Analisis Spasial Cakupan Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan

22 December 2024

By: Rizky Amelinda Septiani

Open Project

Analisis Spasial Cakupan Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan

Final Project

Latar Belakang

Kota Balikpapan, yang terletak di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang pesat. Sebagai pusat ekonomi dan industri, Balikpapan memiliki tantangan besar dalam menyediakan infrastruktur dan layanan publik yang memadai, termasuk dalam sektor pendidikan. Pendidikan adalah fondasi penting bagi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas, dan ketersediaan serta distribusi lembaga pendidikan yang merata menjadi faktor krusial dalam mencapai tujuan ini.

Namun, dengan pertumbuhan kota yang cepat, muncul berbagai masalah terkait distribusi dan aksesibilitas fasilitas pendidikan di berbagai jenjang, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga perguruan tinggi. Ketidakmerataan dalam distribusi lembaga pendidikan dapat menyebabkan kesenjangan dalam akses terhadap pendidikan berkualitas bagi masyarakat di berbagai kecamatan.

Permasalahan

Dalam melakukan analisis spasial cakupan jenjang pendidikan di Kota Balikpapan, beberapa permasalahan utama dapat diidentifikasi:

1. Ketidakmerataan Distribusi Lembaga Pendidikan:

  • Kepadatan Penduduk dan Fasilitas Pendidikan: Ketidakmerataan dalam distribusi lembaga pendidikan sering terjadi akibat perbedaan kepadatan penduduk antar kecamatan. Beberapa kecamatan mungkin memiliki fasilitas pendidikan yang berlimpah sementara yang lain kekurangan.
  • Daerah Terpencil: Kecamatan yang terletak di daerah terpencil atau kurang berkembang mungkin memiliki akses terbatas ke lembaga pendidikan, yang berdampak negatif pada peluang pendidikan anak-anak di daerah tersebut.

2. Aksesibilitas dan Jarak Tempuh:

  • Infrastruktur Transportasi: Aksesibilitas ke lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh kondisi infrastruktur transportasi. Kecamatan dengan infrastruktur yang kurang memadai sering kali menghadapi masalah dalam mengakses fasilitas pendidikan.
  • Jarak ke Sekolah: Jarak yang jauh antara rumah dan sekolah dapat menjadi hambatan bagi siswa, terutama di jenjang pendidikan dasar dan menengah.

3. Kualitas Pendidikan yang Beragam:

  • Kualitas Fasilitas: Variasi dalam kualitas fasilitas pendidikan, seperti bangunan, laboratorium, dan perpustakaan, dapat mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa di berbagai kecamatan.
  • Tenaga Pendidik: Ketersediaan dan kualitas tenaga pendidik yang tidak merata di berbagai kecamatan juga menjadi masalah, dengan beberapa daerah mungkin kekurangan guru yang berkualitas.

4. Data dan Informasi yang Terbatas:

  • Ketersediaan Data: Keterbatasan data yang akurat dan terbaru mengenai jumlah dan distribusi lembaga pendidikan di setiap kecamatan dapat menghambat analisis yang komprehensif.
  • Integrasi Data: Mengintegrasikan berbagai sumber data (misalnya, data pendidikan, demografi, dan geografis) dapat menjadi tantangan tersendiri, terutama jika data tersebut berada dalam format yang berbeda-beda atau tidak konsisten.

5. Kendala Anggaran dan Sumber Daya:

  • Alokasi Anggaran: Keterbatasan anggaran pemerintah daerah untuk pembangunan dan pemeliharaan fasilitas pendidikan dapat menghambat upaya untuk meratakan akses pendidikan di seluruh kecamatan.
  • Prioritas Pembangunan: Penentuan prioritas pembangunan yang tidak selalu selaras dengan kebutuhan pendidikan di lapangan dapat menyebabkan ketimpangan dalam penyediaan fasilitas pendidikan.

6. Perencanaan dan Kebijakan yang Kurang Tepat:

  • Perencanaan yang Kurang Tepat: Kurangnya perencanaan yang berbasis data dan analisis spasial dapat menyebabkan pembangunan fasilitas pendidikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan nyata di lapangan.
  • Kebijakan Pendidikan: Kebijakan pendidikan yang kurang mendukung pemerataan akses pendidikan dapat memperparah ketimpangan yang ada.

Dengan mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan tersebut, analisis spasial cakupan jenjang pendidikan di Kota Balikpapan dapat memberikan wawasan yang lebih jelas dan membantu dalam merumuskan solusi yang efektif untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di seluruh kecamatan.

Metode Analisis

Diagram Alir

1. Pengumpulan Data:

  • Data Pendidikan: Mengumpulkan data jumlah lembaga pendidikan di berbagai jenjang (PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Universitas) di setiap kecamatan. Data ini diperoleh dari beberapa sumber seperti BPS Kota Balikpapan.
  • Data Administrasi Wilayah: Mengumpulkan data batas administrasi kecamatan Kota Balikpapan. Data ini diperoleh open source dari Badan Informasi Geospasial (BIG).

2. Persiapan Data:

  • Pengolahan Data Geospasial: Menggunakan software ArcGIS untuk memproses dan mengintegrasikan data geospasial.
  • Klasifikasi Data: Mengklasifikasikan data pendidikan berdasarkan jenjang dan kecamatan untuk memudahkan analisis lebih lanjut.

3. Analisis Overlay: Menggabungkan data jumlah lembaga pendidikan dengan data administrasi Kota Balikpapan untuk melihat jumlah pada setiap kecamatan di Kota Balikpapan.

4. Analisis Jarak: Menghitung sampel jarak dari tiap kecamatan dengan sekolah terdekat menggunakan fitur geomapid yaitu distance.

5. Visualisasi & Kesimpulan

  • Visualisasi: Membuat hasil visualisasi menggunakan fitur geomapid yaitu pada proyek yang menunjukkan cakupan jenjang pendidikan di setiap kecamatan.
  • Kesimpulan: Analisis hasil dari berbagai metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kecamatan dengan ketersediaan fasilitas pendidikan yang tidak merata dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menghasilkan peta tematik yang menggambarkan 6 Kecamatan di Kota Balikpapan, yaitu Balikpapan Barat, Balikpapan Kota, Balikpapan Selatan, Balikpapan Tengah, Balikpapan Timur, dan Balikpapan Utara. Peta tersebut menggunakan metode overlay dengan klasifikasi tiap kecamatan sebagai berikut:

  1. 1.
    Kecamatan Balikpapan Barat : 66
  1. 2.
    Kecamatan Balikpapan Kota : 66
  1. 3.
    Kecamatan Balikpapan Selatan : 75
  1. 4.
    Kecamatan Balikpapan Tengah : 76
  1. 5.
    Kecamatan Balikpapan Timur : 66
  1. 6.
    Kecamatan Balikpapan Utara : 141

Dengan total jumlah semua jenjang pendidikan di Kota Balikpapan sejumlah 490.

Tabell

Kemudian, pada analisis jarak menggunakan fitur geomapid yaitu distance diketahui bahwa terdapat sampel jarak dari rumah terjauh ke fasilitas pendidikan terdekat tiap kecamatan seperti pada gambar dibawah ini.

Distance

Kesimpulan

Pada penelitian ini yang berjudul "Analisis Spasial Cakupan Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan" yang menggunakan metode analisis overlay dan jarak dapat disimpulkan bahwa jumlah kecamatan dengan fasilitas pendidikan paling banyak yaitu Kecamatan Balikpapan Utara dan jumlah kecamatan dengan fasilitas pendidikan paling sedikit yaitu Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan Kota dan Balikpapan Barat. Kemudian, analisis jarak paling jauh yaitu Kecamatan Balikpapan Utara sedangkan jarak paling dekat yaitu Kecamatan Balikpapan Tengah.

Referensi

Ayuningtyas, I. (2021). KETIMPANGAN AKSES PENDIDIKAN DI KALIMANTAN TIMUR . Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 6(2), 117 - 129. https://doi.org/10.24832/jpnk.v6i2.2128

More Citation Formats

Data Publications

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Tourism

09 May 2025

MAPID

[GEODATA] Kajian Infrastruktur Pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa

Artikel ini mengkaji infrastruktur pariwisata di Banda Neira dan Karimunjawa menggunakan pendekatan GIS untuk menganalisis kepadatan, keterjangkauan, serta kesenjangan infrastruktur berdasarkan konsep 4A (Attraction, Amenity, Accessibility, Ancillary). Melalui metode spasial seperti KDE dan network analysis, serta analisis SWOT, kajian ini memberikan rekomendasi strategis bagi pengembangan pariwisata berkelanjutan di kedua wilayah kepulauan tersebut.

25 min read

235 view

1 Projects

Analisis Keterjangkauan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang Termasuk pada Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

Transportation

07 May 2025

Fajrin Meilani Azzahra Zain

Analisis Keterjangkauan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang Termasuk pada Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterjangkauan sekolah menengah pertama (SMP) negeri di zona A Kota Bandung, yang meliputi delapan kecamatan dan 22 sekolah, berdasarkan sistem zonasi penerimaan siswa baru. Sistem zonasi, yang diimplementasikan secara penuh sejak 2018, bertujuan meningkatkan pemerataan akses pendidikan dengan menetapkan radius maksimal domisili calon siswa ke sekolah (3 km untuk SMP). Namun, keberadaan siswa di luar radius zonasi dan keterbatasan jangkauan berjalan kaki (maksimal 1,2 km dalam 20 menit berdasarkan kecepatan rata-rata siswa) tetap memunculkan kebutuhan transportasi. Penelitian ini menggunakan analisis isokron dengan batasan waktu tempuh berjalan kaki siswa (5, 10, 15, dan 20 menit) untuk mengevaluasi keterjangkauan sekolah dalam zona A. Hasil analisis isokron ini akan dibandingkan dengan radius zonasi 3 km yang ditetapkan untuk SMP, guna memahami apakah radius tersebut sejalan dengan kemampuan siswa untuk mencapai sekolah dengan berjalan kaki dalam rentang waktu yang wajar. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemenuhan kebutuhan transportasi sekolah siswa SMP di Kota Bandung, khususnya dalam konteks implementasi sistem zonasi.

17 min read

175 view

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Climate & Disaster

07 May 2025

Ryandana Adi Nugraha

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Kabupaten Sumbawa terletak pada provinsi Nusa Tenggara Barat. Dilihat dari segi geografis letak Kabupaten Sumbawa terutama Kecamatan sumbawa memiliki potensi sebagai daerah pusat perekonomian yang mana menjadi nilai ekonomis untuk dibangun industri di area tersebut. Namun, daerah tersebut memiliki potensi banjir baik banjir rob ataupun banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menjadikan area industri yang berada di Sumbawa dan sekitarnya memiliki potensi untuk terdampak banjir. Meskipun berisiko, bisnis sering memilih untuk berlokasi di daerah rawan banjir karena keuntungan strategis seperti kedekatan dengan bisnis terkait dan fasilitas umum. Manfaat ekonomi dapat lebih besar daripada dampak buruk banjir, sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi manajemen risiko banjir struktural dan non-struktural (Rwehumbiza 2021).

19 min read

203 view

1 Projects

Penentuan Lokasi Rencana Tempat Pengungsian Banjir Berdasarkan Sebaran Kelompok Rentan dan Zona Bahaya di Kota Bogor

Climate & Disaster

07 May 2025

Zelina Mariyori Wazlir

Penentuan Lokasi Rencana Tempat Pengungsian Banjir Berdasarkan Sebaran Kelompok Rentan dan Zona Bahaya di Kota Bogor

Analisis penentuan lokasi tempat pengungsian banjir di Kota Bogor menunjukkan bahwa tujuh sekolah berada dalam kategori sangat layak berdasarkan kombinasi kriteria spasial dan distribusi kelompok rentan di zona bahaya banjir. Titik-titik ini berada di kelurahan prioritas dan dapat dijangkau dalam radius ≤ 500 meter oleh populasi terdampak dengan berjalan kaki, sehinga dapat menjadi lokasi prioritas untuk evakuasi darurat. Sekolah juga menjadi alternatif yang fungsional dan strategis dalam mendukung upaya pengurangan risiko bencana banjir secara inklusif dan tepat sasaran.

20 min read

164 view

4 Data

1 Projects

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at
  • mapid-ai-maskot