PENDAHULUAN
Kemacetan adalah salah satu permasalahan yang makin sering terjadi sejalan dengan berkembangnya daerah urbanisasi. Kemacetan biasanya terjadi pada jam sibuk, biasanya pagi hari saat pelajar dan pekerja berangkat dari rumah dan siang hingga petang saat mereka kembali ke rumah.
Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan peningkatan moda transportasi umum untuk mengurangi volume kendaraan di jalan. Peningkatan moda transportasi ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu target SDGs adalah target nomor 11.2 yang menargetkan pada tahun 2030, menyediakan akses ke sistem transportasi yang aman, terjangkau, mudah diakses, dan berkelanjutan bagi semua orang, meningkatkan keselamatan jalan raya, terutama dengan memperluas angkutan umum, dengan perhatian khusus pada kebutuhan mereka yang berada dalam situasi rentan, perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, dan orang lanjut usia.
Kota Makassar adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di indonesia dan merupakan kota terbesar dan menjadi pusat ekonomi di Kawasan Timur Indonesia, tidak hanya sebagai pusat ekonomi namun juga sebagai pusat pendidikan yang terus berkembang (Praatiwi dan Nikensari, 2024). Seiring perkembangannya, Kota Makassar terus mengalami peningkatan jumlah penduduk dan urbanisasi yang pesat, sehingga kebutuhan terhadap pelayanan dasar seperti transportasi dan juga pendidikan ikut meningkat.
Dalam upaya peningkatan kota layak huni dan berkelanjutan, salah satu konsep yang dapat digunakan adalah konsep 15 Minutes City atau kota 15 menit. Konsep Kota 15 Menit adalah konsep yang berdasarkan pada aksesibilitas terhadap fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dalam jarak tidak lebih dari 15 menit dengan berjalan kaki atau sepeda (Moreno Dkk., 2021). Konsep ini diharapkan mendukung efisiensi mobilitas dan meningkatkan kualitas masyarakat dengan kemudahan akses yang merata.
Berkaitan dengan hal tersebut, keterjangkauan fasilitas pendidikan dengan moda transportasi umum menjadi salah satu indikator dalam menilai sejauh mana kota Kota Makassar sudah terintegrasi dengan transportasi umum yang menjangkau seluruh kawasan permukiman, dan seberapa besar kesenjangan aksesibilitas pendidikan berdasarkan moda transportasi umum.
METODE
Data yang digunakan dalam penelitian ini mengambil dari database MAPID berupa titik sebaran sekolah, Halte, dan data Demografi Penduduk Kota Makassar Semester II Tahun 2024. Adapun data lainnya seperti data Jalan dan Area Permukiman menggunakan data dari Peta Rupa Bumi Indonesia. Untuk Data Rute Angkot dan titik perhentian Bus BRT menggunakan data Scrapping dari Google Maps, dan artikel artikel yang berkaitan.
Alur dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut

Isokron merupakan metode yang mengukur keterjangkauan sebuah lokasi yang dapat dijangkau dari posisi awal yang tetap dengan cara transportasi dan waktu yang telah ditentukan (Panjaitan, 2025). Dalam penelitian ini Titik Awal Isokron mengggunakan titik halte dan perhentian Bus BRT dan dari rute angkot untuk mengetahui sejauh mana kedua transportasi umum tersebut dapat dijangkau dengan berjalan kaki selama 15 Menit. Selain itu Isokron juga digunakan dalam memberikan rekomendasi dimana lokasi yang efektif untuk penambahan transportasi umum dengan cara menggunakan titik sekolah yang tidak terjangkau oleh transportasi umum sebagai titik awalnya.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Rute BRT Trans Mamminasata
Bus Rapid Transit (BRT) Trans Mamminasata adalah salah satu transportasi umum yang digunakan di Kota Makassar dalam rangka menjadikan Kota Makassar sebagai kota yang berkembang dan Smart City. BRT Trans Mamminasata dalam satu unitnya dapat menampung 70 orang sehingga diharapkan moda Transportasi ini dapat mengurangi volume kendaraan dijalan. Dilansir dari detik.com Rute BRT Trans Mamminasata telah mengalami perubahan rute pada beberapa koridor.
- Rute Koridor 1 berangkat dari Panakkukang Square-Pelabuhan Galesong dan kembali lagi ke Panakkukang Square
- Rute Koridor 2 berangkat dari kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea (Sebelumnya dari Panakkukang Square)-Stasiun Mandai Via Bandara Sultan Hasanuddin dan kembalu lagi ke kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea
- Rute Koridor 5 Berangkat dari kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea-kampus Universitas Hasanuddin Gowa dan kembali lagi ke kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea

Jika dilihat dalam peta rute BRT Trans Mamminasata, dapat diketahui bahwa jenis Transportasi umum ini masih terbilang sedikit dan masih belum mengcakup keseluruhan Kota Makassar, hanya pada area area penting tertentu seperti Mall Panakkukang Square yang dijadikan sebagai titik pusat Kota Makassar.
Rute Pete-pete (Angkot)
Pete-pete adalah kendaraan bermotor angkutan umum dalam kota. Istilah ini umum digunakan untuk jenis transportasi Angkot di Pulau Sulawesi. Dikutip dari website resmi pemerintah Kota Makassar, berdasarkan data Dishub Kota Makassar pada tahun 2021, terdapat 1.101 unit pete-pete yang beroperasi dalam wilayah kota makassar.
Dalam penelitian Khoiril, Dkk. (2019) mengemukakan bahwa terdapat 18 rute pete-pete. adapun rute tersebut dapat dilihat pada tabel berikut

Untuk melihat bagaimana sebaran spasial rute tersebut dapat melihat peta berikut.

Jika dilihat dari peta tersebut, diketahui bahwa Transportasi pete-pete hampir secara keseluruhan melayani mobilitas penduduk dalam kota, hal ini menjadikan pete-pete masih menjadi transportasi umum yang digemari oleh masyarakat
Area yang Terjangkau Transportasi Umum
Untuk mengetahui Area yang terjangkau Transportasi umum dilakukan Isokron pada tiap titik Halte dan perhentian BRT dan setiap rute pete-pete. Pete-pete menggunakan rute sebagai titik awalan Isokron karena pete pete dianggap dapat berhenti dimana saja yang menjadikan sepanjang rute sebagai titik turunnya penumpang. Berikut Hasil Isokron kedua Moda Transportasi umum tersebut dengan Berjalan selama 15 Menit.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kedua Transportasi umum dapat menjangkau seluas 109,26 Kilometer Persegi.
Estimasi Jumlah Penduduk yang Terjangkau
Berdasarkan data Permukiman di setiap Kelurahan kemudian dilakukan Intersect dengan area yang terjangkau Transportasi Umum, lalu dihitung persentase luas dari sebelum dan sesudah Intersect yang kemudian dikalikan dengan jumlah penduduk pada Kelurahan tersebut maka dihasilkan estimasi penduduk yang dapat menjangkau transportasi umum dalam 15 menit berjalan kaki. Hasil nya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik berikut.



Dari Hasil tersebut dapat diketahui bahwa hampir seluruh kelurahan di Kota Makassar Hampir 100% dapat mengakses transportasi umum dalam 15 menit berjalan. Namun dalam data dapat dilihat terdapat 10 Kelurahan yang kurang dari 50% penduduknya yang dapat mengakses transportasi umum dalam 15 menit berjalan. Jika ditotalkan maka dari keseluruhan penduduk di Kota Makassar hanya 84,29% yang dapat menjangkau transportasi umum dalam 15 menit berjalan kaki.
Jumlah Sekolah Yang Terjangkau dengan Transportasi Umum
Dari hasil Isokron Transportasi umum, dioverlaykan dengan titik titik sekolah maka akan dihasilkan peta peta berikut.

Gambar diatas merupakan overlay dari area yang terjangkau dan titik sebaran Sekolah Dasar/Setara. Dari gambar tersebut diketahui bahwa dari 365 Sekolah Dasar, hanya 316 yang terjangkau oleh transportasi umum dengan berjalan kaki selama 15 Menit.

Gambar diatas merupakan overlay dari area yang terjangkau dan titik sebaran Sekolah Menengah Pertama/Setara. Dari gambar tersebut diketahui bahwa dari 156 Sekolah Menengah Pertama, hanya 133 yang terjangkau oleh transportasi umum dengan berjalan kaki selama 15 Menit.

Gambar diatas merupakan overlay dari area yang terjangkau dan titik sebaran Sekolah Menengah Akhir/Setara. Dari gambar tersebut diketahui bahwa dari 183 Sekolah Dasar, hanya 159 yang terjangkau oleh transportasi umum dengan berjalan kaki selama 15 Menit.
Jika ditotal maka dari 704 sekolah di Kota Makassar, hanya 608 yang atau 86,36% yang terjangkau transportasi umum.
Berdasarkan temuan temuan temuan diatas diketahui bahwa dalam Kota Makassar, Moda transportasi umum sudah cukup baik dalam mengakses pendidikan, namun masih terdapat celah spasial yang perlu dipenuhi agar seluruh fasilitas pendidikan terjangkau oleh transpotasi umum.
Rekomendasi Lokasi untuk Transportasi Umum
Sekolah Sekolah yang diluar dari jangkauan transportasi umum, dilakukan Isokron dengan akses berjalan selama 15 menit, hasil dari Isokron tersebut di Intersect dengan hasil buffer jalan sejauh 5 meter. Maka dihasilkan lokasi yang menjadi rekomendasi untuk Transportasi umum.

Dalam peta yang dihasilkan, semakin tidak transparan warna hijaunya maka semakin diprioritaskan juga lokasinya untuk fasilitas Transportasi Umum. Jika dilihat secara spasial, area area yang menjadi rekomendasi tersebar dari bagian selatan, timur, timur laut, dan utara dari pusat Kota Makassar. Warna Hijau yang paling tidak transparan berada di bagian timur dan timur laut Kota Makassar, hal ini disebabkan oleh wilayah tersebut yang paling banyak tersebar sekolah sekolah yang tidak terjangkau oleh transportasi umum.
Namun perlu diketahui bahwa Rekomendasi ini hanya mepertimbangkan lokasi sekolah tanpa melihat kondisi aktual jalan yang sesuai untuk dilalui transportasi umum.
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dan pembahasan dapat diketahui bahwa sebanyak 86,36% sekolah di Kota Makassar yang dapat menjangkau transportasi umum dengan berjalan kaki selama 15 menit, dengan distribusi aksesibilitas yang tinggi terpusat pada pusat Kota Makassar. Moda Transportasi BRT Trans Mamminasata memiliki cakupan koridor koridor yang terbatas, sementara Pete-pete memiliki jangkauan yang lebih luas dan fleksibel. Walaupun secara aksesibilitas sudah baik namun masih terdapat 10 Kelurahan yang estimasi jumlah penduduk yang dapat mengakses transportasi umum dibawah 50% bahkan terdapat dua kelurahan yang dibawah 1% yaitu kelurahan Paccerakang dan Kelurahan Bulurokeng. Berdasarkan temuan temuan tersebut perlu dilakukan penambahan fasilitas transportasi umum pada wilayah selatan, timur, timur laut, dan utara dari pusat Kota Makassar dan di kelurahan yang akses terhadap fasilitas umumnya dibawah 1%. Hal ini menjadi langkah strategis untuk menjadikan kota inklusif, berkelanjutan, dan mendukung konsep kota 15 menit serta tujuan dari SDGs, khususnya dalam menjamin akses pendidikan untuk seluruh lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Khoiril, M., Jinca, M. Y., & Azmy, M. F. (2019). Konektivitas Moda Transportasi Pete-Pete dan BRT di Kota Makassar. Jurnal Wilayah & Kota Maritim (Journal of Regional and Maritime City Studies), 7(1).
Kurniati, N., Astuti, W., Salim, Y., & Ramadhan, A. P. (2018). Aplikasi Peta Jalur Transportasi Bus Rapid Transit (BRT) Trans mamminasata Berbasis Mobile Android. Konferensi Nasional Sistem Informasi (KNSI) 2018.
Moreno, C., Allam, Z., Chabaud, D., Gall, C., & Pratlong, F. (2021). Introducing the “15-Minute City”: Sustainability, resilience and place identity in future post-pandemic cities. Smart cities, 4(1), 93-111.
Panjaitan, S. A. (2025). Health Accessibility Mapping: Isochrone and and Network Analysis Approach. Journal of Analytical Research, Statistics and Computation, 4(1), 1-12.
Pratiwi, N., & Nikensari, S. I. (2024). Analisis Potensi Sektor Ekonomi Unggulan Kota Makassar Sebagai Kota Metropolitan Baru di Kawasan Timur Indonesia. eCo-Fin, 6(2), 313-321.
Rustam, R. (2024, August 8). Rute Lengkap Teman Bus Trans Mamminasata Makassar Terbaru 2024. detikcom. Retrieved July 30, 2025, from https://www.detik.com/sulsel/makassar/d-7480204/rute-lengkap-teman-bus-trans-mamminasata-makassar-terbaru-2024