ANALISIS KESESUAIN LAHAN DALAM PEMERATAAN FASILITAS SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE OVERLAY STUDI KASUS KEBUPATEN CIANJUR

15 Agustus 2025

By: Melati Utami

Open Project

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis Kesesuaian Lahan Dalam Pemerataan Fasilitas Sekolah Dasar

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Pendidikan menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan, dan akses terhadap fasilitas pendidikan yang merata menjadi kunci dalam mewujudkan hal tersebut. Sekolah Dasar (SD) sebagai jenjang pendidikan dasar memegang peranan penting dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Ghany, 2018). Di Kabupaten Cianjur, pertumbuhan penduduk anak usia SD terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Darmawan, 2024) "Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase anak usia sekolah dasar mengalami peningkatan sebesar 19,03% dalam kurun waktu lima tahun terakhir." (BPS Kabupaten Cianjur, 2025). Namun, di Kabupaten Cianjur, pemerataan fasilitas pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan, seperti ketimpangan distribusi sekolah, keterbatasan lahan, dan pertumbuhan penduduk yang dinamis. Hal ini menyebabkan beberapa wilayah memiliki akses pendidikan yang lebih baik, sementara daerah lain masih tertinggal.

Pemerataan fasilitas pendidikan, khususnya sekolah dasar salah satu faktor kunci dalam meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pendidikan di Indonesia. Di tingkat daerah, Cianjur merupakan kabupaten dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang besar di Provinsi Jawa Barat, menghadapi tantangan nyata dalam penyediaan fasilitas pendidikan dasar yang merata.

Ketimpangan distribusi sekolah dasar masih terjadi, terutama antara desa dengan kecamatan, dan daerah dengan kondisi geografis yang sulit dijangkau, seperti keterbatasan lahan yang tersedia untuk pembangunan sekolah juga menjadi hambatan tersendiri, terutama di daerah padat penduduk atau wilayah dengan penggunaan lahan yang sudah padat oleh fungsi lain (Azkiyah et al., 2025).

Salah satu faktor krusial dalam perencanaan fasilitas pendidikan adalah ketersediaan lahan yang memadai. Lahan yang sesuai tidak hanya harus mempertimbangkan aspek teknis, seperti lokasi strategis dan kemudahan akses, tetapi juga aspek sosial dan lingkungan. Dalam konteks perencanaan berbasis data, Sistem Informasi Geospasial (SIG) menjadi alat yang sangat efektif untuk menganalisis kesesuaian dan ketersediaan lahan secara spasial. Dengan memanfaatkan metode Overlay, faktor-faktor seperti jarak dari permukiman, kepadatan penduduk, topografi, dan infrastruktur dapat dinilai secara terukur untuk menentukan lokasi optimal pembangunan sekolah baru atau perluasan fasilitas pendidikan yang ada.

Selain itu, dalam melakukan analisis ketersediaan lahan, perlu pula disesuaikan dengan aturan Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait kebutuhan minimum lahan dan ruang per siswa, serta mempertimbangkan jumlah murid di setiap sekolah dasar untuk memastikan bahwa pembangunan yang direncanakan sesuai dengan standar dan kebutuhan nyata di lapangan. Dengan dilakukannya analisis kesesuaian lahan diharapkan dapat membantu mengalokasikan desa yang cocok untuk pembangunan sekolah dasar baru.

Metode Penelitian

2.1 Lokasi Penelitian

Studi kasus dalam analisis kesesuaian lahan untuk pemerataan sekolah dasar dilakukan di Kabupaten Cianjur. Analisis ini menggunakan unit wilayah administrasi tingkat desa, dengan cakupan sebanyak 354 desa dan 6 kelurahan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten besar di Jawa Barat tetapi pemerataan sekolah dasarnya masih belum merata, sehingga perlu dilakukan analisis ulang dalam melakukan pemerataan sekolah dasar baru.

Peta administrasi

2.2 Variable Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variable terikat, dimana variabel bebas yang digunakan adalah data kepadatan penduduk, data persebaran SD eksisting, data kepadatan permukiman, data kemiringan lereng, dan peta administrasi. Sedangkan variabel terikat yang digunakan Adalah analisis kesesuaian lahan sebagai pemerataan sekolah dasar.

Tabel 1. Variabel Bebas Penelitian

Variabel bebas

Selain variabel bebas dan variabel terikat, diperlukan variabel tambahan sebagai penguat hasil untuk memudahkan analisis. Variabel tambahan yang digunakan adalah data jumlah SD di Kabupaten Cianjur.

Tabel 2. Variabel Pendukung Penelitian

variabel pendukung

2.3 Metode Penelitian

diagram alir

Sebelum memulai analisis diperlukan studi literatur terlebih dahulu untuk melihat penelitian terdahulu dengan tema yang serupa sebagai bahan acuan dan pembanding untuk dilakukan analisis. Identifikasi masalah merupakan tahapan untuk menentukan tujuan dari dilakukannya analisis ini, sehingga dapat diketahui data apa yang dibutuhkan dalam melakukan analisis kesesuain lahan. Pengumpulan data merupakan tahapan mengumpulkan data yang akan dibobotkan untuk scoring. Penentuan bobot menggunakan metode ROC (Rank Order Centeroid).

Metode ROC menentukan bobot dengan memberikan nilai berdasarkan titik tengah dari setiap peringkat yang telah diurutkan. Dengan pendekatan ini, kriteria yang memiliki prioritas lebih tinggi akan memperoleh bobot yang sebanding dengan urutannya. Metode ini banyak digunakan karena sifatnya yang sederhana dan kemampuannya memberikan bobot secara cukup objektif tanpa membutuhkan penilaian subjektif yang rumit (Citra & Sriyasa, 2024). Berikut merupakan rumus menggunakan metode ROC:

rumus roc

Tiap data memiliki bobot parameter yang berbeda sesuai dengan prioritas dalam melakukan analisis kesesuaian lahan dalam pemerataan fasilitas sekolah dasar di Kabupaten Cianjur. Prioritas yang paling tinggi yaitu data kepadatan penduduk, di mana jika suatu desa dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi berarti jumlah anak usia sekolah per satuan luas juga tinggi sehingga diperlukan alokasi lahan yang strategis agar tidak terjadi overcrowding.

Prioritas kedua adalah data jaringan jalan dimana jaringan jalan yang digunakan merupakan jalan kolektor, karena jalan kolektor berfungsi sebagai distribusi arus lalu lintas dari jalan lokal menuju jalan arteri (Djuraini et al., 2022).

Prioritas ketiga yaitu data sebaran SD eksisting. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007, jarak ideall untuk membuat SD baru dengan SD eksisting adalah 3 km (Kementerian Pendidikan Nasional, 2023).

Prioritas keempat ada kepadatan permukiman. Kepadatan permukiman menjadi faktor dalam penentuan persebaran sekolah dasar melihat dari kepadatan permukiman, dimana semakin padat suatu penduduk maka kepadatan permukiman akan semakin padat pula.

Lalu prioritas terakhir yaitu kemiringan lereng. Data kemiringan lereng digunakan untuk menentukan daerah prioritas untuk pembangunan SD baru, dimana pada daerah yang curam kurang cocok sehingga perlu daerah yang landai, pada kemiringan lereng

Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil dan Pembahasan Peta Kepadatan Penduduk

Dalam membuat peta kepadatan penduduk digunakan parameter bobot dengan prioritas utama yaitu sebagai berikut:

Tabel 3. Parameter Bobot Peta Kepadatan Penduduk

Kepadatan Penduduk

Berdasarkan parameter bobot yang ada di dapatkan hasil peta kepadatan penduduk sebagai berikut:

Kepadatan Penduduk

Berdasarkan hasil pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa semakin pekat warna pada simbol kepadatan penduduk semakin padat atau tinggi, begitupun sebaliknya semakin terang warna dari simbol melambangkan kepadatan penduduk semakin rendah. Pada legenda di Gambar 3. warna merah tua menunjukkan bahwa desa tersebut memiliki kepadatan sangat padat, sebaliknya pada simbol warna putih menunjukkan bahwa desa tersebut memiliki kepadatan penduduk yang sangat rendah.

Desa dengan kepadatan penduduk sangat padat yaitu Desa Bojongherang, Desa Sayang, Desa Muka dan Desa Sawahgede, Desa Pamokyanan, Desa Solokpandan, dan Desa Cipanas. Sedangngkan sebagian besar desa di kabupaten Cianjur memiliki kepadatan penduduk yang rendah hingga sangat rendah. Dimana pada desa dengan kepadatan penduduk sangat padat merupakan pusat Kabupaten Cianjur.

3.2 Peta Jaringan Jalan

Parameter dalam membuat peta jaringan jalan dibagi menjadi 3 kelas, yaitu jalan dengan jarak 800 m, jalan dengan jarak 650 m, dan jalan dengan jarak 500 m, dengan bobot yaitu 0,157. Berikut merupakan tabel parameter bobot untuk peta jaringan jalan.

Tabel 4. Parameter Peta Jaringan Jalan

jaringan jalan

Dari pembobotan diatas didapatkan peta jaringan jalan sebagai berikut.

peta jaringan jalan

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat diatas bahwa semakin gelap warna memiliki jarak yang semakin dekat, begitupun sebaliknya. Peta jaringan jalan yang terbuat menunjukkan bahwa buffer jalan kolektor berada pada pusat kabupaten.

3.3 Peta Sebaran SD

Bobot yang digunakan untuk membuat peta sebaran sekolah dasar adalah 0.257 dengan skor yang digunakan adalah 5 yang mengartikan bahwa sangat direkomendasikan.

Tabel 5. Parameter Bobot Sebaran Sekolah Dasar (Kementerian Pendidikan Nasional, 2023)

SD

Berdasarkan parameter pada Tabel 5. didapatkan peta sebaran SD baru sebagai berikut.

peta sebaran sd

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat 1054 SD dengan jarak 3 km dari SD existing. Dimana simbol lingkaran besar menunjukkan bahwa SD baru hasil buffer dan lingkaran kecil menunjukkan bahwa SD existing.

3.4 Peta Kepadatan Permukiman

Pada pembuatan peta kepadatan permukiman bobot yang digunakan adalah 0,09 dengan pembagian kelasnya sebagai berikut:

Tabel 6. Parameter Kepadatan Permukiman

Tabel Kepadatan Permukiman

Berdasarkan pembobotan yang sudah dibuat didapatkan hasil sebagai berikut.

Peta Kepadatan Permukiman

Berdasarkan hasil analisis kepadatan permukiman, Kabupaten Cianjur terbagi menjadi lima kelas kepadatan. Warna hijau tua merepresentasikan daerah dengan kepadatan permukiman sangat rendah, hijau muda menunjukkan kepadatan rendah, kuning menandakan kepadatan sedang, jingga menggambarkan kepadatan tinggi, dan merah menunjukkan kepadatan sangat tinggi. Berdasarkan Gambar 6. sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur memiliki kepadatan permukiman yang relatif rendah hingga sangat rendah, terutama di bagian selatan dan tengah yang didominasi warna hijau tua dan hijau muda. Sebaliknya, kepadatan permukiman tinggi hingga sangat tinggi (jingga dan merah) terkonsentrasi di wilayah utara, khususnya di sekitar pusat-pusat aktivitas perkotaan dan jalur transportasi utama.

3.5 Peta Kemiringan Lereng

Pada pembuatan peta kemiringan menggunakan 5 kelas dengan bobot 0.04, dengan skor sebagai berikut.

Tabel 7. Parameter Bobot Kemiringan Lereng (Djuraini et al,. 2022)

Tabel Kemiringan Lereng

Berdasarkan pembobotan yang sudah dilakukan didapatkan hasil peta kemiringan lereng sebagai berikut.

Peta kemiringan Lereng

Berdasarkan Gambar.7 dapat dilihat bahwa warna hijau muda melambangkan bawa daerah tersebut datar dan warna hijau tua menyimbolkan landai, warna kuning menyimbolkan daerah dengan dataran sedang, warna jingga menyimbolkan curam dan warna merah tua melambangkan sangat curam.

Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa wilayah di bagian tenggara memiliki kemiringan lereng yang landai. Secara umum, Kabupaten Cianjur didominasi oleh area datar hingga landai, sehingga wilayah ini sangat potensial untuk pemerataan pembangunan sekolah dasar.

3.5 Peta Hasil Overlay

Peta analisis kesesuaian lahan didapatkan berdasarkan parameter bobot yang sudah ditentukan menggunakan metode ROC dimana skala prioritas yang utama yaitu peta kepadatan penduduk, lanjut dengan peta jaringan jalan kolektor, peta sebaran sd eksisting, peta kepadatan permukiman dan peta kemiringan lereng. Berikut merupakan peta kemiringan lereng yang dihasilkan.

hasil overlay

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa simbol berwarna merah menandakan bahwa desa tersebut memiliki lahan yang tidak cocok untuk dijadikan sekolah dasar baru, sedangkan untuk yang warna hijau menandakan bahwa desa tersebut cocok untuk sekolah dasar baru.

Berdasarkan tabel skala prioritas, seluruh parameter dianalisis melalui proses overlay untuk menghasilkan peta kesesuaian lahan dalam pemerataan pembangunan sekolah dasar baru. Hasil dari overlay tersebut menunjukkan bahwa terdapat 65 desa yang memiliki lahan sesuai dengan standar luas yang ditetapkan dalam SNI-03-1733-2004, sehingga layak untuk pembangunan sekolah dasar baru. Dari 65 desa yang cocok untuk pembangunan sekolah dasar baru sebagian besar tersebar di pusat kota pada bagian utara Kabupaten Cianjur, dimana pada bagian utara Kabupaten Cianjur dipenuhi oleh kepadatan penduduk yang tinggi, serta kepadatan permukiman yang tinggi, selain itu pada bagian utara juga tersebarnya jalan kolektor sehingga nilai bobot terbesar pada bagian utara Kabupaten Cianjur. Berikut merupakan persentase distribusi desa yang cocok untuk pemerataan sekolah dasar baru berdasarkan hasil pada Gambar 8.

distribusi cocok dan tidak

Dari hasil analisis menunjukkan 18% desa di Kabupaten Cianjur cocok untuk dilakukan pemerataan sekolah dasar baru. Setelah diperoleh desa-desa yang dinilai sesuai untuk pembangunan sekolah dasar baru berdasarkan analisis kesesuaian lahan, perlu dilakukan analisis lanjutan mengacu pada ketentuan SNI-03-1733-2004. Analisis ini mempertimbangkan luas lahan dalam satuan meter persegi dan jumlah peserta didik per sekolah. Dalam SNI-03-1733-2004 dijelaskan pembagian tiga tipe sekolah dasar, yaitu: Tipe A (tipe terbesar) dengan 12 rombongan belajar dan kapasitas 480 siswa membutuhkan lahan minimal 3.000 m² Tipe B (tipe sedang) dengan 9 rombongan belajar dan kapasitas 360 siswa memerlukan lahan 2.000 m² serta Tipe C (tipe terkecil) dengan 6 rombongan belajar dan kapasitas 240 siswa dengan luas lahan minimum 1.000 m². Berdasarkan hasil analisis sesuai dengan peraturan SNI-03-1733-2004 hasil persentase sebagai berikut.

anaslisis sni

Pada Gambar 10. menyajikan hasil analisis yang sesuai dengan ketentuan SNI-03-1733-2004, di mana tercatat 11 desa memiliki SD Tiipe A, 15 desa memiliki SD Tipe B, 20 desa memiliki SD Tipe C, dan 19 desa memerlukan pembangunan SD baru. Berdasarkan hasil analisis terdapat 19 desa yang masih kekurangan SD dikarenakan jumlah anak usia SD yang ada pada desa tersebut melebihi kapasitas sesuai dengan peraturan SNI-03-1733-2004. Desa-desa ini memerlukan rencana pembangunan SD baru karena tidak termasuk ke dalam klasifikasi Tipe A, Tipe B, maupun Tipe C. Salah satu dari 19 desa yang perlu pembangunan SD baru adalah Desa Sayang dimana jumlah SD yang ada di desa tersebut hanya 6 SD dengan jumlah anak usia SD dalam desa tersebut sebanyak 3912 siswa sehingga perlu pemerataan SD baru dengan minimal 3 SD sehingga dapat memenuhi salah satu dari Tipe SD berdasarkan peraturan SNI-03-1733-2004.

Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan menggunakan metode ROC dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Cianjur terdapat 65 desa dengan lahan yang cocok untuk pembuatan sekolah dasar baru dengan kemiringan lereng yang landai serta dekat dengan jalan kolektor sehingga memudahkan akses bagi para siswa serta guru, selain itu desa yang cocok untuk pembangunan sekolah dasar baru memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dengan kepadatan permukiman yang sedang hingga padat sehingga layak untuk pembuatan sekolah dasar baru. Menindaklanjuti ketidakseimbangan pemerataan sekolah dasar baru berdasarkan SNI-03-1733-2004 terdapat 19 desa yang masih kekurangan sekolah dasar sehingga perlu dilakukan pembangunan sekolah dasar baru untuk pemerataan sekolah dasar di Kabupaten Cianjur. Selain itu, di Kabupaten Cianjur terdapat 31% Desa dengan Tipe C, 23% desa dengan Tipe B, dan 17% desa dengan Tipe A.

4.2 Saran

Dalam analisis kesesuaian lahan ini parameter untuk pemerataan sekolah dasar masih kurang sempurna dimana penentuan bobot berdasarkan tingkat prioritas yang bersifat subjektif pada penulis sehingga diperlukan pemilihan parameter dan bobot dengan tepat sehingga hasil yang diperoleh akurat dan relevan. Selain itu, perlu dilakukan tinjauan ulang terhadap klasifikasi tipe SD yang ada di Kabupaten Cianjur untuk memastikan kesesuaiannya dengan pembagian kategori yang telah ditetapkan.

Daftar Pustaka

Azkiyah, S. R., Aryola, G., & Lukitoaji, B. D. (2025). Isu Kesenjangan Pendidikan di Daerah Terpencil: Solusi untuk Mewujudkan Pendidikan yang Merata. EDUCREATIVA : Jurnal Seputar Isu dan Inovasi Pendidikan.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. (2025, 02 28). kabupaten Cianjur dalam Angka 2025. Retrieved from badan Pusat Statistik: https://cianjurkab.bps.go.id/id/publication/2025/02/28/0c62bda73668d6177358ab29/kabupaten-cianjur-dalam-angka-2025.html

Citra, P., & Sriyasa, I. W. (2024). Analisis Pemilihan Pemasok bahan Baku Menggunakan Metode Rank Order Centeroid dan SMART. Journal of Artificial Intelligence and Technology Information (JAITI).

Darmawan, A. D. (2024, November 9). Data 2024: Jumlah Penduduk Kabupaten Cianjur 2,58 Juta Jiwa. Retrieved from Databoks: https://databoks.katadata.co.id/demografi/statistik/2d18065740051ae/data-2024-jumlah-penduduk-kabupaten-cianjur-2-58-juta-jiwa

Djuraini, F., Hendra, H., & Eraku, S. (2022). Analisis Kesesuaian Lokasi Sarana Pendidikan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus : Sekolah Menengah Atas Se-Kota Gorontalo) . Geosfera: Jurnal Penelitian Geografi (GeoJPG).

Geospasial, B. I. (2023). Ina-Geoportal. Retrieved from Badan Informasi Geospatial: https://tanahair.indonesia.go.id/portal-web

Ghany, H. H. (2018). PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI SEKOLAH DASAR. Jurnal Madaniyah.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2023). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2023 TENTANG STANDAR SARANA DAN PRASARANA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, JENJANG PENDIDIKAN DASAR, DAN JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH. Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Data Publikasi

Analisis Efisiensi Rute Trans Metro Bandung (TMB)

Transportasi

15 Agt 2025

Merryndriani Gabrielia Mour Suardy

Analisis Efisiensi Rute Trans Metro Bandung (TMB)

Bandung kini menyandang predikat kota termacet ke-12 di dunia menurut TomTom Traffic Index (2024). Sejak 2009, Trans Metro Bandung hadir sebagai harapan baru untuk mengurangi kendaraan pribadi dan menghidupkan kembali kepercayaan masyarakat pada transportasi umum. Namun, kenyataannya jumlah penumpang terus menurun, sementara jumlah kendaraan hampir menyamai jumlah penduduk. Publikasi ini mengupas seberapa efisien TMB beroperasi di tiap koridor dan apa yang membuat sebagian wilayah masih tertinggal dalam akses layanan.

19 menit baca

8 dilihat

1 Proyek

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Sosial

15 Agt 2025

Nuryabilla Utami

Analisis Spasial Untuk Pemetaan Wilayah Potensial Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Kecamatan Di Kota Tasikmalaya Tahun 2024

Pada era digitalisasi, Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi alat penting untuk menganalisis potensi penyerapan tenaga kerja.. Tingkat partisipasi angkatan kerja mencapai 68,92%, namun terdapat 2.619 pencari kerja dan hanya 1.067 yang terserap, menunjukkan adanya mismatch kualifikasi dan ketimpangan distribusi kerja. Analisis spasial ini memetakan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, aksesibilitas, lokasi industri, dan tingkat pendidikan untuk mendukung perencanaan wilayah, pengembangan kawasan industri/UMKM, serta kebijakan peningkatan kesempatan kerja di Kota Tasikmalaya.

27 menit baca

9 dilihat

1 Proyek

Analisis Lokasi Potensial Pengembangan Usaha Mie Ayam di Kota Yogyakarta

Makanan dan Minuman

31 Jul 2025

Muhammad Dwi Arfian

Analisis Lokasi Potensial Pengembangan Usaha Mie Ayam di Kota Yogyakarta

Eksplorasi persebaran titik eksisting tempat makan mie ayam dan melihat potensi peluang baru di tengah-tengah persaingan. Artikel ini menyajikan gambaran dan penjelasan singkat terkait bagaimana persebaran dan kepadatan titik eksisting tempat makan mie ayam di Kota Yogyakarta. Selain itu, juga melihat potensi peluang lokasi baru untuk pengembangan usaha mie ayam. Fitur INSIGHT dari GEO MAPID digunakan dalam proses analisis dalam artikel ini.

11 menit baca

195 dilihat

Evaluasi Spasial Pangkalan Gas LPG 3 kg: Analisis Ketersediaan, Jangkauan, dan Potensi Pengembangan di Kecamatan Minggir, Sleman

Rantai Pasokan

30 Jul 2025

Fabiola Larasati

Evaluasi Spasial Pangkalan Gas LPG 3 kg: Analisis Ketersediaan, Jangkauan, dan Potensi Pengembangan di Kecamatan Minggir, Sleman

Penelitian ini mengevaluasi jaringan pangkalan LPG 3 kg di Kecamatan Minggir, wilayah dengan jumlah pangkalan paling sedikit di Kabupaten Sleman. Melalui analisis spasial, dihitung rasio ketersediaan pangkalan per penduduk dan dipetakan jangkauan pelayanan efektifnya. Hasilnya mengidentifikasi "area kosong" (blank spot) yang belum terlayani sehingga dapat menjadi panduan strategis untuk pengembangan pangkalan baru demi distribusi energi yang lebih merata.

25 menit baca

265 dilihat

9 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot