Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec. Tembalang

20 Juni 2022

By: Yakub Hariana

Open Data

Pusat Kegiatan

Open Data

Fasilitas Umum

Open Data

Alfamart Buffer

Open Data

Alfamart Isokron

Open Data

Indomaret Buffer

Open Data

Indomaret Isokron

Open Data

Skor Akhir Alfamart

Open Data

Skor Akhir Indomaret

Open Project

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec. Tembalang

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Pendahuluan

Pada situasi atau kondisi sekarang ini pemasaran atau periklanan tidak hanya dilakukan menggunakan cara-cara konvensional melalui baliho, pamflet, koran, ataupun cara konvensional lain yang kini mulai ditinggalkan. Pemilik bisnis harus jemput bola memasarkan produknya dengan menarik perhatian masyarakat. Strategi yang digunakan untuk memasang iklan baik secara fisik (billboard, baliho, pamflet, dan lain-lain) atau pun secara digital (melalui media sosial, marketplace, search engine, dan lain-lain) tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Dalam penyusunan strategi dan target market, pemilik bisnis perlu memahami pola perilaku konsumen. Dengan memahami kebiasaan pelanggan, proses pemasaran dapat dilakukan dengan lebih terarah dan efektif.

Salah satu bisnis yang bergantung pada strategi pemasaran yakni bisnis waralaba toko retail minimarket. Bisnis waralaba toko retail minimarket ini sudah menjamur dalam kehidupan sehari-hari masyarakat seperti Alfamart dan Indomaret. Sayangnya strategi dari usaha waralaba minimarket ini tidak seluruhnya mulus dikarenakan kurang sesuainya area perdagangan dan kurang memahami pola perilaku dari konsumen di lokasi tersebut.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akurasi area perdagangan adalah dengan Geomarketing. GeoMarketing dapat dimanfaatkan untuk memahami area perdagangan dan pola perilaku konsumen dengan menggunakan teknologi Location Intelligence. Salah satu proses untuk memahami pola perilaku atau kebiasaan pelanggan yang dapat dilakukan adalah memahami kecenderungan seorang pelanggan datang pada suatu lokasi perbelanjaan.

Dalam industri retail dikenal istilah trade area, juga dikenal dengan cakupan perdagangan dimana sebuah bisnis memetakan area geografis datangnya pelanggan. Ada sejumlah metode untuk menghitung area perdagangan ini seperti buffer, walking time, atau human mobility. Saat retailer mencari gambaran yang lebih akurat tentang pelanggan dan kompetitor, kedua metode konvensional ini dapat digabungkan dengan jenis data spasial atau non spasial yang lain.

Melakukan estimasi efektivitas lokasi toko waralaba minimarket dengan pembobotan berdasarkan beberapa variabel lain seperti sebaran fasilitas umum, aktivitas masyarakat, kepadatan penduduk, atau sebaran kompetitor dapat meningkatkan akurasi proyeksi pendapatan area perdagangan tersebut. Ini dapat dimanfaatkan oleh pemilik bisnis toko waralaba dalam proses pengambilan keputusan (decision making).

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat dari terlaksananya proyek peta perdagangan bisnis waralaba minimarket ini adalah sebagai berikut :

  1. 1.
    Membandingkan metode buffer dan walking time di dalam penentuan area perdagangan (trade area) minimarket di Kecamatan Tembalang.
  1. 2.
    Menganalisis trade area berdasarkan skoring pembobotan beberapa variabel.
  1. 3.
    Mengetahui langkah - langkah geomarketing yang dapat diambil dari hasil analisis akurasi trade area di Kecamatan Tembalang.

Data

Data yang digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut ini :

A. Prioritas

  1. 1.
    Titik Lokasi Toko Waralaba Minimarket
  1. 2.
    Fasilitas Umum
  1. 3.
    Pusat Kegiatan
  1. 4.
    Kompetitor
  1. 5.
    Demografi (Kepadatan Penduduk)
  1. 6.
    Batas Administrasi Kelurahan

B. Ekstensi

  1. 1.
    Bangunan
  1. 2.
    Badan Jalan

Diagram Alir

Gambaran pelaksanaan pekerjaan dapat diamati melalui diagram alir sebagai berikut :

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Metode Pekerjaan

Sebelum melakukan analisis perlu dipahami metode penggambaran area perdagangan yang dilakukan.

  • Metode Buffer
Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Metode buffer yang dilakukan yaitu menggambarkan cakupan area perdagangan berdasarkan radius lingkaran dari satu titik minimarket diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan jarak yakni 250 m, 500 m, 750 m, dan 1000 m.

  • Metode Walking Time
Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Kemudian metode yang kedua yakni walking time, memanfaatkan plugin ORS Tools dalam perangkat lunak QGIS dilakukan pembuatan peta isokron untuk menggambarkan area perdagangan berdasarkan waktu tempuh dalam hal ini adalah waktu berjalan menuju lokasi minimarket (walking time) yang diklasifikasikan dalam 5 menit, 8 menit, 10 menit, dan 15 menit. Perlu diperhatikan peta isokron yang digunakan dalam proses pengolahan tidak mempertimbangkan bangunan sehingga algoritma yang digunakan murni berdasarkan waktu tempuh.

  • Count Points in Polygon

Count point in polygon memungkinkan pengguna menghitung jumlah suatu atribut dalam suatu cakupan wilayah (polygon) tertentu. Pada kasus ini atribut yang dihitung adalah fasilitas umum, pusat kegiatan, dan kompetitor terhadap area perdagangan baik buffer maupun isokron.

  • Skoring

Dari hasil overlay metode buffer dan metode walking time dilakukan skoring atau pembobotan pada masing-masing metode

Bobot x (Jumlah Fasilitas Umum + Jumlah Pusat Kegiatan) - (0.5 x Kompetitor) + Kelas Kepadatan
Sumber: Aulia Rahma . Analisis Potensi Bisnis Restoran Cepat Saji, Restoran Cita Rasa Indonesia, dan Restoran Cita Rasa Oriental di Kawasan LRT Jakarta

Kemudian setelah dilakukan skoring dilakukan perataan dari skor metode buffer dan metode walking time untuk memperoleh skor akhir.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil skoring dan hasil klasifikasi skor sebagai berikut :

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Berdasarkan hasil klasifikasi dapat ditampilkan urutan lima minimarket dengan skor tertinggi baik Alfamart dan Indomaret adalah sebagai berikut.

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Diperoleh data hasil skor akhir untuk waralaba minimarket Alfamart sebagai berikut :

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Sedangkan hasil klasifikasi untuk waralaba minimarket Indomaret diperoleh hasil sebagai berikut :

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang
  • Analisis Perbandingan Metode

Hasil analisis area perdagangan menggunakan dua metode yakni buffer dan driving time untuk kedua minimarket yakni Alfamart dan Indomaret berdasarkan rata-rata diketahui bahwa metode walking time memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan buffer. Dari hasil nilai rata-rata 25 titik Alfamart dan 41 titik Indomaret diasumsikan bahwa metode walking time memiliki kecenderungan untuk dapat menjangkau titik fasilitas umum dan pusat kegiatan dengan lebih luas dibandingkan metode buffer. Akan tetapi dalam hal analisis skor area perdagangan kedua metode ini dikombinasikan untuk memperoleh skor kumulatif menggunakan nilai rata-rata.

  • Analisis Area Perdagangan
Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang

Berdasarkan hasil skoring, rata-rata, dan klasifikasi kelas area perdagangan diketahui bahwa Indomaret lebih mendominasi area perdagangan dibandingkan dengan Alfamart dengan selisih yang cukup jauh. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil tersebut :

  1. 1.
    Jumlah cabang minimarket Indomaret jauh lebih banyak dibandingkan dengan Alfamart yakni 41 : 25 . Jumlah cabang ini berpengaruh pada parameter kompetitor yang berpengaruh negatif untuk area perdagangan Alfamart.
  1. 2.
    Wilayah perdagangan Alfamart terkonsentrasi di Sendangmulyo dan Meteseh dengan jumlah fasilitas umum dan pusat kegiatan tergolong tinggi. Akan tetapi wilayah tersebut perlu bersaing dengan kompetitor. Di lain sisi Indomaret mendominasi di Tembalang dan Bulusan dengan jumlah fasilitas umum dan pusat kegiatan masyarakat yang lebih tinggi dan padat dibandingkan daerah lain.
  • Analisis Akurasi Area Perdagangan

Berdasarkan hasil validasi menggunakan data primer (survei lapangan) dan data sekunder (linimasa waktu favorit Google Maps) dapat dihitung besaran nilai akurasi dari klasifikasi yang dilakukan. Diketahui berdasarkan validasi kualitatif memiliki nilai 87,5 % dan validasi kuantitatif memiliki akurasi 75%.

Dari kedua hasil validasi data tersebut dapat dihitung nilai overall akurasi dengan menghitung nilai rata – rata antara validasi kuantitatif dan kualitatif. Diperoleh hasil overall accuracy sebesar 81,25%.

Dengan nilai overall accuracy sebesar 81,25% ini hasil klasifikasi area perdagangan dapat dianggap cukup baik untuk digunakan. Akan tetapi masih perlu dilakukan analisis ataupun pengembangan lebih lanjut lagi mengenai metode dan validasi yang digunakan

Use Case

Mengapa Tembalang dan Bulusan menjadi area perdagangan paling padat?
Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang
Melalui analisis yang dilakukan diketahui wilayah dengan persaingan paling padat ada di wilayah Bulusan dan Tembalang. Menariknya pada wilayah ini pula skor area perdagangan dari toko waralaba mayoritas tinggi, padahal pada wilayah kelurahan ini kepadatan penduduknya tidak setinggi kelurahan lainnya.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa meskipun bukan satu-satunya faktor adanya Universitas Diponegoro sebagai tempat berkuliah sangat berpengaruh bagi area perdagangan minimarket. Berdirinya Undip mendorong akselerasi pembangunan fasilitas umum dan juga pusat kegiatan disekitarnya seperti café, restoran, sekolah, kos, atm, dan fasilitas yang lain. Sehingga, wilayah ini menjadi area perdagangan yang sangat sesuai untuk minimarket.
Mengapa Jangli, Rowosari, dan Kramas tidak menjadi target dari bisnis waralaba minimarket?
Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang
Setelah dilakukan analisis diperoleh beberapa faktor yang mendasari kesimpulan tersebut. Jangli dan Rowosari termasuk dalam tiga kelurahan dengan kepadatan rendah yang dapat berpengaruh dalam potensi profit bagi bisnis minimarket. Kemudian Kramas dan Jangli masuk dalam tiga kelurahan dengan jumlah kumulatif fasilitas paling rendah baik fasilitas umum maupun pusat kegiatan masyarakat.
Dimanakah wilayah yang masih berpotensi menjadi target perdagangan dari bisnis waralaba minimarket?
Berdasarkan analisis menggunakan pembobotan parameter kepadatan penduduk, jumlah fasilitas umum dan pusat kegiatan, serta kompetitor beberapa wilayah kelurahan masih berpotensi sebagai target perdagangan. Wilayah tersebut adalah :
1. Tandang

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang
Tandang masuk dalam kelas tiga teratas untuk kepadatan penduduk tepatnya nomor 2 dibawah Sendangguwo diposisi paling atas dalam kepadatan penduduk melihat dari jumlah penduduk yang sangat banyak (24394 jiwa) dengan luas wilayah yang cukup sempit (1,9 km persegi). Untuk fasilitas umum dan pusat kegiatan Tandang masih bisa dipertimbangkan karena berada di posisi menengah dengan 34 titik, sedangkan untuk kompetitor hanya ada 2 minimarket Indomaret.
Menggunakan fitur SINI dari platform Geo-Mapid diketahui Tandang memiliki kisaran harga tanah yang relatif lebih murah yakni Rp 500.000 - Rp 1.000.000 dengan peruntukan penggunaan lahan Permukiman dibanding Tembalang Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 dengan peruntukan penggunaan lahan Jasa/Industri.
2. Mangunharjo

Improvisasi Area Perdagangan Waralaba Minimarket di Kec.
Tembalang
Mangunharjo dilihat dari kelas kepadatan penduduk masih lebih tinggi dibandingkan Tembalang, dimana Mangunharjo menempati posisi nomor 8 dengan 11791 jiwa dan luas wilayah 3,2 km persegi. Kemudian untuk fasilitas umum dan pusat kegiatan, Mangunharjo memiliki jumlah kumulatif 37 titik lebih tinggi dibandingkan Tandang. Dilihat dari sisi kompetitor di Mangunharjo baru memiliki satu titik minimarket Indomaret. Sehingga kelurahan Mangunharjo ini masih sangat berpotensi untuk dijadikan target perdagangan.
Menggunakan fitur SINI dari platform Geo-Mapid diketahui Mangunharjo memiliki kisaran harga tanah yang relatif lebih murah yakni Rp 1.000.000 - Rp 2.000.000 dengan peruntukan penggunaan lahan Kebun/Tegalan dibanding Tembalang Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000 dengan peruntukan penggunaan lahan Jasa/Industri.

Penutup

Dari pembahasan tadi, kita sudah belajar banyak mengenai Geomarketing dengan basis kecerdasan lokasi atau location intelligence. Terima kasih atas perhatiannya, semoga bermanfaat!

Jika tertarik berdiskusi tentang topik seperti ini atau ingin menyampaikan saran masukan, reach me out via email : yakubhariana70@gmail.com

Daftar Pustaka

Ardela, F. (2018, Maret 12). 4 Bisnis Waralaba Toko Ritel yang Menjanjikan: Alfamart, Alfamidi, Indomaret, dan Lion Express . diambil dari FinansialKu.com: https://www.finansialku.com/bisnis-waralaba-toko-ritel/

Berryman, F. (2021, Februari 22). 3 Methods of Calculating Catchment Areas & Where to Get the Data. diambil dari SafeGraph: https://www.safegraph.com/blog/methods-of-calculating-catchment-area

Bivand, R., Pebesma, E., & V, G.-R. (2008). Applied spatial data analysis with R. London: Bergen Múnster.

Brown, B. (2021, Juni 10). What is a Catchment Area? + Methods & Tools for Your Analysis. diambil dari Safegraph: https://www.safegraph.com/blog/catchment-area

Dewobroto, W. (2021, Februari 5). Jenis-Jenis Bisnis Waralaba yang Paling Umum di Indonesia. diambil dari Daya.ID: https://www.daya.id/usaha/artikel-daya/pengembangan-diri/jenis-jenis-bisnis-waralaba-yang-paling-umum-di-indonesia

Meyers, J. (2019, Maret 27). What is Geomarketing? Welcome to Geomarketing 101. diambil dari GroundTruth: https://www.groundtruth.com/insight/geomarketing/

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

87 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

291 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

165 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

104 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot