Apa yang Terjadi dengan Terminal Kambang Putih di Tuban?

31/05/2024 • Ilham Bagus

Terminal Kambang Putih


Apa yang terjadi dengan Terminal Kambang Putih Tuban
Apa yang terjadi dengan Terminal Kambang Putih Tuban

Awal Mulanya

Kebutuhan untuk berpergian merupakan hal yang penting bagi peradaban saat ini. Dalam berpergian membutuhkan dengan atau tanpa alat transportasi untuk melakukan itu. Transportasi atau perangkutan merupakan suatu kegiatan perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana tertentu (Munawar, 2005). Pada masa kini, kita diberikan berbagai jenis alat transportasi berdasarkan jenis dan penggunanya. Tranportasi darat, laut, dan udara dibedakan menurut medianya, sedangkan transportasi pridadi dan umum dibedakan menurut penggunannya.

Transportasi umum darat sering dimanfaatkan bagi masyarakat yang tidak tidak memiliki akses ke kendaraan pribadi atau sedang berencana untuk menempuh jarak yang cukup jauh. Terlebih itu, transportasi umum darat dengan armada bus dipilih karena dapat mengakses yang lebih terpencil dengan memanfaatkan jaringan jalan darat dibandingkan transportasi umum udara maupun laut. Menurut data Perhubungan Darat Dalam Angka, untuk angkutan dari armada Damri saja disebutkan pada tahun 2022 mencapai mencapai 10.980.000 penumpang yang di dominasi oleh penumpang bus kota sebesar 62% dan telah menempuh 717.999 Km untuk bus antar kota. Untuk angkutan Perusahaan Otobus (PO) Swasta belum terhitung dalam data tersebut. Termasuk masyarakat Kabupaten Tuban yang mengandalkan bus sebagai transportasi umum darat.

Kabupaten Tuban adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kabupaten Tuban ini dilalui jalur Pantai Utara (Pantura) yang digunakan sebagai jalur utama logistik dan penghubung antar provinsi. Masyarakat Tuban mengandalkan Bus untuk berpergian mengunakan transportasi umum darat khususnya bagi yang memiliki mobilitas di jalur pantura trayek Surabaya-Semarang. Pada trayek ini hampir 24 jam pasti ada bus yang beroperasi untuk mengangkut penumpang. Namun, fasilitas umum penunjang transportasi darat umum seperti terminal tidak berfungsi dengan baik.

Kabupaten Tuban memiliki Terminal Tipe A dengan nama Terminal Wisata Kambang Putih yang telah di buka sejak tahun 2012. Tipe terminal ini adalah Tipe A yang mana melayani trayek unuk angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), Angkutan Kota, dan Angkutan Desa dengan luas total 4 Hektar. Terminal ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat singgah angkutan umum saja, tetapi juga sebagai tempat wisata laut. Namun pada kenyataannya, terminal ini jarang atau bahkan tidak dipakai oleh masyarakat tuban sebagai penunjang untuk berpergian. Masyarakat Tuban memilih untuk naik di dua titik, di Depan Rest Area Abirama dan di Utara Alun-alun Tuban.

Dalam artikel ini, saya akan mencoba menjabarkan kira-kira apa saja yang membuat terminal ini tidak dipakai oleh masyarakat tuban dibanding dengan di kedua titik tersebut.

Data yang Digunakan

Data merupakan komponen krusial dalam menentukan hasil dari analisis ini. Data yang digunakan pada publikasi ini adalah sebagai berikut:

1. Data penggunaan lahan

Data penggunaan lahan adalah data mengenai modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian, dan permukiman. Pemanfaatan lahan didefinisikan sebagai "sejumlah pengaturan, aktivitas, dan input yang dilakukan manusia pada tanah tertentu.

2. Data POI

Point of Interest (POI) adalah lokasi spesifik yang dapat menarik minat seseorang atau kelompok karena memiliki nilai tertentu, baik itu karena keindahan, kepentingan sejarah, layanan yang ditawarkan, atau faktor lainnya.titik-titik tertentu yang mungkin saja menarik atau berguna bagi seseorang

3. Data radius

adalah istilah yang sering digunakan dalam konteks analisis spasial, pemetaan, dan sistem informasi geografis (GIS). Data radius merujuk pada jarak melingkar dari titik pusat tertentu ke sekelilingnya dalam suatu radius yang ditentukan.

4. Data isokron

Data isokron adalah jenis data yang digunakan untuk menunjukkan area yang dapat dicapai dari titik pusat tertentu dalam jangka waktu tertentu. Istilah "isochrone" berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "waktu yang sama". Peta isochrone sering digunakan dalam berbagai aplikasi seperti perencanaan transportasi, analisis aksesibilitas, dan studi geografi untuk menunjukkan wilayah yang dapat dicapai dalam periode waktu yang sama menggunakan mode transportasi tertentu (misalnya berjalan kaki, bersepeda, atau mengemudi).

5. Data jarak

Data jarak adalah informasi yang menggambarkan sejauh mana dua titik atau lebih terpisah satu sama lain. Jarak dapat diukur dalam berbagai satuan, seperti meter, kilometer, mil, atau unit lainnya tergantung pada konteks dan skala pengukuran.

Metode Apa yang Digunakan?

Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan ini adalah dengan menggunakan analisis overlay, radius dan, dan isokron berdasarkan waktu berjalan kaki.

1. Overlay clip

Analisis overlay adalah teknik dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang menggabungkan dua atau lebih lapisan data geografis untuk menghasilkan satu lapisan baru yang mengandung informasi dari semua lapisan asli.

2. Radius

Analisis radiusadalah teknik dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang digunakan untuk menentukan area di sekitar titik pusat tertentu dalam radius tertentu. Teknik ini sering digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis fitur atau objek yang berada dalam jarak tertentu dari titik pusat tersebut.

3. Isochrone

Analisis Isochrone adalah teknik dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang digunakan untuk menentukan dan memvisualisasikan area yang dapat dicapai dari suatu titik pusat dalam periode waktu tertentu menggunakan mode transportasi tertentu. Isochrone berasal dari bahasa Yunani "iso" yang berarti sama dan "chronos" yang berarti waktu, sehingga secara harfiah berarti "waktu yang sama". Teknik ini sering digunakan dalam perencanaan transportasi, analisis aksesibilitas, perencanaan kota, dan studi lingkungan.

Hasilnya Bagaimana?

1. Penggunaan Lahan

Data penggunaan lahan di Kabupaten Tuban bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban Tahun 2022-2042. Data penggunaan lahan tersebut di potong dengan data isokron berjalan selama 10 menit dari platform Geo Mapid menggunakan Overlay. Dari data penggunaan lahan bisa dilihat penggunaan lahan sekitar Alun-Alun Tuban merupakan bangunan permukiman perkotaan seluas 104,7 Ha. Hal tersebut lebih luas dibandingkan dengan kedua terminal dan tuban abirama dengan masing-masing 3,4 Ha dan 39,5 Ha.

Luas tutupan lahan berdasarkan isokron 10 menit berjalan kaki

luas tutupan lahan berdasarkan isokron 10 menit berjalan kaki

Luas Tutupan Lahan berdasarkan isokron 10 menit berjalan kaki di sekitar Tuban Abirama

2. POI

Data POI diperoleh dari tools dari Geo Mapid bernama SINI Mapid. Sini Mapid menyediakan data POI dengan meringkas data secara singkat namun padat Informasi. Dari hasil Sini Mapid dengan menggunakan radius 1 Km, didapatkan bahwa sekitar Alun-Alun Tuban memiliki lebih banyak POI dengan 209 POI dengan radius 1 Km. Jumlah itu lebih banyak dibandingkan dengan Tuban Abirama dan Terminal Kambang Putih dengan POI sebanyak 80 dan 17 POI dalam radius 1 Km.

isokron sekitar alun-alun

poi sekitar tuban abirama dengan radius 1 km

poi sekitar terminal dengan radius 1 km

3. Jarak

Data jarak di dapat menggunakan Toolbox Distance di Geo Mapid. Telah didapatkan bahwa jarak terminal dengan pusat kota (Alun-Alun) sejauh 5,8 Km yang mana lebih jauh dibandingkan Tuban Abirama dan Alun-Alun Tuban yang masing – masing sejauh 2,54 Km dan 0.08 Km. dari tabel di bawah ini D-1 merepresentasikan Terminal Kambang Putih, D-2 merpresentasikan Tuban Abirama, dan D-3 Merepresentasikan Alun-Alun Tuban.

jarak ketiga titik terhadap pusat kota

Apa yang dapat kita simpulkan?

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Terminal Kambang Putih memiliki Jumlah POI yang paling sedikit, menjangkau lebih sedikit permukiman, dan lebih jauh dari pusat kota. Dari kondisi tersebut bisa kita simpulkan bahwa:

1. Kurang Menarik bagi Penumpang:

- Halte tersebut kemungkinan akan menarik lebih sedikit penumpang karena kurangnya POI di sekitarnya seperti pusat perbelanjaan, kantor, sekolah, dan tempat rekreasi.

2. Lebih Sepi dan Kurang Padat:

- Kepadatan penumpang di halte ini mungkin lebih rendah karena lokasinya yang kurang strategis dan lebih sedikit permukiman yang terlayani.

3. Lebih Sulit Diakses:

- Penumpang dari berbagai permukiman mungkin merasa sulit atau tidak praktis untuk mencapai halte ini, yang mengurangi aksesibilitas dan kenyamanan bagi masyarakat.

4. Kurang Efisien dalam Transportasi:

- Jarak yang lebih jauh dari pusat kota mempersulit dan memperpanjang perjalanan, membuatnya menjadi titik transit yang kurang efisien bagi banyak orang.

5. Potensi Pengembangan yang Lebih Kecil:

- Lokasi yang kurang strategis memberikan peluang yang lebih sedikit untuk pengembangan lebih lanjut, baik dari segi infrastruktur maupun layanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan penumpang.

Secara keseluruhan, Terminal Kambang Putih memiliki potensi untuk menjadi hub transportasi yang kurang penting dan kurang vital dibandingkan dua titik naik , dengan tingkat penggunaan yang lebih rendah dan peran yang lebih minor dalam jaringan transportasi kota. Kemungkinan besar masyarakat tuban memilih 2 titik naik tersebut dikarenakan dapat menjangkau lebih banyak permukiman, lebih banyak POI di sekitar, dan lebih dekat dengan pusat kota.

Oleh: Ilham Bagus Wiranto, MAOL-01424-02

Data Publications