Analisis Keterjangkauan Fasilitas Pendidikan SMA Negeri di Kota Yogyakarta

27 November 2024

By: Sabrina N

Open Data

SMAN

Open Project

Fasilitas Pendidikan SMA Kota Yogyakarta 2024

sumber: https://mysch.id/blog/detail/122/profil-sekolah-sma

Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ketersediaan fasilitas pendidikan yang mumpuni dan mudah diakses menjadi hal yang penting untuk diperhatikan sehingga terciptanya peluang pemerataan pendidikan di seluruh lapisan masyarakat. Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 6 Ayat (1), disebutkan bahwa setiap warga negara indonesia diwajibkan untuk menempuh pendidikan wajib belajar 12 tahun, mulai dari jenjang SD hingga SMA.

Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pendidikan memiliki dinamika dalam memenuhi pelayanan pendidikan. Wilayahnya yang cukup padat penduduk dengan mobilitas tinggi, menjadikan isu persebaran dan keterjangkauan fasilitas pendidikan SMA penting untuk diteliti. Distribusi dan keterjangkauan tidak hanya dilithat pada keberadaan sekolah, tetapi juga pada akses yang dipengatuhi jarak dan waktu. Apabila terjadi ketimpangan dalam aksesibilitas dapat menghambat pemerataan pendidikan dan berpotensi menimbulkan kesenjangan sosial di masyarakat.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterjangkauan fasilitas pendidikan SMA Negeri di Kota Yogyakarta. Analisis ini penting untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai distribusi spasial fasilitas pendidikan dan kesesuaiannya dengan kebutuhan masyarakat. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pemerataan akses pendidikan di Kota Yogyakarta.

Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang dibutuhkan berupa persebaran fasilitas SMA Negeri di Kota Yogykakarta yang diperoleh dari Google Maps yang kemudian dilakukan digitasi pada project MAPID. Data yang didapatkan akan dianalisis melalui 3 cara, berdasarkan radius dan jumlah penduduk terlayani yang berlandaskan SNI 03-1733-2004, serta isochrone berjalan kaki selama 15. Dasar analisis menggunakan isochrone berjalan kaki selama 15, yaitu "15 Minutes City" dimana terdapat harapan pada kemampuan kota dalam memudahkan aksesibilitas serta mobilitas penduduknya untuk mencapai kebutuhan pendidikan, kesehatan, bekerja dan lain sebagainya seefektif dan seefisien mungkin.

standr

Gambar 1 Tabel Kebutuhan sarana pendidikan dan pembelajaran

baku

Gambar 2 Pembakuan tipe SD/MI, SLTP/MTs dan SMU

Hasil dan Pembahasan

Profil Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta merupakan salah satu bagian daerah dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya di tengah Provinsi DIY dengan luas sebesar 32,82 km2. Kota Yogyakarta sendiri terdiri atas 14 kemantren/kecamatan dan 45 kelurahan. Jumlah penduduknya sebanyak 375.699 jiwa, dengan 27.080 jiwa merupakan remaja yang berusia 15-19 tahun atau setara dengan usia yang sedang menempuh pendidikan SMA.

admin

Gambar 3 Peta Administrasi Kota Yogyakarta

Persebaran Fasilitas Pendidikan SMA Negeri

Dapat dilihat pada gambar bahwa Kota Yogyakarta memiliki SMA Negeri sebanyak 11 sekolah yang tersebar di 8 kecamatan, sebagian besar tersebar di bagian utara kota. Adapun rincian sebagai berikut:

  • Kecamatan Tegalrejo: 2 sekolah
  • Kecamatan Jetis: 1 sekolah
  • Kecamatan Gondokusuman: 3 sekolah
  • Kecamatan Wirobrajan: 1 sekolah
  • Kecamatan Gondomanan: 1 sekolah
  • Kecamatan Umbulharjo: 1 sekolah
  • Kecamatan Kota Gede: 1 sekolah
  • Kecamatan Mantirejo: 1 sekolah
fasilitasn sma negeri

Gambar 4 Persebaran Fasilitas SMA Negeri di Kota Yogyakarta

Analisis Keterjangkauan Fasilitas SMA Berdasarkan Radius

Berdasarkan hasil pemetaan radius sesuai dengan ketentuan SNI 03-1733-2004, fasilitas pendidikan SMU/SMA/sederajat setidaknya dapat melayani wilayah dengan radius pencapaian sebesar 3 km2 atau 3.000 m2. Dapat dilihat pada gambar di bawah, bahwa secara garis besar, fasilitas pendidikan SMA Negeri telah menjangkau keseluruhan wilayah di Kota Yogyakarta.

radius

Gambar 5 Radius Pencapaian Fasilitas SMA Negeri di Kota Yogyakarta

Analisis Keterjangkauan Fasilitas SMA Berdasarkan Jumlah Penduduk

Berdasarkan data yang didapatkan dari dokumen Kota Yogyakarta dalam Angka 2024, publikasi BPS Kota Yogyakarta, penduduk dengan usia 15-19 (usia sekolah jenjang SMA) sebanyak 27.080 jiwa. Apabila melihat standar yang telah ditentukan SNI 03-1733-2004, 1 SMU dapat melayani 1.080 siswa dengan 27 rombongan belajar. Diasumsikan setiap sekolah memiliki standar maksimal yang sama, kesebelas sekolah tersebut belum dapat melayani seluruh penduduk dengan usia jenjang SMA. Kesebelas sekolah hanya mampu melayani 11.880 penduduk/siswa, sedangkan kebutuhannya mencapai 27.080 penduduk/siswa.

Analisis Keterjangkauan Fasilitas SMA Berdasarkan Isochrone Berjalan Kaki

Berdasarkan gambar di bawah, dapat dilihat apabila analisis dilakukan menggunakan isochrone berjalan kaki selama 15 menunjukkan bahwa tidak semua daerah permukiman dapat menjangkau fasilitas pendidikan SMA dengan mudah. Beberapa kecamatan seperti Gondokusuman bagian timur, Umbulharjo, Mergasan, dan Pakualaman kurang terjangkau dengan fasilitas SMA Negeri.

iso

Gambar 6 Isochrone Berjalan Kaki Fasilitas SMA Negeri di Kota Yogyakarta

Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. 1.
    Berdasarkan perhitungan radius 3.000 m2, fasilitas pendidikan SMA Negeri di Kota Yogyakarta telah menjangkau keseluruhan wilayah.
  1. 2.
    Berdasarkan perhitungan kebutuhan jumlah penduduk, fasilitas pendidikan SMA Negeri di Kota Yogyakarta belum memadai. Setidaknya dibutuhkan 14-15 sekolah setingkat SMA untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
  1. 3.
    Berdasarkan keterjangkauan isochrone berjalan kaki selama 15 menit, terdapat beberapa daerah yang sedikit sulit untuk menjangkau pendidikan pada jenjang SMA ini terutama di kecamatan Gondokusuman bagian timur, Umbulharjo, Mergasan, dan Pakualaman.

Referensi

  • Badan Standardisasi Nasional. (2004). SNI 03-1733-2004 Tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Diakses dari https://www.nawasis.org/portal/digilib/read/sni-03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan-perumahan-di-perkotaan/51450
  • BPS Kota Yogyakarta. (2024). Kota Yogyakarta Dalam Angka 2024. Diakses melalui https://jogjakota.bps.go.id/id/publication/2024/02/28/6a6d984e3d10d2113c9d3f3b/kota-yogyakarta-dalam-angka-2024.html
  • ITS Indonesia. (2024). Konsep 15-Minutes City: Sebuah Tujuan Transformasi Urban dalam Mewujudkan Sustainable Urban Mobility di Jakarta. Diakses dari https://its-indonesia.org/news/konsep-15-minutes-city-sebuah-tujuan-transformasi-urban-dalam-mewujudkan-sustainable-urban-mobility-di-jakarta

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

127 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

341 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

218 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

170 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot