I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Banyumas pada tahun 2024 mencapai angka 1,04% menurut data Badan Pusat Statistik (BPS). Jika dibandingkan dengan data pertumbuhan penduduk pada tahun 2021, maka Kabupaten Banyumas mengalami peningkatan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 0,09%. Pertambahan penduduk dapat menjadi salah satu pemicu utama permasalahan persampahan. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan pengelolaan sampah yang baik dan tidak menimbulkan efek samping bagi sekitar (Ihsanudin, 2022).
Penelitian yang dilakukan oleh Ihsanudin (2022) menggunakan pemodelan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk membuat peta keterjangkauan permukiman dengan TPS di Kabupaten Klaten. Analisis yang digunakan yaitu analisis jaringan dengan area layanan. Area layanan dikelompokan menjadi dua yaitu dengan jarak 1.000 dan 2.000 meter. Analisis ini menggunakan analisis vektor dengan data lokasi TPS, permukiman kota, permukiman desa, dan batas administrasi sebagai data masukan.
Penelitian terdahulu menggunakan analisis vektor untuk mengetahui area layanan TPS terhadap permukiman. Namun, pada kenyataannya terdapat fasilitas yang lokasinya berada pada perbatasan batas administrasi (Burdziej, 2019). Tidak jarang fasilitas yang berada di perbatasan batas administrasi diabaikan. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menerapkan analisis grid, salah satunya adalah grid heksagon. Grid heksagon mampu menyajikan hasil analisis aksesibilitas yang hampir kontinyu tanpa adanya interpolasi serta memiliki jarak yang sama terhadap tetangga (Zhu dkk., 2005).
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2021 perkiraan timbunan sampah pada tahun 2023 di Kabupaten Banyumas mencapai 450.015 ton per tahun dengan asumsi pertumbuhan penduduk mencapai 0,94% per tahun. Oleh karena itu, perlu diketahui pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas agar dapat memenuhi pelayanan penanganan sampah di seluruh area. SIG dapat membantu untuk mengetahui area layanan tempat pengumpulan sampah (TPS) terhadap permukiman. Analisis area layanan dilakukan dalam grid heksagon agar distribusi titik pengambilan sampel baik (Burdziej, 2019). Hasil dari analisis ini ditampilkan dalam platform MAPID agar dapat dipublikasikan kepada masyarakat dan dijadikan sebagai penentu kebijakan lebih lanjut bagi pemerintah.
I.2 Rumusan Masalah
Peristiwa banjir di kawasan perkotaan Kabupaten Banyumas disebabkan karena topografi wilayah, pengaruh iklim, dan kondisi drainase yang kurang optimal. Hal ini diperparah dengan banyaknya sampah yang menumpuk di saluran air pembuangan. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2021 perkiraan timbunan sampah pada tahun 2023 di Kabupaten Banyumas mencapai 450.015 ton per tahun dengan asumsi pertumbuhan penduduk mencapai 0,94% per tahun, dengan total timbunan sampah per hari mencapai 850 ton dari sampah rumah tangga. Permasalahan ini menjadi salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu tujuan 11 menjadikan kota dan permukiman yang inklusif, aman tangguh, dan berkelanjutan. Tujuan ini diharapkan dapat dicapai di seluruh daerah di Kabupaten Banyumas pada tahun 2030 menurut Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 7 Tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui area layanan TPS 3R, PDU, dan TPST terhadap permukiman di Kabupaten Banyumas. Setelah itu, dilakukan analisis kesesuaian kapasitas pelayanan TPS 3R, PDU, dan TPST di Kabupaten Banyumas. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilakukan pendekatan SIG menggunakan analisis keterjangkauan TPS 3R, PDU, dan TPST terhadap permukiman di Kabupaten Banyumas.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan analisis spasial TPS 3R, PDU, dan TPST. Sedangkan untuk tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:
-
1.Mengetahui area layanan TPS 3R, PDU, dan TPST terhadap permukiman di Kabupaten Banyumas.
-
2.Mengetahui kesesuaian kapasitas pelayanan TPS 3R, PDU, dan TPST di Kabupaten Banyumas.
II. Metode Penelitian
II.1 Lokasi
Penelitian dilakukan di Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di sebelah Barat Daya. Kabupaten Banyumas memiliki luas daerah sebesar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 Ha. Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan dan 301 desa atau kelurahan.
II.2 Tahapan Penelitian
II. 2. 1 Daerah Layanan TPS 3R, PDU, dan TPST

Daerah layanan dapat terbentuk dengan menggunakan tools iso area as polygon. Data masukan yang diperlukan yaitu data spasial lokasi TPS 3R, PDU, dan TPST serta jaringan jalan. Proses ini menghasilkan keluaran berupa data vektor dan raster. Data yang digunakan untuk analisis selanjutnya adalah data raster.
Selain itu, data spasial permukiman perlu diubah menjadi grid heksagon. Proses perubahan ini menggunakan tools create grid layer pada plugin MMQGIS. Grid yang telah terbentuk kemudian dipilih agar menampilkan grid yang berada di area permukiman saja. Proses ini memanfaatkan tools select by location. Grid permukiman kemudian dilakukan zonal statistics dengan raster daerah layanan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui area permukiman mana yang dapat dijangkau dalam suatu daerah layanan. Langkah terakhir adalah melakukan simbolisasi pada data daerah layanan sesuai dengan kriteria.
II. 2. 2 Analisis Kesesuaian Kapasitas Pelayanan TPS 3R, PDU, dan TPST

Daerah layanan yang sudah terbentuk belum memiliki jumlah penduduk pada atribut tabelnya. Maka, data bangunan yang diambil dari OSM dapat dimanfaatkan untuk mengetahui jumlah penduduk pada grid. Bangunan yang telah di unduh dari OSM dapat dibuat centroid yang kemudian dilakukan count in polygon untuk mengetahui jumlah bangunan pada suatu grid. Jumlah penduduk dihitung dari jumlah bangunan yang dikalikan dengan rerata jumlah penduduk di setiap bangunan.
Menurut SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, rerata sampah yang dihasilkan seseorang setiap harinya adalah 2,5 L. Jumlah timbunan sampah daerah layanan perhari dapat dihitung dengan mengalikan rerata sampah seseorang per hari dengan jumlah penduduk. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan volume timbunan sampah pada setiap TPS 3R, PDU, dan TPST.
Bagi daerah layanan yang tumpang tindih dilakukan analisis tambahan yaitu OD Cost Matrix. OD Cost Matrix untuk mengetahui rekomendasi fasilitas persampahan terdekat dari total cost minimal yang dibutuhkan.
III. Hasil
III. 1 Daerah Layanan TPS 3R, PDU, dan TPST
Peta area layanan TPS 3R, PDU, dan TPST dibuat dengan menggunakan sistem koordinat WGS 1984. Pada peta statik, peta ditampilkan dalam skala 1:200.000. Peta menampilkan titik TPS 3R, PDU, dan TPST, dan sebaran area layanannya. TPS 3R ditunjukan dengan warna ungu, PDU ditunjukan dengan warna jingga, dan TPST ditunjukan dengan warna biru muda. Sedangkan, simbolisasi choropleth digunakan untuk menunjukan area layanan. Warna merah menunjukan area yang berjarak lebih dari 1.000 meter, sedangkan warna biru menunjukan area yang berjarak kurang dari 1.000 meter dari TPS 3R, PDU, dan TPST.
Peta menunjukan bahwa mayoritas area permukiman masih berwarna merah. Dari total 59.254 grid permukiman yang terbentuk, masih terdapat 49.466 grid yang berwarna merah. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak area permukiman yang belum terjangkau oleh area layanan. Terdapat sebanyak 79,789% penduduk belum terlayani oleh TPS 3R, PDU, dan/atau TPS 3R.
III. 2 Analisis Kesesuaian Kapasitas Pelayanan TPS 3R, PDU, dan TPST
Terdapat 15 fasilitas persampahan yang memiliki kapasitas volume yang tidak sesuai. Nilai kapasitas volume lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah sampah penduduk layanan per harinya. Fasilitas persampahan tersebut adalah TPS 3R Mersi, Berkoh, Karangpucung, Cemara (Purwokerto Kidul), Purwokerto Kulon, Kranji Bersih Mandiri (Karanglewas Lor), Barokah (Rejasari), Arcawinangun, Bersih Sejati (Purwojati), Sae (Purwokerto Wetan), PDU Brayan (Tanjung), Gempar Jaya (Kober), Ceria (Pasir Kidul), Karangklesem, dan Sumampir. Sedangkan 12 fasilitas persampahan lainnya sudah sesuai dengan jumlah sampah per hari penduduk di sekitarnya.