Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

27 March 2022

By: Wening Aisyah Fauziana Koman

Open Data

LST Kota Semarang (K)

Open Data

Service Area 800m

Open Data

Service Area 550m

Open Data

Service Area 300m

Open Data

Buffer 300m

Open Data

Buffer 550m

Open Data

Buffer 800m

Open Data

Halte Transit BRT Trans Semarang

Open Project

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep 
Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang
Kota Semarang merupakan kota metropolitan di Indonesia dengan jumlah penduduk 1.653.524 jiwa pada tahun 2020 (BPS Kota Semarang, 2020). Banyaknya jumlah penduduk menuntut Kota Semarang memiliki fasilitas yang memadai di berbagai bidang, baik ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pemerintahan. Konsep Transit Oriented Development (TOD) dilakukan di Kota Semarang, salah satunya dengan pengelolaan Bus Rapid Transit (BRT) atau Trans Semarang sebagai sarana transportasi umum.

LATAR BELAKANG

Kota Semarang merupakan kota metropolitan di Indonesia dengan jumlah penduduk 1.653.524 jiwa pada tahun 2020 (BPS Kota Semarang, 2020). Banyaknya jumlah penduduk menuntut Kota Semarang memiliki fasilitas yang memadai di berbagai bidang, baik ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pemerintahan. Maka konsep Transit Oriented Development (TOD) dilakukan di Kota Semarang, salah satunya dengan pengelolaan Bus Rapid Transit (BRT) atau Trans Semarang sebagai transportasi umum. Keberadaan BRT Trans Semarang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk menjangkau berbagai lokasi pelayanan publik dan kegiatan lainnya. Halte transit BRT terletak di pusat kota pada beberapa titik, sehingga memudahkan masyarakat untuk berjalan kaki ke lokasi fasilitas umum terdekat.

Di balik kelebihan dan efektivitas konsep TOD terdapat beberapa dampak negatif seperti panas berlebih pada area TOD dibandingkan dengan sekitarnya (Mukhamedjanov et al., 2021). Hal ini disebabkan minimnya ruang terbuka hijau di kawasan tersebut dan banyaknya bangunan yang menyerap panas. Pada proyek ini akan dilakukan analisis jaringan service area analysis dan analisis overlay antara hasil buffer lokasi transit BRT dengan citra termal (Land Surface Temperature) sehingga dapat diketahui hubungan dan dampak dari konsep TOD.

TranTransit Oriented Development (TOD)

Prinsip TOD (Calthorpe, P., 1993):

  • mengelola kawasan transit
  • menempatkan berbagai fasilitas dalam satu lokasi transit
  • memberi kenyamanan pejalan kaki
  • menjaga kualitas ruang terbuka
Tujuan utama TOD → dapat menjangkau berbagai lokasi (fasilitas umum) dalam satu pusat transit.
Jangkauan TOD berdasarkan kemampuan manusia dalam berjalan kaki maksimum 800 meter dengan prakiraan waktu tempuh 10 menit (Huang et al., 2018).

LandLand Surface Temperature (LST)

Suhu permukaan tanah atau Land Surface Temperature (LST) adalah suhu bagian kulit (terluar) suatu objek di permukaan bumi. Berdasarkan sudut pandang satelit, permukaan merupakan segala sesuatu yang dilihatnya melalui atmosfer ke tanah baik berupa bangunan, rumput, kanopi pohon, maupun salju dan es (ESA Copernicus, 2020). Nilai LST yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya disebut sebagai fenomena Urban Heat Island.

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep 
Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

ServService Area Analysis

Pada proyek ini akan dilakukan analisis jaringan untuk mengetahui lokasi yang dapat dijangkau oleh halte transit BRT, maka analisis jaringan yang cocok digunakan adalah Service Area Analysis. Pada Service Area Analysis dibutuhkan data berupa jaringan jalan dan titik pusat lokasi (dalam hal ini Halte transit BRT) sehingga dihasilkan area layanan sesuai dengan keinginan, misalnya area layanan dalam jarak tempuh 300 meter.

RUANG LINGKUP PROYEK

  1. 1.
    Hanya 9 halte transit yang akan dianalisis sebagai pusat transit yaitu: Halte BRT Tawang, Halte BRT Simpang Lima, Halte BRT Kesatrian, Halte BRT Java Mall, Halte BRT Jatingaleh, Halte BRT Imam Bonjol, Halte BRT Elisabeth, Halte BRT Balaikota, Halte BRT ADA Setiabudi,
  1. 2.
    Nilai suhu permukaan (LST) diperoleh dari data citra satelit Landsat 8 Level 2.
  1. 3.
    Analisis area layanan menggunakan jarak tempuh yaitu 300 meter, 550 meter dan 800 meter sesuai dengan kemampuan manusia dalam berjalan kaki dengan nyaman.

METODE

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep 
Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

HASIL ANALISIS

ServService Area Analysis

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep 
Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

Jaringan jalan warna merah muda, hijau, dan biru tua menunjukkan area layanan berturut-turut 300 meter, 550 meter, dan 800 meter.

LandLand Surface Temperature

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep 
Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep 
Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

Analisis Hubungan Nilai Suhu Permukaan Terhadap Konsep 
Transit-Oriented Development (TOD) Trans Semarang

Nilai LST rata-rata pada area buffer 300 meter, 550 meter, dan 800 meter berturut-turut 317,17 K; 316,81 K; dan 316,35 K atau setara dengan 44,02 °C; 43,69 °C; dan 43,20 °C. Hal itu menunjukkan bahwa semakin mendekati pusat transit, suhu permukaannya semakin mengalami peningkatan (lebih tinggi dari area sekitarnya).

SIMPULAN

  1. 1.
    Service Area Analysis yang dilakukan memerlukan data jaringan jalan sehingga hasilnya merepresentasikan jarak tempuh yang dapat dijangkau pengguna jalan untuk mencapai beberapa lokasi dari satu lokasi transit.
  1. 2.
    Hasil buffer memiliki luasan yang berbeda dari hasil service area analysis karena tidak menggunakan aspek jaringan jalan meskipun jarak buffer-nya sama dengan jarak tempuh yang digunakan dalam service area analysis. Buffer tidak dapat digunakan untuk analisis jaringan, namun dapat digunakan untuk analisis lain yang tidak membutuhkan jaringan jalan sebagai fitur utamanya.
  1. 3.
    Nilai LST rata-rata pada area buffer 300 meter, 550 meter, dan 800 meter berturut-turut 317,17 K; 316,81 K; dan 316,35 K atau setara dengan 44,02 °C; 43,69 °C; dan 43,20 °C. Hal itu menunjukkan bahwa semakin mendekati pusat transit, suhu permukaannya semakin mengalami peningkatan (lebih tinggi dari area sekitarnya).
Semakin mendekati pusat transit, suhu permukaannya semakin mengalami peningkatan.

REFERENSI

  • BPS Kota Semarang. (2020). Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatandi Kota Semarang, 2020.
https://semarangkota.bps.go.id/statictable/2021/07/27/209/jumlah-penduduk-dan-rasio-jenis-kelamin-menurut-kecamatan-di-kota-semarang-2020.html
  • Calthorpe, Peter. (1993). The Next American Metropolis: Ecology, Community, and the American Dream. Princeton Architectural Press.
  • ESA Copernicus. (2020). Land Surface Temperature.
https://sentinel.esa.int/web/sentinel/user-guides/sentinel-3-slstr/overview/geophysical-measurements/land-surface-temperature
  • Fawzi, N. I., & Jatmiko, R. (2018). Penginderaan Jauh Sistem Termal dan Aplikasinya(Y. Kumai (ed.)). Penerbit Ombak.
  • Huang, R., Grigolon, A., Madureira, M., & Brussel, M. (2018). Measuring transit-oriented development (TOD) network complementarity based on todnode typology. Journal of Transport and Land Use, 11(1), 304–324. https://doi.org/10.5198/jtlu.2018.1110
  • Mukhamedjanov, A., Kidokoro, T., Seta, F., & Yang, Y. (2021). Reshaping the concept of transit-oriented development in response to public space overheating near the transit nodes of Tokyo. Cities, 116(May), 1–1240

Data Publications

Analisis Keterjangkauan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang Termasuk pada Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

Transportation

07 May 2025

Fajrin Meilani Azzahra Zain

Analisis Keterjangkauan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang Termasuk pada Zonasi Sekolah A, Kota Bandung

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterjangkauan sekolah menengah pertama (SMP) negeri di zona A Kota Bandung, yang meliputi delapan kecamatan dan 22 sekolah, berdasarkan sistem zonasi penerimaan siswa baru. Sistem zonasi, yang diimplementasikan secara penuh sejak 2018, bertujuan meningkatkan pemerataan akses pendidikan dengan menetapkan radius maksimal domisili calon siswa ke sekolah (3 km untuk SMP). Namun, keberadaan siswa di luar radius zonasi dan keterbatasan jangkauan berjalan kaki (maksimal 1,2 km dalam 20 menit berdasarkan kecepatan rata-rata siswa) tetap memunculkan kebutuhan transportasi. Penelitian ini menggunakan analisis isokron dengan batasan waktu tempuh berjalan kaki siswa (5, 10, 15, dan 20 menit) untuk mengevaluasi keterjangkauan sekolah dalam zona A. Hasil analisis isokron ini akan dibandingkan dengan radius zonasi 3 km yang ditetapkan untuk SMP, guna memahami apakah radius tersebut sejalan dengan kemampuan siswa untuk mencapai sekolah dengan berjalan kaki dalam rentang waktu yang wajar. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemenuhan kebutuhan transportasi sekolah siswa SMP di Kota Bandung, khususnya dalam konteks implementasi sistem zonasi.

17 min read

92 view

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Climate & Disaster

07 May 2025

Ryandana Adi Nugraha

Analisis Potensi Bencana Alam Banjir Terhadap Kawasan Terbangun Industri Kabupaten Sumbawa

Kabupaten Sumbawa terletak pada provinsi Nusa Tenggara Barat. Dilihat dari segi geografis letak Kabupaten Sumbawa terutama Kecamatan sumbawa memiliki potensi sebagai daerah pusat perekonomian yang mana menjadi nilai ekonomis untuk dibangun industri di area tersebut. Namun, daerah tersebut memiliki potensi banjir baik banjir rob ataupun banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Hal ini menjadikan area industri yang berada di Sumbawa dan sekitarnya memiliki potensi untuk terdampak banjir. Meskipun berisiko, bisnis sering memilih untuk berlokasi di daerah rawan banjir karena keuntungan strategis seperti kedekatan dengan bisnis terkait dan fasilitas umum. Manfaat ekonomi dapat lebih besar daripada dampak buruk banjir, sehingga mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi manajemen risiko banjir struktural dan non-struktural (Rwehumbiza 2021).

19 min read

66 view

1 Projects

Analisis Potensi Lokasi Cabang untuk Toko Skincare di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Retail

07 May 2025

Clarisa Nadia

Analisis Potensi Lokasi Cabang untuk Toko Skincare di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

site selection for skincare retail

11 min read

69 view

1 Data

1 Projects

Analisis Lokasi Strategis Iklan Digital Skincare Pria di Kota Bandung Menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS)

Consumer Goods

08 May 2025

Naufal Mumtaz

Analisis Lokasi Strategis Iklan Digital Skincare Pria di Kota Bandung Menggunakan Sistem Informasi Geografis (GIS)

Strategic Location for Online Marketing of Men's Skincare Products in Bandung City

5 min read

69 view

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at
  • mapid-ai-maskot