Analisis Jangkauan Transportasi di Sekitar Destinasi Wisata Kota Bogor dengan Pendekatan Isochrone Zona 500m, 1000m, dan 2000m

17 Juli 2025

By: Nadiyah hasnah

Open Project

Analisis Jangkauan Transportasi di Sekitar Destinasi Wisata Kota Bogor dengan Pendekatan Isochrone Zona 500m, 1000m, dan 2000m

Seberapa Mudah Destinasi Wisata Bogor Dijangkau

Latar Belakang

Aksesibilitas merupakan faktor kunci dalam pengembangan destinasi wisata yang berkelanjutan. Sebuah destinasi wisata yang menarik tidak hanya ditentukan oleh daya tariknya tetapi juga oleh kemudahan dan kenyamanan wisatawan dalam mengaksesnya. Kota Bogor, sebagai salah satu kota wisata unggulan di Indonesia, memiliki berbagai destinasi menarik yang perlu didukung dengan infrastruktur transportasi yang memadai agar dapat memberikan pengalaman wisata yang optimal.

Sebagai kota yang berdekatan dengan Jakarta dan menjadi tujuan wisata utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, Bogor memiliki tantangan dalam pengelolaan aksesibilitas wisata. Kepadatan lalu lintas, keterbatasan fasilitas transportasi umum, serta tata kota yang berkembang pesat menjadi faktor yang perlu diperhitungkan dalam merancang sistem transportasi yang mendukung sektor pariwisata. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang lebih mendalam untuk memahami seberapa baik keterjangkauan destinasi wisata di Kota Bogor terhadap sistem transportasi yang ada.

Salah satu cara untuk menilai aksesibilitas suatu destinasi adalah dengan menganalisis jangkauan transportasi dalam radius tertentu menggunakan pendekatan isochrone. Isochrone adalah metode pemetaan yang menggambarkan seberapa jauh seseorang dapat mencapai suatu lokasi dalam rentang waktu atau jarak tertentu dengan moda transportasi tertentu. Dalam konteks ini, analisis isochrone digunakan untuk menentukan sejauh mana wisatawan dapat berjalan kaki dari titik transportasi umum, seperti halte bus, menuju destinasi wisata di Kota Bogor.

Dengan mempertimbangkan berbagai tingkat mobilitas wisatawan, proyek ini akan menganalisis keterjangkauan destinasi wisata di Kota Bogor terhadap berbagai sarana transportasi umum dan aksesibilitasnya berdasarkan tiga zona radius: 500 meter, 1000 meter, dan 2000 meter. Radius 500 meter mencerminkan jarak yang nyaman bagi pejalan kaki, sedangkan radius 1000 meter dan 2000 meter digunakan untuk menilai keterjangkauan yang lebih luas serta kesiapan sistem transportasi dalam mendukung mobilitas wisatawan yang lebih besar.

Proyek ini akan menggunakan platform Geo MAPID untuk memetakan lokasi destinasi wisata serta infrastruktur transportasi yang tersedia di sekitar masing-masing titik wisata. Dengan pendekatan berbasis data ini, hasil analisis diharapkan dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai sejauh mana transportasi umum mendukung sektor pariwisata di Kota Bogor. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan aksesibilitas wisata, baik melalui peningkatan fasilitas transportasi umum, perbaikan jalur pejalan kaki, maupun pengembangan kebijakan transportasi yang lebih ramah wisatawan.

Metodelogi

Pendekatan isochrone digunakan untuk menganalisis jangkauan aksesibilitas pejalan kaki dari titik-titik halte transportasi umum dalam radius 500 meter, 1000 meter dan 2000 meter. Data diperoleh melalui pemetaan menggunakan Geo MAPID, yang menampilkan zona-zona cakupan berdasarkan waktu tempuh berjalan kaki dari setiap halte menuju destinasi wisata di Kota Bogor.

Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Isochrone 500 m

Isochrone 500 m

Isochorone 500m

Isochrone 500m

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar destinasi wisata di Kota Bogor memiliki akses yang baik terhadap transportasi umum dalam zona 500 meter berjalan kaki. Kawasan pusat kota, termasuk Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, dan Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, memiliki cakupan halte yang lebih padat dan jangkauan yang tumpang tindih, menandakan aksesibilitas yang tinggi. Namun, beberapa destinasi wisata yang berada di pinggiran kota, seperti Puncak Bogor dan kawasan wisata alam di sekitar Gunung Salak, memiliki cakupan transportasi umum yang lebih terbatas. Zona isochrone di wilayah ini cenderung lebih kecil dan tidak saling bertumpang tindih, menunjukkan bahwa wisatawan mungkin memerlukan moda transportasi tambahan.

2. Analisis Isochrone 1000 m

Isochrone 1000m

Isochrone 1000m

Isochrone 1000m

Analisis isochrone 1.000 meter berjalan kaki pada peta menunjukkan jangkauan aksesibilitas pejalan kaki di sekitar halte transportasi umum di Kota Bogor, dengan berbagai zona berwarna yang merepresentasikan cakupan sejauh 1 km dari setiap halte. Visualisasi ini mengindikasikan bahwa sebagian besar kawasan perkotaan di Bogor memiliki akses yang cukup baik terhadap transportasi umum dalam jarak yang masih dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Beberapa wilayah memperlihatkan tumpang tindih zona isochrone, menandakan kepadatan tinggi dalam ketersediaan halte serta akses transportasi publik yang lebih optimal, sementara area lain menunjukkan cakupan yang lebih jarang, mengindikasikan kemungkinan keterbatasan akses bagi pejalan kaki ke halte terdekat.

3. Analisis Isochrone 2000 m

Isochrone 2000m

Isochrone 2000m

Isochrone 2000m

Analisis isochrone 2000 meter dengan berjalan kaki menunjukkan bahwa sebagian besar halte transportasi umum di Kota Bogor telah memiliki cakupan yang baik, terutama di pusat kota dan area wisata utama, sehingga memungkinkan wisatawan untuk menjangkau berbagai destinasi tanpa harus bergantung pada kendaraan pribadi. Penyebaran halte yang merata di pusat kota mendukung konektivitas yang efisien, namun beberapa daerah pinggiran seperti bagian barat dan selatan masih memiliki cakupan halte yang lebih jarang, yang dapat menjadi kendala bagi wisatawan dan penduduk lokal dalam menggunakan transportasi umum secara optimal.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis isochrone terhadap aksesibilitas destinasi wisata di Kota Bogor, dapat disimpulkan bahwa secara umum pusat kota memiliki cakupan transportasi umum yang baik dalam radius 500 meter, 1000 meter, dan 2000 meter. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan di pusat kota dapat dengan mudah menjangkau berbagai destinasi wisata dengan berjalan kaki dari halte transportasi umum. Namun, cakupan transportasi umum di daerah pinggiran dan kawasan wisata alam masih terbatas, terutama dalam radius 500 meter, yang mengindikasikan perlunya moda transportasi tambahan bagi wisatawan yang ingin mengunjungi lokasi tersebut. Analisis ini juga menunjukkan bahwa dalam radius 1000 dan 2000 meter, aksesibilitas lebih luas, tetapi tetap ada area dengan cakupan yang kurang optimal, terutama di wilayah barat dan selatan Kota Bogor.

Rekomendasi

Untuk meningkatkan aksesibilitas wisata di Kota Bogor, beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan adalah:

  1. 1.
    Penambahan Halte Transportasi Umum: Pemerintah daerah dapat menambahkan halte baru di kawasan wisata yang saat ini memiliki keterbatasan cakupan transportasi umum, terutama di daerah pinggiran dan destinasi wisata alam.
  1. 2.
    Peningkatan Integrasi Moda Transportasi: Diperlukan pengembangan transportasi feeder, seperti bus wisata atau angkutan kecil, yang dapat menghubungkan halte transportasi umum utama dengan destinasi wisata yang sulit dijangkau dengan berjalan kaki.
  1. 3.
    Perbaikan Infrastruktur Pejalan Kaki: Peningkatan fasilitas jalur pedestrian yang nyaman dan aman sangat penting untuk mendorong wisatawan menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki menuju destinasi wisata.
  1. 4.
    Pengembangan Kebijakan Transportasi Ramah Wisatawan: Pemerintah dapat merancang kebijakan yang mendukung sistem transportasi pariwisata berkelanjutan, seperti tiket terintegrasi antara berbagai moda transportasi, peningkatan informasi rute wisata, dan promosi penggunaan transportasi umum bagi wisatawan.

Dengan menerapkan rekomendasi ini, diharapkan aksesibilitas wisata di Kota Bogor semakin meningkat, memberikan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman bagi wisatawan, serta mendukung pengembangan destinasi wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Data Publikasi

Analisis Potensi Bisnis Nasi Bebek Madura di Kota Bandar Lampung

Barang Konsumsi

08 Sep 2025

Muhammad Farhan Rajabi

Analisis Potensi Bisnis Nasi Bebek Madura di Kota Bandar Lampung

Nasi bebek Madura berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Namun, kuliner ini juga sangat populer dan mudah ditemukan di banyak kota di Jawa Timur, termasuk Surabaya dan Malang, serta telah menyebar dan menjadi favorit di berbagai daerah lain seperti Jakarta dan Bekasi. Pada kesempatan ini saya mencoba menganalisis potensi bisnis Nasi Bebek Madura di Kota Bandar Lampung berdasarkan beberapa parameter dan data eksisting persebaran warung bebek madura

17 menit baca

299 dilihat

1 Proyek

Keterjangkauan Fasilitas Transportasi Publik dan Dampak Ekonomi Regional: Studi Kasus Bandara Kertajati Majalengka

Manufaktur

04 Sep 2025

MAPID

Keterjangkauan Fasilitas Transportasi Publik dan Dampak Ekonomi Regional: Studi Kasus Bandara Kertajati Majalengka

Penelitian ini menganalisis kurang optimalnya operasional Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi regional. Menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif-analitis, penelitian mengevaluasi aksesibilitas transportasi publik dan dampak ekonomi di Kabupaten Majalengka periode 2015-2024. Analisis isochrone menunjukkan keterbatasan konektivitas transportasi dengan hanya Terminal Bus Cipaku yang dapat diakses dalam waktu kurang dari 30 menit. Meskipun PDRB meningkat dari Rp 21,3 triliun (2015) menjadi Rp 41,7 triliun (2023), kontribusi sektor transportasi stagnan di 4% dan investasi PMA-PMDN fluktuatif mengindikasikan bandara belum menjadi daya tarik investasi stabil. Perbandingan dengan Bandara Husein Sastranegara menunjukkan paradoks infrastruktur versus utilisasi: Kertajati dengan investasi Rp 2,6 triliun hanya melayani 230.830 penumpang (ROI -23,1%), sementara Husein Sastranegara melayani 1.947.000 penumpang (ROI 8,7%). Hasil penelitian membuktikan infrastruktur transportasi tanpa dukungan konektivitas memadai sulit mencapai efektivitas operasional yang diharapkan.

21 menit baca

340 dilihat

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Energi

01 Sep 2025

HIMA SAIG UPI

KLASIFIKASI BIJIH BESI MENGGUNAKAN CITRA HIPERSPEKTRAL DI DAERAH SEKITAR KABUPATEN SLEMAN

Pemanfaatan citra hiperspektral PRISMA digabungkan dengan metode Spectral Angle Mapper (SAM) memungkinkan klasifikasi dan pemetaan bijih besi secara detail di wilayah sekitar Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknologi ini mampu menangkap informasi spektral yang sangat spesifik dari material di permukaan bumi, terutama oksida besi seperti hematit dan magnetit yang dominan dalam bijih besi. Dengan membandingkan sudut spektral antara piksel citra dan spektrum referensi, SAM mengidentifikasi kandungan mineral bijih besi dengan tingkat keakuratan yang diatur melalui nilai batas sudut radian. Nilai batas sudut yang lebih besar memungkinkan deteksi area yang lebih luas namun dengan kemungkinan klasifikasi kurang tepat, sementara threshold kecil menghasilkan klasifikasi yang lebih selektif dan akurat meski cakupan area terdeteksi lebih terbatas. Penelitian ini menemukan distribusi bijih besi yang signifikan di zona vulkanik Gunung Merapi, terutama di sepanjang aliran sungai yang membawa material vulkanik kaya besi. Penggunaan citra hiperspektral dan metode SAM ini memberikan solusi efektif dan efisien dalam eksplorasi mineral dibandingkan metode survei lapangan konvensional dengan biaya dan waktu yang lebih besar.

13 menit baca

285 dilihat

3 Data

1 Proyek

ANALISIS KESESUAIN LAHAN DALAM PEMERATAAN FASILITAS SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE OVERLAY
STUDI KASUS KEBUPATEN CIANJUR

Perencanaan Kota

15 Agt 2025

Melati Utami

ANALISIS KESESUAIN LAHAN DALAM PEMERATAAN FASILITAS SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN METODE OVERLAY STUDI KASUS KEBUPATEN CIANJUR

Analisis spasial menggunakan GIS untuk menilai kesesuaian lahan dalam mendukung pemerataan lokasi sekolah dasar, guna meningkatkan akses pendidikan yang merata dan berkelanjutan.

23 menit baca

573 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat