Aksesibilitas Wilayah Pelayanan Puskesmas di Kabupaten Pacitan Berdasarkan Kepadatan Penduduk.

20 Februari 2025

By: Wilda Fathoni

Open Project

fasilitas kesehatan pacitan

Peta kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pacitan

Pendahuluan

Masyarakat merupakan subjek sekaligus objek dalam pembangunan, oleh sebab itu masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan. Sehingga diperlukan sumber daya manusia yang bermutu untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Indikator kualitas masyarakat dapat dilihat dari beberapa aspek, salah satu aspek terpenting yang menjadi indikator mutu masyarakat yaitu mutu di bidang kesehatan.

Mengingat Puskesmas berperan dalam meningkatkan mutu masyarakat di bidang kesehatan, maka kemudahan untuk menjangkau lokasi Puskesmas merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Prabawati (2005:3) yang menyatakan bahwa Puskesmas yang memadai tidak hanya memperhatikan jumlah atau kapasitas pelayanannya tetapi juga meperhatikan tingkat aksesibilitasnya. Tingkat aksesibilitas tersebut tentunya mempengaruhi minat masyarakat untuk mengunjungi Puskesmas.

Setiap kota selalu berupaya melakukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya, dengan tujuan untuk memberi pelayanan secara lebih merata dan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilakukan peningkatan, pemerataan, dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas. Namun demikian, upaya tersebut belum sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima. Bahkan pelayanan fasilitas kesehatan yang diberikan tidak dapat dirasakan oleh beberapa golongan masyarakat. Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, tentunya Puskesmas harus memiliki mutu pelayanan yang baik, terutama kemudahan untuk dijangkau dari aspek lokasinya. Selain itu sering pula dijumpai Puskesmas yang seharusnya mampu memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat justru tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dikarenakan wilayah pelayanannya yang terlalu luas.

Penyediaan fasilitas kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, dan menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan fasilitas layanan kesehatan dan fasilitas layanan umum yang layak bagi setiap warga negara. Salah satu tanggung jawab seluruh jajaran kesehatan adalah menjamin tersediannya pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat luas. Namun pada kenyataannya tetap saja banyak masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan.Ketidakterjangkauan umumnya terjadi karena jauhnya jarak tempuh dan terlampau besarnya jumlah masyarakat yang menjadi tanggung jawab sebuah Puskesmas.

Melalui penjabaran di atas, dapat diartikan bahwa lokasi Puskesmas harus memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi. Wilayah pelayanan Puskesmas akan sangat dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitasnya. Lokasi Puskesmas yang mudah untuk dijangkau dari segi transportasi, tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengunjunginya. Hal ini mengakibatkan wilayah pelayanan Puskesmas melebihi wilayah kerja yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat.

Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kondisi geografisnya didominasi oleh pegunungan kapur yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul. Sisi utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo, barat dengan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah), timur dengan Kabupaten Trenggalek, dan wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di Selatan. Wilayah pesisir ini memiliki potensi wisata bahari yang menarik, seperti pantai-pantai yang indah dan gua-gua karst yang menakjubkan. Kondisi geografis Pacitan yang unik ini memberikan karakteristik tersendiri bagi wilayah tersebut. Selain memiliki potensi wisata alam yang besar, Pacitan juga memiliki tantangan tersendiri dalam pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas, terutama di daerah-daerah pegunungan yang terpencil.

Beberapa daerah di Pacitan memiliki aksesibilitas yang terbatas, terutama untuk mencapai fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Meskipun demikian, pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan aksesibilitas puskesmas dengan membangun jalan dan jembatan, serta menyediakan transportasi yang memadai.

Metode Penelitian

Penelitian "Aksesibilitas Wilayah Pelayanan Puskesmas di kabupaten Pacitan" memiliki tahapan penelitian sebagai berikut :

  1. 1.
    Studi Pustaka
  1. 2.
    Pengumpulan Data
  1. 3.
    Pengolahan Data
  1. 4.
    Hasil dan Analisis Data
  1. 5.
    Kesimpulan dan Saran

Langkah pertama yaitu Studi Pustaka. Studi Pustaka yang digunakan merupakan kumpulan fakta dan data berupa teori atau kajian sebagai acuan atau landasan penelitian ini dari penelitian terdahulu dan peraturan pemerintah sesuai dengan yang tercantum pada daftar pustaka. Data yang dikumpulkan dan akan digunakan merupakan data yang bisa diakses pada menu import data di geomapid. Data yang digunakan adalah Demografi Kabupaten Pacitan untuk mengetahui persebaran penduduk dan batas administrasinya, serta data Puskesmas di Kabupaten Pacitan untuk mengetahui persebaran puskesmas yang akan dianalisis. Hasil dan Analisis merujuk pada metode penelitian yang digunakan yaitu metode buffering dan POI. Metode Buffering digunakan untuk menganalisis luas daerah atau area keterjangkauan tertentu dari suatu titik dengan masyarakat. Pembuatan buffering menggunakan tools pada geomapid dengan pilihan radius. Radius yang digunakan untuk analisis keterjangkauan puskesmas adalah 3.000 meter atau 3km. Pembuatan Insight menggunakan tools geomapid dengan overlay data kepadatan penduduk dan data lokasi puskesmas untuk menentukan aksesibilitas.

Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan metode analisis yang dilakukan, dihasilkan data sebagai berikut. Kabupaten Pacitan memiliki dua belas kecamatan yaitu : Donorojo, Punung, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Nawangan, Bandar, Tegalombo, Tulakan, Ngadirojo dan Sudimoro. Berikut Peta Persebaran Puskesmas di Kecamatan pada kabupaten Pacitan.

peta persebaran puskesmas di kabupaten pacitan

Terdapat total 61 Puskesmas di Kabupaten Pacitan yang didapatkan dari import data di fitur geomapid, dari peta tersebut tergambar bahwa lokasi persebaran puskesmas tidak merata berdasarkan luasan yang dimiliki oleh tiap kecamatan di Kabupaten Pacitan.

Pada seluruh titik persebaran puskesmas yaitu 61 titik tersebut,lalu overlay dengan peta kepadatan penduduk pada seluruh desa di Kabupaten pacitan telah dianalisis dengan metode buffering untuk mengetahui cakupan jangkauan berdasarkan radius yang diujikan. Radius yang diujikan adalah 3 km, dengan radius 3 km seluruh wilayah Kabupaten belum seluruhnya terjangkau. wilayah yang memiliki kepadatan tertinggi yang mayoritas berada di wilayah datar memiliki aksesbilitas dan jangkaun terhadap di sekitarnya. kepadatan penduduk dapat dipengaruhi oleh penggunaan lahan, aksesibilitas dan variasi mata pencaharian masyarakat.

peta buffer dan kepadatan penduduk pacitan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah menganalisis hasil dari pengolahan data ketersebaran dan keterjangkauan Puskesmas di Kabupaten Pacitan dengan metode buffering menggunakan tools radius di geomapid dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut.

  1. 1.
    Puskesmas di Kabupaten Pacitan tersebar di 12 kecamatan. Jumlah total Puskesmas yang tersebar adalah 61 Puskesmas. Sebaran lokasi puskesmas di beberapa wilayah memiliki jarak yang relatif, mayoritas berada di pusat ibukota kecamatan atau pemerintahan.
  1. 2.
    Keterjangkauan Puskesmas di Kota Madiun diukur dengan radius menggunakan metode buffering pada tools di geomapid. Radius yang digunakan adalah 3 km. Pada radius 3 km terdapat wilayah atau area yang tidak terjangkau oleh ring buffer, saat dianalisis menggunakan basemap citra satelit dapat diketahui area yang tidak terjangkau tersebut adalah area penggunaan lahan lain yang tidak terdapat permukiman penduduk di wilayah tersebut.

Saran

Dari penelitian ini telah dilakukan pengolahan data, analisis dan kesimpulan, peneliti menambahkan saran untuk mendukung keberlanjutan penelitian selanjutnya agar dapat menjadi salah satu referensi kebijakan pemerintah sebagai berikut.

  1. 1.
    Penelitian dapat dilakukan dengan banyak sampel isochrone, sampel yang dimaksud adalah menggunakan fitur isochrone tools di geomapid dengan moda kendaraan lainnya seperti mobil, bersepeda, dan berjalan. Selain itu dapat menggunakan parameter jarak atau waktu yang dapat diatur sesuai kebutuhan analisis penelitian selanjutnya.
  1. 2.
    Peneliti mencari studi kasus yang dekat dengan masyarakat sekarang agar lebih relevan.

Data Publikasi

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

86 dilihat

2 Data

1 Proyek

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Pariwisata

20 Mei 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Pengembangan Wisata di Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Studi Kasus: Gunung Batur)

Kawasan Gunung Batur, Bali, memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata berbasis ekologi dan edukasi global. Namun, kawasan tersebut tentunya tak lepas dari status rawan bencana letusan gunung berapi akibat status aktif dari Gunung Batur. Oleh karena itu, kajian ini akan menyoroti pengembangan pariwisata kawasan rawan bencana Gunung Batur, Bali dari perspektif perencanaan wilayah.

14 menit baca

326 dilihat

1 Proyek

Analisis Kemampuan Lahan Wilayah Perencanaan (WP) Ulu Belu - Kab. Tanggamus - Prov. Lampung

Lingkungan

27 Mei 2025

Weka

Analisis Kemampuan Lahan Wilayah Perencanaan (WP) Ulu Belu - Kab. Tanggamus - Prov. Lampung

Analisis Kemampuan Lahan berdasarkan Permen PU No. 20/Prt/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

31 menit baca

186 dilihat

2 Data

1 Proyek

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Pariwisata

09 Mei 2025

MAPID

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Artikel ini mengkaji infrastruktur pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa menggunakan pendekatan GIS untuk menganalisis kepadatan, keterjangkauan, serta kesenjangan infrastruktur berdasarkan konsep 4A (Attraction, Amenity, Accessibility, Ancillary). Melalui metode spasial seperti KDE dan network analysis, serta analisis SWOT, kajian ini memberikan rekomendasi strategis bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan di kedua wilayah kepulauan tersebut.

25 menit baca

519 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot