Penulis : Raya Nirwanawati dan Cahya Annisa Kamilah
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan menganalisis perubahan
tutupan lahan di Kabupaten Kendal yang disebabkan oleh ekspansi Kawasan
Industri Kendal (KIK) pada periode 2019–2023. Sejak dimulainya konstruksi pada
2016, fungsi lahan di sekitar KIK berubah drastis dari lahan pertanian serta vegetasi
alami menjadi kawasan terbangun. Analisis tutupan lahan 2009–2019 menunjukkan
penurunan luas lahan pertanian dan lahan terbuka sekaligus peningkatan pesat lahan
terbangun khususnya pada dekade terakhir saat KIK masuk tahap pengembangan
intensif. Dengan menggunakan citra satelit Landsat 8 sebagai sumber data,
penelitian ini menerapkan indeks NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)
untuk mengukur densitas vegetasi pada dua titik waktu: tahun 2019 sebagai kondisi
awal dan tahun 2023 setelah empat tahun ekspansi industri berlangsung. Metode
penelitian dimulai dengan pra-pemrosesan citra, diikuti perhitungan nilai NDVI
pada software ENVI. Klasifikasi NDVI kemudian dikelompokkan ke dalam lima
kategori: non-vegetasi, vegetasi sangat rendah, vegetasi sedang, vegetasi cukup
tinggi, dan vegetasi tinggi. Hasil menunjukkan penurunan drastis pada kategori
vegetasi tinggi dari 49.879,28 ha pada 2019 menjadi 30.244,73 ha pada 2023
(−16.904,65 ha). Sebaliknya, area non-vegetasi meningkat dari 603,15 ha menjadi
1.747,46 ha (+704,02 ha), vegetasi rendah naik dari 1.369,19 ha menjadi
3.865,60 ha (+1.285,42 ha), dan vegetasi sedang bertambah dari 20.941,98 ha
menjadi 36.972,86 ha (+14.030,88 ha). Kenaikan tipis juga terjadi pada vegetasi
cukup tinggi (+970,79 ha). Ekspansi industri mengubah lahan bervegetasi lebat
menjadi area terbangun dan vegetasi rendah sedang, berisiko menurunkan kualitas
ekosistem. Studi ini merekomendasikan pemantauan berkelanjutan dan kebijakan
tata ruang yang memperkuat ruang terbuka hijau.
Kata Kunci: Tutupan Lahan; NDVI (Normalized Difference Vegetation Index);
Ekspansi Kawasan Industri Kendal (KIK).
1. PENDAHULUAN
Teknologi penginderaan jauh telah berkembang pesat dan banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang, seperti perikanan, kehutanan, pertanian, dan
pemantauan lingkungan. Penginderaan jauh menghasilkan data citra satelit yang
dapat diinterpretasikan secara visual maupun digital untuk memperoleh informasi
spasial mengenai permukaan bumi. Salah satu permasalahan yang relevan untuk
dikaji melalui teknologi penginderaan jauh adalah berkurangnya tutupan vegetasi
akibat perubahan tata guna lahan, terutama yang disebabkan oleh pembangunan
kawasan industri. Di Kabupaten Kendal, pembangunan Kawasan Industri Kendal
(KIK) sejak tahun 2016 telah memicu percepatan konversi lahan dari area pertanian
dan vegetasi alami menjadi kawasan terbangun.
KIK merupakan proyek kerja sama antara pemerintah Indonesia dan
Singapura yang berlokasi di wilayah Kendal bagian utara, mencakup beberapa
kecamatan seperti Kaliwungu, Brangsong, dan sekitarnya. KIK (Kawasan Industri
Kendal) adalah kawasan industri terpadu seluas ±2.700 ha di Kabupaten Kendal,
Provinsi Jawa Tengah, yang dikembangkan melalui kerja sama bilateral antara PT
Jababeka Tbk (Indonesia) dan Sembcorp Development Ltd (Singapura) dan
dioperasikan oleh PT Kawasan Industri Kendal (KIK, 2024). Perencanaan KIK
dimulai atas inisiatif Kementerian Perindustrian RI bersama Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Kendal sebagai bagian dari Program
Strategis Nasional untuk pemerataan industri. Penandatanganan kerja sama (MoU)
antara BKPM, Jababeka, dan Sembcorp berlangsung pada 2015, lalu peletakan batu
pertama dan peresmian tahap awal oleh Presiden Joko Widodo dan PM Lee Hsien
Loong pada 14 November 2016 di Semarang.
Ekspansi kawasan industri ini membawa dampak signifikan terhadap
perubahan lanskap dan keseimbangan ekologis wilayah tersebut, yang ditandai
dengan menurunnya tutupan vegetasi secara bertahap (Supriatna, 2018). Dampak
utama yang timbul meliputi: (1) penurunan kualitas ekosistem lokal akibat
berkurangnya area hijau, (2) peningkatan suhu permukaan yang memicu urban heat
island, dan (3) risiko banjir karena berkurangnya lahan resapan air. Urgensi
penelitian ini muncul dari kebutuhan memantau perubahan tutupan vegetasi secara
kuantitatif dan temporal untuk mendukung kebijakan tata ruang yang berkelanjutan.
Berdasarkan penelitian terdahulu telah mengkaji dampak pengembangan
KIK dengan pendekatan berbeda. (Putra, 2018) menggunakan model Cellular
Automata untuk memproyeksikan perubahan penggunaan lahan di sekitar KIK
hingga 2031, dan melaporkan konversi signifikan lahan tambak (−1.593,50 ha) dan
sawah (−784,35 ha) menjadi kawasan industri dan permukiman. Meski demikian,
kajian spesifik mengenai perubahan tutupan vegetasi KIK pada periode 2019–2023
dengan pengolahan NDVI di ENVI masih minim, sehingga penelitian ini
diharapkan mengisi celah tersebut dengan memberikan analisis temporal kuantitatif
yang lebih terkini. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk memetakan dan
menganalisis perubahan tutupan lahan di Kabupaten Kendal pada periode 2019–
2023 menggunakan indeks NDVI pada citra Landsat 8 di ENVI, guna mendukung
kebijakan tata ruang dan konservasi lingkungan yang berkelanjutan.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang terletak
di sebelah barat Kota Semarang pada koordinat 6°45’–7°24’ LS dan 109°40’–
110°18’ BT. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten
Batang di barat, Kota Semarang di timur, serta Kabupaten Temanggung dan
Semarang di selatan. Dengan luas sekitar 1.002,23 km², wilayah Kendal mencakup
permukiman, pertanian, hutan, pesisir, dan industri. Perkembangan pesat terjadi di
sektor industri, terutama melalui pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK),
hasil kerja sama Indonesia dan Singapura.
Lokasi studi difokuskan pada wilayah sekitar Kawasan Industri Kendal dan
sekitarnya, yang mencakup beberapa kecamatan seperti Kecamatan Kaliwungu,
Kaliwungu Selatan, Brangsong, Kendal dan Patebon. Kawasan ini dipilih karena
mengalami perubahan tutupan lahan yang signifikan dari lahan pertanian atau
vegetasi menjadi area terbangun (built-up area) akibat ekspansi industri yang pesat.

2.2. Variabel Penelitian
Berikut adalah variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini,
antara lain:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Perubahan kawasan industri yang diukur berdasarkan luas dan lokasi
kawasan industri yang berkembang antara tahun 2019 dan 2023.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Tutupan lahan (Vegetasi) yang diukur menggunakan NDVI (Normalized
Difference Vegetation Index) dari citra satelit untuk tahun 2019 dan 2023,
lalu dianalisis untuk melihat perubahan indeks vegetasi.
2.3 Metode
Normalize Difference Vegetation Index (NDVI) merupakan indeks
kehijauan atau aktivitas fotosintesis vegetasi, dan salah satu indeks vegetasi yang
paling sering digunakan. NDVI didasarkan pada pengamatan bahwa permukaan
yang berbeda-beda merefleksikan berbagai jenis gelombang cahaya yang berbeda
beda. Vegetasi yang aktif melakukan fotosintesis akan menyerap sebagian besar
gelombang merah sinar matahari dan mencerminkan gelombang inframerah dekat
lebih tinggi. Vegetasi yang sudah mati atau stres (kurang sehat) lebih banyak
mencerminkan gelombang merah dan lebih sedikit pada gelombang inframerah
dekat (Novitasari, 2020). NDVI dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑁𝐷𝑉𝐼 = ( NIR - RED ) / ( NIR + RED)
Adapun diagram alir untuk penelitian di bawah ini.

Gambar 2. Diagram Alir
Diagram alir tersebut menunjukkan tahapan penelitian pengolahan citra
Landsat 8 untuk analisis lingkungan. Proses dimulai dari penentuan masalah dan
studi literatur, kemudian dilanjutkan dengan input data citra Landsat 8 yang
dikalibrasi secara radiometrik. Setelah itu, dilakukan koreksi atmosferik
menggunakan dua metode, yaitu DOS dan FLAASH. Citra hasil koreksi kemudian
digunakan untuk menghitung dan mengklasifikasikan Normalize Difference
Vegetation Index (NDVI). Hasil klasifikasi dianalisis untuk menghasilkan deskripsi
spasial yang menggambarkan kondisi wilayah penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Gambaran dan Masterplan KIK
Kawasan Industri Kendal (KIK) merupakan kawasan industri terpadu yang
dibangun sebagai hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia melalui PT
Jababeka Tbk dan pemerintah Singapura melalui Sembcorp Development Ltd. KIK
mulai dikembangkan sejak tahun 2016 dan telah ditetapkan sebagai Proyek
Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017. Kawasan
ini terletak di bagian utara Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, dan
mencakup beberapa kecamatan seperti Kaliwungu, Patebon, Kendal, Brangsong,
dan Cepiring. Luas total pengembangan KIK mencapai lebih dari 2.200 hektar dan
dirancang untuk menjadi kawasan industri modern yang mendukung sektor
manufaktur, logistik, serta pusat pendidikan dan pelatihan vokasi.
3.2. Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2019-2023
Di Kawasan Industri Kendal (KIK), proses perubahan tutupan lahan
berlangsung cepat sejak kawasan tersebut mulai dikembangkan pada tahun 2016.
Citra satelit dan hasil pengolahan indeks vegetasi seperti NDVI menunjukkan pola
konversi vegetasi yang signifikan, di mana area yang sebelumnya didominasi oleh
vegetasi tinggi secara bertahap bergeser menjadi vegetasi rendah atau bahkan non-
vegetasi.
Berikut merupakan hasil dari pengolahan NDVI yang telah dilakukan di
Kawasan Industri Kendal pada tahun 2019 dan 2023.


Gambar 3 dan 4 menunjukkan hasil perhitungan NDVI
(Normalized Difference Vegetation Index) untuk tahun 2019 dan 2023 di kawasan
yang sama. Secara umum, terlihat adanya perubahan tutupan vegetasi dari tahun
2019 ke 2023. Area dengan kategori "Non Vegetasi" dan "Vegetasi Rendah" tampak
mengalami peningkatan, terutama di bagian utara wilayah, yang mengindikasikan
adanya alih fungsi lahan atau penurunan kualitas vegetasi. Sebaliknya, wilayah dengan "Vegetasi Tinggi" dan "Vegetasi Cukup Tinggi" cenderung mengalami
penurunan luasan.
Tabel 1. Perubahan Luasan Tahun 2019 dan 2023

Berdasarkan Tabel 1, terlihat adanya perubahan signifikan pada luasan
masing-masing kelas vegetasi antara tahun 2019 dan 2023. Kategori Vegetasi
Sedang mengalami peningkatan luas yang cukup besar dari 3.195,68 ha menjadi
5.115,27 ha, dan Vegetasi Tinggi juga menunjukkan peningkatan dari 4.070,22 ha
menjadi 4.388,22 ha. Sebaliknya, Vegetasi Cukup Tinggi mengalami penurunan
tajam dari 7.585,05 ha menjadi 5.085,57 ha. Vegetasi Rendah dan Non Vegetasi
juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar sekitar 259 ha dan 5 ha.
Perubahan ini mengindikasikan adanya pergeseran kualitas vegetasi di wilayah
tersebut, dengan kecenderungan penurunan vegetasi sangat tinggi dan peningkatan
vegetasi sedang serta rendah.
3.3. Pergeseran Dominasi Tutupan Lahan
Hasil analisis NDVI pada tahun 2019 menunjukkan bahwa wilayah studi,
khususnya di sekitar Kawasan Industri Kendal (KIK), masih didominasi oleh
kategori vegetasi tinggi (warna hijau tua). Hal ini menunjukkan bahwa pada periode
tersebut, kawasan tersebut masih memiliki penutup lahan berupa vegetasi lebat
seperti sawah aktif, kebun, atau vegetasi alami lainnya. Distribusi vegetasi tinggi
tersebar luas terutama di bagian selatan dan tengah kawasan studi, meliputi wilayah
Kecamatan Kaliwungu Selatan, Brangsong, dan sebagian Cepiring.
Namun pada tahun 2023, terjadi pergeseran dominasi tutupan lahan yang
signifikan. Kategori vegetasi tinggi mengalami penurunan drastis, dan posisi
dominan beralih ke kategori vegetasi sedang dan vegetasi rendah (warna kuning
dan oranye). Selain itu, terdapat peningkatan luasan pada area non-vegetasi (warna
merah), terutama di bagian utara dan timur wilayah studi yang beririsan langsung
dengan zona pengembangan KIK.
3.4. Pola Perubahan Vegetasi
Pola perubahan vegetasi di kawasan studi selama periode 2019 hingga 2023
menunjukkan tren yang sangat jelas menuju penurunan kualitas dan kuantitas
tutupan vegetasi. Berdasarkan hasil klasifikasi NDVI, terlihat bahwa vegetasi tinggi
mengalami konversi besar-besaran menjadi vegetasi sedang, vegetasi rendah,
bahkan non-vegetasi. Pola perubahan ini tidak tersebar secara merata, tetapi lebih
terkonsentrasi di area yang berada dalam atau berdekatan langsung dengan kawasan
pengembangan industri, terutama di Kecamatan Kaliwungu, Kaliwungu Selatan,
dan Brangsong.
Citra NDVI tahun 2019 menampilkan dominasi vegetasi tinggi yang
membentang luas, menunjukkan keberadaan lahan hijau yang relatif utuh. Namun,
pada tahun 2023, area tersebut terfragmentasi menjadi pulau-pulau vegetasi yang
lebih kecil dengan dominasi vegetasi sedang dan rendah. Pola spasial ini
mengindikasikan proses alih fungsi lahan secara bertahap, yang diawali dari
pinggiran kawasan industri lalu meluas ke arah luar mengikuti ekspansi
infrastruktur dan investasi.
3.5. Implikasi Terhadap Lingkungan
Data luasan tutupan lahan berdasarkan klasifikasi NDVI menunjukkan
adanya perubahan yang signifikan pada komposisi vegetasi di wilayah studi.
Meskipun vegetasi tinggi mengalami sedikit kenaikan dari 4.070,22 hektar pada
tahun 2019 menjadi 4.388,22 hektar pada tahun 2023 (+318 ha), hal ini tidak
sebanding dengan penurunan tajam pada kategori vegetasi cukup tinggi, yang turun
dari 7.585,05 hektar menjadi hanya 5.085,57 hektar (penurunan sekitar −2.499,48
ha). Artinya, sebagian besar area dengan tutupan vegetasi yang semula cukup lebat
mengalami degradasi ke kelas vegetasi sedang, rendah, atau bahkan non-vegetasi.
Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa kelas vegetasi
sedang dan vegetasi rendah mengalami peningkatan luasan dari tahun 2019 ke
2023. Kelas vegetasi sedang bertambah sebesar +1.919,58 ha, sementara vegetasi
rendah meningkat sebesar +259,53 ha. Peningkatan pada dua kelas ini menunjukkan adanya pergeseran tutupan lahan dari vegetasi dengan kualitas lebih
tinggi ke kondisi yang kurang lebat atau kurang sehat.
Peningkatan kelas vegetasi sedang dan rendah ini secara tidak langsung
menunjukkan adanya penurunan kualitas vegetasi secara umum. Kenaikan kecil
pada non-vegetasi (+5,42 ha) memang tampak tidak signifikan dalam angka, namun
bila dilihat secara spasial, peningkatan ini bisa merepresentasikan transformasi
lokal dalam bentuk pembangunan infrastruktur industri dan pemukiman. Implikasi
dari pola ini sangat penting untuk diperhatikan, karena penurunan kelas vegetasi
produktif berpotensi menimbulkan berbagai dampak lingkungan.
4. KESIMPULAN
Perubahan kondisi tutupan vegetasi di Kawasan sekitar KIK antara tahun
2019 dan 2023 menunjukkan adanya pola kenaikan dan penurunan tutupan vegetasi
lebat dan peningkatan area non-vegetasi maupun vegetasi rendah. Pada tahun 2019
didominasi oleh vegetasi cukup tinggi, sedangkan pada tahun 2023 didominasi oleh
vegetasi sedang. Pola non vegetasi pada tahun 2019 ke 2023 mengalami
peningkatan dari 953,578 ke 958,996 HA. Hal ini disebabkan oleh Kawasan KIK
yang sedang dalam masa Pembangunan dan pengembangan. Dikarenakan terdapat
pola dari tutupan lahan vegetasi menjadi lahan non vegetasi, perlu diperhatikan
implikasi terhadap lingkungan karena penurunan kelas vegetasi produktif
berpotensi menimbulkan berbagai dampak lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Jensen, J. R. (2007). Remote Sensing of the Environment: An Earth Resource
Perspective (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall.
KIK. (2024). Kawasan Industri Kendal (KIK). Retrieved from Tentang Kami:
https://www.kendalindustrialpark.id/about-us/
KIK. (2025). Masterplan Kawasan Industri Kendal. Retrieved from Kendal
Industrial Park:
https://www.kendalindustrialpark.co.id/page/index/16/master-plan?p=3