Pendahuluan
Akses menuju objek wisata merupakan suatu perhatian oleh wisatawan saat melakukan kunjungan. Kualitas jalan umum maupun khusus serta transportasi adalah bagian dari produk wisata (Saragih dkk, 2022). Kota Banjabaru sebagai ibukota Kalimantan Selatan, merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik. Berbagai jenis wisata dapat dijumpai di Kota Banjarbaru mulai dari wisata budaya, wisata taman, wisata air, wisata alam, wisata belanja, wisata religi, wisata permukiman dan wisata lainnnya. Namun, aksesibilitas menuju destinasi pariwisata tersebut masih menjadi tantangan, terutama bagi pengunjung yang menggunakan transportasi umum khususnya bus yang menaikkan dan menurunkan penumpang di halte dan terminal. Berdasarkan hasil observasi Akhmad Nihrawi Hamdi (2022) menemukan bahwa di Kota Banjarbaru masih banyak yang perlu di kembangkan terutama dalam aspek aksesibilitas. Dengan adanya konektivitas dan kontinuitas transportasi publik maka memfasilitasi mobilitas masyarakat. Dalam konteks ini, halte bus berperan sebagai titik penting dalam jaringan transportasi umum, memungkinkan penumpang untuk berpindah dari satu moda transportasi ke moda lainnya, seperti jalan kaki menuju destinasi wisata. Transportasi publik massal yang tersedia saat ini di Kota Banjarbaru adalah Bus Trans Banjar Bakula yang sudah beroperasi sejak tahun 2022. Dalam hal ini untuk beberapa area yang belum terjangkau oleh Bus Trans Banjar Bakula, Pemerintah Kota Banjarbaru melalui Dinas Perhubungan (Dishub) berencana meluncurkan angkutan feeder.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterjangkauan destinasi wisata oleh pejalan kaki dari titik-titik halte bus di kota Banjabaru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai seberapa baik aksesibilitas destinasi wisata di Banjabaru bagi pengguna transportasi umum. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi perencanaan transportasi dan pengembangan pariwisata di daerah tersebut, serta membantu pemangku kepentingan dalam merumuskan kebijakan yang lebih baik untuk meningkatkan aksesibilitas.
Metodologi
Batasan lokasi pada penelitian ini adalah wilayah administratif Kota Banjarbaru yang memiliki luas sebesar 305,153 Km2. Untuk mengetahui keterjangkauan objek wisata oleh pejalan kaki, maka penelitian ini menggunakan data sebagai berikut:
- Titik Halte dan TPB (Titik Pemberhentian Bus)
- Titik Destinasi Wisata
Data-data tersebut didapatkan dari Geoportal milik Pemerintah Kota Banjarbaru. Lanngkah-langkah penelitiann dapat dilihat pada gambar berikut :
Analisis dilakukan dengan menentukan jangkauan 400 meter dengan jalan kaki dari setiap halte bus dan mengidentifikasi destinasi pariwisata mana saja yang berada dalam jangkauan tersebut. Jarak ini dipilih karena merupakan jarak yang dapat ditempuh dengan mudah oleh sebagian besar orang dewasa dalam waktu yang relatif singkat, sehingga memungkinkan mereka untuk berjalan kaki menuju destinasi wisata tanpa merasa terlalu lelah atau terlalu jauh. Selain itu, jarak ini juga sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/PRT/M/2014 Tentang Pedomannya Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial dengan memanfaatkan layanan Geo Mapid yang memiliki kemampuan analisis isochrone. Isochrone adalah garis yang menghubungkan titik-titit yang dapat ditempuh dalam waktu yang sama dari titik referensi. Dalam konteks penelitian ini, isochrone digunakan untuk menentukan jangkauan waktu yang dibutuhkan untuk berjalan kaki dari halte bus menuju destinasi pariwisata. Alasan menggunakan metode ini adalah untuk memvisualisasikan dan menganalisis secara spasiotemporal keterjangkauan destinasi wisata oleh pejalan kaki dari halte bus, sehingga dapat diidentifikasi dengan jelas mana destinasi yang dapat dijangkau dalam waktu yang relatif singkat. Karena data destinasi wisata berupa titik maka dilakukan ring buffer terlebih dahulu dengan asumsi radius area wisata dari titik wisata adalah sebesar 100 meter.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data yang didapat, Kota Banjarbaru memiliki 27 titik halte bus dan 3 Terminal Pemberhentian Bus (TPB) yang tersebar. Berdasarkan sebaran titik-titik halte bus dapat diketahui operasional pelayanan bus masih terbatas pada jaringan utama primer dan jaringan kolektor selatan. Sedangkan pada data titik wisata Kota Banjarbaru memiliki 30 titik destinasi wisata yang terdiri dari berbagai jenis berikut :
Berdasarkan grafik tersebut, jenis wisata di Kota Banjarbaru didominasi oleh wisata taman yang juga ruang terbuka hijau. Kemudian yang terbanyak kedua di Kota Banjarbaru adalah jenis wisata air. Setelah dilakukan buffer pada titik wisata dengan radius 100 meter, maka dilakukan analisis isochrone pada jangkauan 400 meter dengan jalan kaki mennggunakan fitur tool box pada geomapid. Berikut adalah hasil analisis keterjangkauan yang dilakukan, dimana lingkaran berwarna hijau adalah buffer sebesar 100 meter dari titik-titik wisata, sedangkan area polygon adalah area hasil isochrone.
Dari gambar tersebut bisa kita ketahui bahwa ada titik-titik wisata yang dapat dijangkau oleh pejalan kaki sejauh 400 meter dari halte bus. Berikut adalah gambarannya lebih jauh :
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 26,67 % (8 dari 30 ) destinasi wisata yang masuk dalam jangkauan 400 meter dari halte bus. 6 Dari 8 Tempat Wisata tersebut terletak di Kecamatan Banjarbaru Utara. Destinasi wisata yang masuk keterjangkauan pejalan kaki dari halte bus yaitu :
-
1.Lapangan Murjani (Kec. Banjarbaru Utara)
-
2.Taman Van der Peijl (Kec. Banjarbaru Utara)
-
3.Kolam renang idaman (Kec. Banjarbaru Selatan)
-
4.Museum Lambung Mangkurat (Kec. Banjarbaru Utara)
-
5.Q-Mall (Kec. Banjarbaru Utara)
-
6.Taman Pintar (Kec. Banjarbaru Utara)
-
7.Mess L (Kec. Banjarbaru Utara)
-
8.Menara 33 (Kec. Banjarbaru Selatan)
Hal ini menandakan bahwa aksesibilitas menuju destinasi pariwisata di Banjabaru masih terbatas bagi pengguna transportasi umum, terutama bagi mereka yang menggunakan bus.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa aksesibilitas menuju destinasi pariwisata di Kota Banjarbaru masih terbatas bagi pengguna transportasi umum. Dengan menggunakan metode analisis spasial dan isochrone, penelitian ini menemukan bahwa hanya sekitar 26,67% destinasi wisata yang dapat dijangkau oleh pejalan kaki sejauh 400 meter dari halte bus. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keterjangkauan destinasi wisata di Banjabaru dari halte bus masih sangat terbatas. Oleh karena itu, direkomendasikan agar pemerintah daerah melakukan:
-
1.Pengembangan Jaringan Transportasi Umum : Mengoptimalkan rute dan frekuensi layanan transportasi umum untuk meningkatkan aksesibilitas. Rute angkutan feeder dapat disesuaikan dengan melihat urgensi, demand (permintaan), demografi permukiman, dan keterjangkauan pada pusat-pusat kegiatan (termasuk mempertimbangkan destinasi wisata).
-
2.Perencanaan Terpadu: Mengintegrasikan perencanaan transportasi dengan pengembangan pariwisata untuk menciptakan konektivitas yang lebih baik antara titik-titik penting di kota.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan aksesibilitas ke destinasi pariwisata di Banjabaru dapat meningkat, sehingga dapat mendukung pertumbuhan sektor pariwisata dan perekonomian lokal.
Penelitian lanjutan yang diperlukan untuk memperjelas hasil penelitian ini adalah survei pengguna untuk memahami preferensi dan kebutuhan masyarakat terkait dengan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Daftar Pustaka
-
1.BPS Kota Banjarbaru. (2024). Kota Banjarbaru dalam angka/Banjarbaru municipality in figures. BPS Kota Banjarbaru.
-
2.Hamdi, A. N. (2022). Strategi pengembangan objek wisata oleh Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarbaru. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary.
-
3.Kementerian Pekerjaan Umum. (2014). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2014 tentang pedoman perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan.
-
4.Nurdjanah, N., & Kurniawati, F. (2016). Kinerja pelayanan angkutan kota di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Transportasi Darat, 18(3), 147-170.
-
5.Saragih, M. G. G., Rahayu, S., Mesra, B. S., & Rahma, A. F. (2022). Manajemen pariwisata. Tungga Esti.