study using the Theoretical Domains Framework. Journal of Transport and Health, 4, 278–293. https://doi.org/10.1016/j.jth.2016.11.001
  1. 2.
    Mitra, R., & Buliung, R. N. (2015). Exploring differences in school travel mode choice behaviour between children and youth. Transport Policy, 42, 4–11. https://doi.org/10.1016/j.tranpol.2015.04.005
  1. 3.
    Mulya, F. Z. T., & Herwangi, Y. (2020). Perjalanan Mandiri Siswa Smp Pascapenerapan Sistem Zonasi Penerimaan Siswa Baru Di Kota Yogyakarta. Jurnal Transportasi, 20(2), 137–150. https://doi.org/10.26593/jtrans.v20i2.4106.137-150
  1. 4.
    Ananda, N. D., Laswati, H., Rejeki, P. S., & Suyoko, A. (2022). Normal Walking Speed According to Age and Gender in Preliminary Students in Surabaya. Jurnal SPMRJ 4(1), 15-20. https://e-journal.unair.ac.id/SPMRJ
  1. 5.
    Sorongan, C. H., Rumampuk, J., & Lintong, F. (2014). Hubungan Panjang Tungkai Dengan Kecepatan Berjalan Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Manado. Jurnal eBiometrik 2(1), 1-9. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/3757

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

84 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

279 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

160 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

97 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot