DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI KABUPATEN KENDAL AKIBAT EKSPANSI KAWASAN INDUSTRI BERDASARKAN CITRA LANDSAT 8 DENGAN METODE NDVI PADA TAHUN 2019 DAN 2023

10 Juli 2025

By: Departemen Teknik Geodesi UNDIP

Deteksi Perubahan Tutupan Lahan

Penulis : Raya Nirwanawati dan Cahya Annisa Kamilah

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis perubahan

tutupan lahan di Kabupaten Kendal yang disebabkan oleh ekspansi Kawasan

Industri Kendal (KIK) pada periode 2019–2023. Sejak dimulainya konstruksi pada

2016, fungsi lahan di sekitar KIK berubah drastis dari lahan pertanian serta vegetasi

alami menjadi kawasan terbangun. Analisis tutupan lahan 2009–2019 menunjukkan

penurunan luas lahan pertanian dan lahan terbuka sekaligus peningkatan pesat lahan

terbangun khususnya pada dekade terakhir saat KIK masuk tahap pengembangan

intensif. Dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 sebagai sumber data,

penelitian ini menerapkan indeks NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)

untuk mengukur densitas vegetasi pada dua titik waktu: tahun 2019 sebagai kondisi

awal dan tahun 2023 setelah empat tahun ekspansi industri berlangsung. Metode

penelitian dimulai dengan pra-pemrosesan citra, diikuti perhitungan nilai NDVI

pada software ENVI. Klasifikasi NDVI kemudian dikelompokkan ke dalam lima

kategori: non-vegetasi, vegetasi sangat rendah, vegetasi sedang, vegetasi cukup

tinggi, dan vegetasi tinggi. Hasil menunjukkan penurunan drastis pada kategori

vegetasi tinggi dari 49.879,28 ha pada 2019 menjadi 30.244,73 ha pada 2023

(−16.904,65 ha). Sebaliknya, area non-vegetasi meningkat dari 603,15 ha menjadi

1.747,46 ha (+704,02 ha), vegetasi rendah naik dari 1.369,19 ha menjadi

3.865,60 ha (+1.285,42 ha), dan vegetasi sedang bertambah dari 20.941,98 ha

menjadi 36.972,86 ha (+14.030,88 ha). Kenaikan tipis juga terjadi pada vegetasi

cukup tinggi (+970,79 ha). Ekspansi industri mengubah lahan bervegetasi lebat

menjadi area terbangun dan vegetasi rendah sedang, berisiko menurunkan kualitas

ekosistem. Studi ini merekomendasikan pemantauan berkelanjutan dan kebijakan

tata ruang yang memperkuat ruang terbuka hijau.

Kata Kunci: Tutupan Lahan; NDVI (Normalized Difference Vegetation Index);

Ekspansi Kawasan Industri Kendal (KIK).

1. PENDAHULUAN

Teknologi penginderaan jauh telah berkembang pesat dan banyak

dimanfaatkan dalam berbagai bidang, seperti perikanan, kehutanan, pertanian, dan

pemantauan lingkungan. Penginderaan jauh menghasilkan data citra satelit yang

dapat diinterpretasikan secara visual maupun digital untuk memperoleh informasi

spasial mengenai permukaan bumi. Salah satu permasalahan yang relevan untuk

dikaji melalui teknologi penginderaan jauh adalah berkurangnya tutupan vegetasi

akibat perubahan tata guna lahan, terutama yang disebabkan oleh pembangunan

kawasan industri. Di Kabupaten Kendal, pembangunan Kawasan Industri Kendal

(KIK) sejak tahun 2016 telah memicu percepatan konversi lahan dari area pertanian

dan vegetasi alami menjadi kawasan terbangun.

KIK merupakan proyek kerja sama antara pemerintah Indonesia dan

Singapura yang berlokasi di wilayah Kendal bagian utara, mencakup beberapa

kecamatan seperti Kaliwungu, Brangsong, dan sekitarnya. KIK (Kawasan Industri

Kendal) adalah kawasan industri terpadu seluas ±2.700 ha di Kabupaten Kendal,

Provinsi Jawa Tengah, yang dikembangkan melalui kerja sama bilateral antara PT

Jababeka Tbk (Indonesia) dan Sembcorp Development Ltd (Singapura) dan

dioperasikan oleh PT Kawasan Industri Kendal (KIK, 2024). Perencanaan KIK

dimulai atas inisiatif Kementerian Perindustrian RI bersama Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Kendal sebagai bagian dari Program

Strategis Nasional untuk pemerataan industri. Penandatanganan kerja sama (MoU)

antara BKPM, Jababeka, dan Sembcorp berlangsung pada 2015, lalu peletakan batu

pertama dan peresmian tahap awal oleh Presiden Joko Widodo dan PM Lee Hsien

Loong pada 14 November 2016 di Semarang.

Ekspansi kawasan industri ini membawa dampak signifikan terhadap

perubahan lanskap dan keseimbangan ekologis wilayah tersebut, yang ditandai

dengan menurunnya tutupan vegetasi secara bertahap (Supriatna, 2018). Dampak

utama yang timbul meliputi: (1) penurunan kualitas ekosistem lokal akibat

berkurangnya area hijau, (2) peningkatan suhu permukaan yang memicu urban heat

island, dan (3) risiko banjir karena berkurangnya lahan resapan air. Urgensi

penelitian ini muncul dari kebutuhan memantau perubahan tutupan vegetasi secara

kuantitatif dan temporal untuk mendukung kebijakan tata ruang yang berkelanjutan.

Berdasarkan penelitian terdahulu telah mengkaji dampak pengembangan

KIK dengan pendekatan berbeda. (Putra, 2018) menggunakan model Cellular

Automata untuk memproyeksikan perubahan penggunaan lahan di sekitar KIK

hingga 2031, dan melaporkan konversi signifikan lahan tambak (−1.593,50 ha) dan

sawah (−784,35 ha) menjadi kawasan industri dan permukiman. Meski demikian,

kajian spesifik mengenai perubahan tutupan vegetasi KIK pada periode 2019–2023

dengan pengolahan NDVI di ENVI masih minim, sehingga penelitian ini

diharapkan mengisi celah tersebut dengan memberikan analisis temporal kuantitatif

yang lebih terkini. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk memetakan dan

menganalisis perubahan tutupan lahan di Kabupaten Kendal pada periode 2019–

2023 menggunakan indeks NDVI pada citra Landsat 8 di ENVI, guna mendukung

kebijakan tata ruang dan konservasi lingkungan yang berkelanjutan.

2. METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang terletak

di sebelah barat Kota Semarang pada koordinat 6°45’–7°24’ LS dan 109°40’–

110°18’ BT. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten

Batang di barat, Kota Semarang di timur, serta Kabupaten Temanggung dan

Semarang di selatan. Dengan luas sekitar 1.002,23 km², wilayah Kendal mencakup

permukiman, pertanian, hutan, pesisir, dan industri. Perkembangan pesat terjadi di

sektor industri, terutama melalui pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK),

hasil kerja sama Indonesia dan Singapura.

Lokasi studi difokuskan pada wilayah sekitar Kawasan Industri Kendal dan

sekitarnya, yang mencakup beberapa kecamatan seperti Kecamatan Kaliwungu,

Kaliwungu Selatan, Brangsong, Kendal dan Patebon. Kawasan ini dipilih karena

mengalami perubahan tutupan lahan yang signifikan dari lahan pertanian atau

vegetasi menjadi area terbangun (built-up area) akibat ekspansi industri yang pesat.

Masterplan

2.2. Variabel Penelitian

Berikut adalah variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini,

antara lain:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Perubahan kawasan industri yang diukur berdasarkan luas dan lokasi

kawasan industri yang berkembang antara tahun 2019 dan 2023.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Tutupan lahan (Vegetasi) yang diukur menggunakan NDVI (Normalized

Difference Vegetation Index) dari citra satelit untuk tahun 2019 dan 2023,

lalu dianalisis untuk melihat perubahan indeks vegetasi.

2.3 Metode

Normalize Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan indeks

kehijauan atau aktivitas fotosintesis vegetasi, dan salah satu indeks vegetasi yang

paling sering digunakan. NDVI didasarkan pada pengamatan bahwa permukaan

yang berbeda-beda merefleksikan berbagai jenis gelombang cahaya yang berbeda

beda. Vegetasi yang aktif melakukan fotosintesis akan menyerap sebagian besar

gelombang merah sinar matahari dan mencerminkan gelombang inframerah dekat

lebih tinggi. Vegetasi yang sudah mati atau stres (kurang sehat) lebih banyak

mencerminkan gelombang merah dan lebih sedikit pada gelombang inframerah

dekat (Novitasari, 2020). NDVI dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝑁𝐷𝑉𝐼 = ( NIR - RED ) / ( NIR + RED)

Adapun diagram alir untuk penelitian di bawah ini.

Diagram Alir

Gambar 2. Diagram Alir

Diagram alir tersebut menunjukkan tahapan penelitian pengolahan citra

Landsat 8 untuk analisis lingkungan. Proses dimulai dari penentuan masalah dan

studi literatur, kemudian dilanjutkan dengan input data citra Landsat 8 yang

dikalibrasi secara radiometrik. Setelah itu, dilakukan koreksi atmosferik

menggunakan dua metode, yaitu DOS dan FLAASH. Citra hasil koreksi kemudian

digunakan untuk menghitung dan mengklasifikasikan Normalize Difference

Vegetation Index (NDVI). Hasil klasifikasi dianalisis untuk menghasilkan deskripsi

spasial yang menggambarkan kondisi wilayah penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran dan Masterplan KIK

Kawasan Industri Kendal (KIK) merupakan kawasan industri terpadu yang

dibangun sebagai hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia melalui PT

Jababeka Tbk dan pemerintah Singapura melalui Sembcorp Development Ltd. KIK

mulai dikembangkan sejak tahun 2016 dan telah ditetapkan sebagai Proyek

Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017. Kawasan

ini terletak di bagian utara Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, dan

mencakup beberapa kecamatan seperti Kaliwungu, Patebon, Kendal, Brangsong,

dan Cepiring. Luas total pengembangan KIK mencapai lebih dari 2.200 hektar dan

dirancang untuk menjadi kawasan industri modern yang mendukung sektor

manufaktur, logistik, serta pusat pendidikan dan pelatihan vokasi.

3.2. Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2019-2023

Di Kawasan Industri Kendal (KIK), proses perubahan tutupan lahan

berlangsung cepat sejak kawasan tersebut mulai dikembangkan pada tahun 2016.

Citra satelit dan hasil pengolahan indeks vegetasi seperti NDVI menunjukkan pola

konversi vegetasi yang signifikan, di mana area yang sebelumnya didominasi oleh

vegetasi tinggi secara bertahap bergeser menjadi vegetasi rendah atau bahkan non-

vegetasi.

Berikut merupakan hasil dari pengolahan NDVI yang telah dilakukan di

Kawasan Industri Kendal pada tahun 2019 dan 2023.

NDVI

NDVI 2019

Gambar 3 dan 4 menunjukkan hasil perhitungan NDVI

(Normalized Difference Vegetation Index) untuk tahun 2019 dan 2023 di kawasan

yang sama. Secara umum, terlihat adanya perubahan tutupan vegetasi dari tahun

2019 ke 2023. Area dengan kategori "Non Vegetasi" dan "Vegetasi Rendah" tampak

mengalami peningkatan, terutama di bagian utara wilayah, yang mengindikasikan

adanya alih fungsi lahan atau penurunan kualitas vegetasi. Sebaliknya, wilayah dengan "Vegetasi Tinggi" dan "Vegetasi Cukup Tinggi" cenderung mengalami

penurunan luasan.

Tabel 1. Perubahan Luasan Tahun 2019 dan 2023

Tabel

Berdasarkan Tabel 1, terlihat adanya perubahan signifikan pada luasan

masing-masing kelas vegetasi antara tahun 2019 dan 2023. Kategori Vegetasi

Sedang mengalami peningkatan luas yang cukup besar dari 3.195,68 ha menjadi

5.115,27 ha, dan Vegetasi Tinggi juga menunjukkan peningkatan dari 4.070,22 ha

menjadi 4.388,22 ha. Sebaliknya, Vegetasi Cukup Tinggi mengalami penurunan

tajam dari 7.585,05 ha menjadi 5.085,57 ha. Vegetasi Rendah dan Non Vegetasi

juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar sekitar 259 ha dan 5 ha.

Perubahan ini mengindikasikan adanya pergeseran kualitas vegetasi di wilayah

tersebut, dengan kecenderungan penurunan vegetasi sangat tinggi dan peningkatan

vegetasi sedang serta rendah.

3.3. Pergeseran Dominasi Tutupan Lahan

Hasil analisis NDVI pada tahun 2019 menunjukkan bahwa wilayah studi,

khususnya di sekitar Kawasan Industri Kendal (KIK), masih didominasi oleh

kategori vegetasi tinggi (warna hijau tua). Hal ini menunjukkan bahwa pada periode

tersebut, kawasan tersebut masih memiliki penutup lahan berupa vegetasi lebat

seperti sawah aktif, kebun, atau vegetasi alami lainnya. Distribusi vegetasi tinggi

tersebar luas terutama di bagian selatan dan tengah kawasan studi, meliputi wilayah

Kecamatan Kaliwungu Selatan, Brangsong, dan sebagian Cepiring.

Namun pada tahun 2023, terjadi pergeseran dominasi tutupan lahan yang

signifikan. Kategori vegetasi tinggi mengalami penurunan drastis, dan posisi

dominan beralih ke kategori vegetasi sedang dan vegetasi rendah (warna kuning

dan oranye). Selain itu, terdapat peningkatan luasan pada area non-vegetasi (warna

merah), terutama di bagian utara dan timur wilayah studi yang beririsan langsung

dengan zona pengembangan KIK.

3.4. Pola Perubahan Vegetasi

Pola perubahan vegetasi di kawasan studi selama periode 2019 hingga 2023

menunjukkan tren yang sangat jelas menuju penurunan kualitas dan kuantitas

tutupan vegetasi. Berdasarkan hasil klasifikasi NDVI, terlihat bahwa vegetasi tinggi

mengalami konversi besar-besaran menjadi vegetasi sedang, vegetasi rendah,

bahkan non-vegetasi. Pola perubahan ini tidak tersebar secara merata, tetapi lebih

terkonsentrasi di area yang berada dalam atau berdekatan langsung dengan kawasan

pengembangan industri, terutama di Kecamatan Kaliwungu, Kaliwungu Selatan,

dan Brangsong.

Citra NDVI tahun 2019 menampilkan dominasi vegetasi tinggi yang

membentang luas, menunjukkan keberadaan lahan hijau yang relatif utuh. Namun,

pada tahun 2023, area tersebut terfragmentasi menjadi pulau-pulau vegetasi yang

lebih kecil dengan dominasi vegetasi sedang dan rendah. Pola spasial ini

mengindikasikan proses alih fungsi lahan secara bertahap, yang diawali dari

pinggiran kawasan industri lalu meluas ke arah luar mengikuti ekspansi

infrastruktur dan investasi.

3.5. Implikasi Terhadap Lingkungan

Data luasan tutupan lahan berdasarkan klasifikasi NDVI menunjukkan

adanya perubahan yang signifikan pada komposisi vegetasi di wilayah studi.

Meskipun vegetasi tinggi mengalami sedikit kenaikan dari 4.070,22 hektar pada

tahun 2019 menjadi 4.388,22 hektar pada tahun 2023 (+318 ha), hal ini tidak

sebanding dengan penurunan tajam pada kategori vegetasi cukup tinggi, yang turun

dari 7.585,05 hektar menjadi hanya 5.085,57 hektar (penurunan sekitar −2.499,48

ha). Artinya, sebagian besar area dengan tutupan vegetasi yang semula cukup lebat

mengalami degradasi ke kelas vegetasi sedang, rendah, atau bahkan non-vegetasi.

Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa kelas vegetasi

sedang dan vegetasi rendah mengalami peningkatan luasan dari tahun 2019 ke

2023. Kelas vegetasi sedang bertambah sebesar +1.919,58 ha, sementara vegetasi

rendah meningkat sebesar +259,53 ha. Peningkatan pada dua kelas ini menunjukkan adanya pergeseran tutupan lahan dari vegetasi dengan kualitas lebih

tinggi ke kondisi yang kurang lebat atau kurang sehat.

Peningkatan kelas vegetasi sedang dan rendah ini secara tidak langsung

menunjukkan adanya penurunan kualitas vegetasi secara umum. Kenaikan kecil

pada non-vegetasi (+5,42 ha) memang tampak tidak signifikan dalam angka, namun

bila dilihat secara spasial, peningkatan ini bisa merepresentasikan transformasi

lokal dalam bentuk pembangunan infrastruktur industri dan pemukiman. Implikasi

dari pola ini sangat penting untuk diperhatikan, karena penurunan kelas vegetasi

produktif berpotensi menimbulkan berbagai dampak lingkungan.

4. KESIMPULAN

Perubahan kondisi tutupan vegetasi di Kawasan sekitar KIK antara tahun

2019 dan 2023 menunjukkan adanya pola kenaikan dan penurunan tutupan vegetasi

lebat dan peningkatan area non-vegetasi maupun vegetasi rendah. Pada tahun 2019

didominasi oleh vegetasi cukup tinggi, sedangkan pada tahun 2023 didominasi oleh

vegetasi sedang. Pola non vegetasi pada tahun 2019 ke 2023 mengalami

peningkatan dari 953,578 ke 958,996 HA. Hal ini disebabkan oleh Kawasan KIK

yang sedang dalam masa Pembangunan dan pengembangan. Dikarenakan terdapat

pola dari tutupan lahan vegetasi menjadi lahan non vegetasi, perlu diperhatikan

implikasi terhadap lingkungan karena penurunan kelas vegetasi produktif

berpotensi menimbulkan berbagai dampak lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Jensen, J. R. (2007). Remote Sensing of the Environment: An Earth Resource

Perspective (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.

KIK. (2024). Kawasan Industri Kendal (KIK). Retrieved from Tentang Kami:

https://www.kendalindustrialpark.id/about-us/

KIK. (2025). Masterplan Kawasan Industri Kendal. Retrieved from Kendal

Industrial Park:

https://www.kendalindustrialpark.co.id/page/index/16/master-plan?p=3

Data Publikasi

Dinamika Populasi Ternak dan Produksi Daging Sapi di Indonesia Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 Tahun 2020

Iklim dan Bencana

10 Jul 2025

Joko Prasetyo

Dinamika Populasi Ternak dan Produksi Daging Sapi di Indonesia Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 Tahun 2020

covid-19

4 menit baca

5 dilihat

3 Proyek

Evaluasi Kesesuaian Zonasi Peta Bahaya Nasional terhadap Potensi Sesar Aktif di Koridor Jalur Sesar Lembang, Jawa Barat

Iklim dan Bencana

10 Jul 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Evaluasi Kesesuaian Zonasi Peta Bahaya Nasional terhadap Potensi Sesar Aktif di Koridor Jalur Sesar Lembang, Jawa Barat

Artikel ini berisi evaluasi mengenai kesesuaian zonasi bahaya gempa pada Peta Bahaya Gempa Nasional dengan keberadaan sesar aktif di jalur Sesar Lembang, Jawa Barat. Menggunakan pendekatan deskriptif-kuantitatif melalui analisis spasial berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG), penelitian ini akan memberikan beberapa rekomendasi dari hasil evaluasi yang ada.

15 menit baca

13 dilihat

Analisis Surface Urban Heat Island (SUHI) Menggunakan Google Earth Engine di Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2016 – 2020

Iklim dan Bencana

10 Jul 2025

IMPI Koordinator Wilayah Bandung Raya

Analisis Surface Urban Heat Island (SUHI) Menggunakan Google Earth Engine di Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2016 – 2020

Artikel kali ini membahas mengenai fenomena Surface Urban Heat Island (SUHI) di Kabupaten Manggarai Timur, Indonesia, selama periode 2016-2020 dengan menggunakan Google Earth Engine (GEE). Dengan menilik perubahan aktivitas kegiatan manusia saat Pandemi Covid-19, dilakukan pengidentifikasian perubahan SUHI di kawasan tersebut.

18 menit baca

10 dilihat

Analisis Dampak Lockdown COVID-19 terhadap Kualitas Vegetasi dan Pola Urban Sprawl di Jakarta Menggunakan Google Earth Engine

Lingkungan

10 Jul 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Dampak Lockdown COVID-19 terhadap Kualitas Vegetasi dan Pola Urban Sprawl di Jakarta Menggunakan Google Earth Engine

Penelitian ini menganalisis dampak lockdown COVID-19 (April-Juni 2020) terhadap kualitas vegetasi dan kondisi lingkungan di Jakarta menggunakan citra satelit dari Google Earth Engine. Studi ini membandingkan periode pra-COVID (2019), lockdown (2020), dan pasca-COVID (2021-2023) melalui indeks vegetasi (NDVI, EVI, SAVI), suhu permukaan tanah (LST), dan konsentrasi nitrogen dioksida (NO₂). Hasil menunjukkan peningkatan signifikan pada indeks vegetasi, terutama di wilayah peri-urban, mencerminkan pemulihan ekologis akibat berkurangnya aktivitas antropogenik. Namun, suhu permukaan tanah di urban core justru meningkat, mengindikasikan bahwa struktur fisik kota lebih memengaruhi iklim mikro daripada aktivitas manusia semata. Temuan ini menegaskan bahwa kualitas lingkungan urban sangat dipengaruhi oleh faktor spasial dan sosiodemografis, menyoroti perlunya transformasi tata ruang yang adil dan berkelanjutan, bukan hanya pengurangan aktivitas sementara, untuk resiliensi lingkungan.

21 menit baca

54 dilihat

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot