Latar Belakang
Kota Bogor yang merupakan kota satelit bagi Kota JABODETABEK dan sebagai kota wisata kian tahun mengalami transformasi yang signifikan terutama pada mobilitas warganya baik di hari biasa maupun di hari weekendyang menyebabkan Kota Bogor selalu mengalami kemacetan yang sulit terhindarkan. Salah satu pilar penting dalam transformasi ini salah satunya ialah pengembangan sistem transportasi publik yang efektif, efisien, dan berkelanjutan. Biskita yang merupakan pembaharuan dari bis Trans Pakuan sekiranya dapat menjadi salah satu dari jawaban masalah kemacetaan juga sebagai moda transportasi umum yang ada di Kota Bogor. Biskita dapat menjadi salah satu alternatif yang masuk dalam rencana pembangunan transportasi umum massal yang perlu dipertimbangkan mengingat moda tersebut masuk dalam kewenangan Pemerintah Kota Bogor bersama BPTJ (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek) yang mana sampai saat ini sudah memiliki 5 Koridor yang telah beroperasi sejak tahun 2021 dengan jumlah halte sebanyak 82, tentu hal ini perlu lebih dipertimbangkan mengingat transportasi umum massal di Kota Bogor mengandalkan Angktan Kota yang jumlahnya banyak namun tidak diimbangi dengan fasilitas yang kurang memadai.
Evaluasi terhadap sebaran dan jangakauan layanan Biskita Transpakuan ini menjadi diharapkan menjadi pertimbangan serta langkah strategis bagi Pemerintah Kota Bogor untuk mengukur sejauh mana program ini telah berkontribusi dalam mencapai tujuan pembangunan kota. Analisis terhadap data spasial mengenai lokasi halte, frekuensi perjalanan, dan banyaknya penumpang akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai efektivitas Biskita dalam melayani masyarakat Kota Bogor. Selain itu, evaluasi ini juga penting untuk mengidentifikasi area-area yang masih belum terlayani atau terjangkau oleh Biskita, sehingga dapat menjadi dasar perencanaan pengembangan jaringan rute atau koridor serta frekuensi layanan di masa yang akan datang. Dengan demikian, evaluasi ini akan memberikan masukan berharga bagi pemerintah serta BPTJ dalam menyusun kebijakan transportasi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan, sejalan dengan target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bogor tahun 2025-2045.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi persebaran dan jangkauan dari halte Biskita Kota Bogor dalam mencakupi akomodasi transportasi umum massal khususnya di wilayah Kota Bogor
Metode Penelitian
Dalam analisis ini, saya menggunakan pendekatan spasial untuk memetakan dan mengevaluasi sebaran dan jangkauan dari halte Biskita. Dengan memanfaatkan fitur yang ada pada GEOMAPID yang termasuk dalam perangkan lunak Sistem Informasi Geografis (SIG), penulis akan melakukan analisis kerapatan spasial antar halte dan jangkauan atau radius pelayanan halte yang tertuang pada SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Metode ini memungkinkan visualisasi distirbusi secara georgrafis, sehingga dapat dengan mudah diidentifikasi area-area yang memiliki aksebilitas tinggi dan rendah terhadap layanan transportasi umum Biskita.
Gambar 1.1 Tabel Kebutuhan dan Persyaratan Jaringan Transportasi Lokal pada Lingkungan Perumahan
Sumber : SNI-03-1733-2004
Berdasarkan tabel diatas, SNI menyimpulkan bahwa jarak optimal antar halte Biskita adalah sekitar 400 meter. Jarak ini dinilai ideal untuk menjangkau sebagian besar pengguna layanan, terutama mereka yang tinggal di lingkungan perkotaan. Selain itu, radius pelayanan setiap halte diperkirakan mencapai 1000 meter persegi, yang menunjukan cakupan layanan yang cukup luas dalam skala kelurahan.
Hasil dan Pembahasan
Gambar 1.2 Peta Sebaran Halte di Kota Bogor
Sebaran 82 halte Biskita di Kota Bogor yang merupakan campuran antara halte Trans Pakuan sebanyak 34 dan 48 Halte baru yang juga dipakai oleh transportasi umum Biskita, cenderung terkonsentrasi di bagian pusat kota dikarenakan akses untuk menuju antar kecamatan di Kota Bogor sebagian besar harus melewati bagian pusat kota, sehingga mengakibatkan ketimpangan aksebilitas transportasi di beberapa wilayah. Adanya area yang belum terlayani halte Biskita membutuhkan kajian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penempatan halte. Kepadatan penduduk di suatu wilayah kecamatan dapat menjadi indikator potensial untuk penentuan lokasi halte baru, terutama di area-area strategis yang menjadi titik asal serta titik tujuan mobilitas masyarakat Kota Bogor itu sendiri.
Gambar 1.3 Kondisi dan Perbedaan di salah satu Titik Halte baru dan halte yang lama
Gambar 1.4 Peta Radius Jarak Antar Halte di Kota Bogor
Berdasarkan analisis jarak antar halte Biskita, umumnya ditemukan jarak ideal sekitar 400 meter berdasarkan SNI-03-1733-2004. Namun pada hasil pemetaan dibeberapa titik wilayah kecamatan yang ada di Kota Bogor terdapat beberapa halte yang jarak nya masih tidak ideal. Hal ini mengindikasikan adanya potensi perbaikan pada jarak antar halte di wilayah tersebut untuk dioptimalkan pelayanannya.
Gambar 1.5 Peta Radius Jarak Pelayanan Halte di Kota Bogor
Berdasarkan hasil analisis pemetaan radius pelayanan halte di kota Bogor menunjukan adanya ketidakmerataan meskipun telah terdapat 82 halte yang tersebar namun masih terdapat sejumlah wilayah yang belum terlayani oleh layanan transportasi tersebut seperti di bagian utara Kota Bogor yaitu sebagian wilayah Kecamatan Tanah Sareal dan di bagian selatan sebagian Kecamatan Bogor Selatan. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi dan upaya peningkatan baik secara kualitan maupun kuantitas halte Biskita untuk memastikan cakupan layanan yang lebih merata di seluruh wilayah Kota Bogor.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis spasial sebaran dan jangkauan halte Biskita di kota Bogor dapat disimpulkan bahwa :
-
1.Ketidakmerataan distirbusi fasilitas sebaran halte, sebaran halte cenderung beraglomerasi atau berpusat di bagian pusat kota yaitu di Kecamatan Bogor Tengah, menyebabkan di beberapa wilayah terutama diluar pusat kota tidak terjangkau akses terhadap layanan transportasi umum ini sehingga memaksa masyarakat menggunakan kendaraan pribadi atau memilih naik angkutan umum perkotaan (Angkot) .
-
2.Jarak antar halte, secara umum jarak antar halte sudah memenuhi standar hanya sedikit halte yang jaraknya tidak memenuhi standar, namun terdapat beberapa halte yang perlu diperhatikan baik dari kualitas maupun kuantitasnya agar masyarakat Kota Bogor dapat menggunakan fasilitas tersebut secara aman, bersih, dan nyaman.
-
3.Potensi peningkatan kualitas dan kuantitas halte, masih terdapat potensi untuk meningkatkan kualitas terutama di wilayah yang sedikit sepi seperti contohnya halte mawar di Bogor Barat dan kuantitas halte Biskita yang perlu diperluas ke beberapa kecamatan lainnya agar jangkauan dan jarak antar halte dapat mencakupi layanan yang lebih merata nantinya.
Rekomendasi
-
1.Pemetaan wilayah prioritas : Melakukan pemetaan wilayah yang belum terlayani atau belum memiliki akses terbatas terhadap halte Biskita, dengan mempertimbangkan faktor kepadatan penduduk, pusat aktivitas, dan potensi pertumbuhan wilayah.
-
2.Penentuan lokasi halte baru : Menentukan lokasi-lokasi strategis untuk penambahan halte baru berdasarkan hasil pemetaan dan juga survei secara langsung di lapangan, dengan mempertimbangkan jarak optimal antar halte, rute atau koridor Biskita, dan ketersediaan lahan.
-
3.Evaluasi ulang jarak antar halte : Melakukan evaluasi ulang terhadap jarak antar halte yang sudah ada, terutama di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi atau pusat aktivitas yang ramai, untuk memastikan jarak yang optimal
-
4.Pembenahan fasilitas dan informasi mengenai transportasi umum Biskita terkait jadwal, waktu, koridor, dan biaya khusus untuk beberapa golongan agar masyarakat dapat menggunakan atau beralih ke transportasi umum Biskita Kota Bogor
Daftar Pustaka
Dokumen Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bogor Tahun 2024 Diakses daripdfhttps://bapperida.kotabogor.go.id/pocontent/uploads/rpjpd_kota_bogor_tahun_2025_2045_rancangan_akhir.pdf
SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Diakses dari https://www.nawasis.org/portal/digilib/read/sni-03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan-perumahan-di-perkotaan/51450
Artikel Publikasi Dhifan Rizqon Kusuma Djenie, November 2024 https://geo.mapid.io/blog_read/mengevaluasi-sebaran-dan-jangkauan-transportasi-bst-batik-solo-trans-dalam-rencana-pembangunan-kota-surakarta-20252045