Kesehatan Merata: Analisis Spasial Guna Evaluasi Keterjangkauan Puskesmas Di Kota Cirebon

18 February 2025

By: A'isy Muhammad Zain

Open Project

KESEHATAN MERATA: ANALISIS SPASIAL GUNA EVALUASI KETERJANGKAUAN PUSKESMAS DI KOTA CIREBON

Open Project

KESEHATAN MERATA: ANALISIS SPASIAL GUNA EVALUASI KETERJANGKAUAN PUSKESMAS DI KOTA CIREBON

Kesehatan Merata: Analisis Spasial Guna Evaluasi Keterjangkauan Puskesmas Di Kota Cirebon

Pendahuluan

Kesehatan adalah suatu indikator yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Tingkat kesehatan yang baik memungkinkan individu untuk menjalani kehidupan yang aktif dan berkontribusi secara maksimal dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, pendidikan serta aktivitas sosial (Syahdilla & Susilawati, 2023). Oleh karena itu, akses terhadap fasilitas layanan kesehatan yang berkualitas merupakan kebutuhan esensial bagi semua lapisan masyarakat. Adapun berbagai macam fasilitas kesehatan yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan yang komprehensif yakni Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik dan Apotek (Idris & Ahmad, 2024).

Puskesmas merupakan salah satu fasilitas layanan kesehatan yang paling krusial dan diandalkan oleh masyarakat karena berfokus pada aksesibilitas. Menurut Ariani dkk. (2024). Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memainkan peran vital dalam menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara holistik, mencakup aspek perilaku, aksesibilitas, lingkungan, dan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan Masyarakat (Fatimah & Indrawati, 2019). Dalam pembangunan kesehatan, aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan menjadi indikator penting dalam menilai keberhasilan pemerataan pelayanan Kesehatan. Puskesmas ini memiliki standar jangkauan yang telah ditetapkan dengan radius 2 kilometer (Umi Alfiah Istiqomah, 2019). Dengan ketentuan ini, dapat diukur seberapa efektif pelayanan kesehatan dalam menjangkau dan melayani populasi di wilayah tersebut.

Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki tantangan tersendiri dalam hal distribusi layanan kesehatan. Kepadatan penduduk yang tinggi membuat evaluasi keterjangkauan puskemas menjadi krusial. Sayangnya, hingga saat ini, keberadaan Puskesmas di Kota Cirebon masih belum merata secara maksimal yang dimana beberapa wilayah padat penduduk hanya dilayani oleh satu Puskesmas, sementara jarak antar Puskesmas di beberapa wilayah masih terlalu jauh, sehingga menghambat akses layanan terhadap kesehatan dasar (Suryanagari dkk. 2021). Padahal, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 tahun (2019), Setiap Puskesmas idealnya melayani sekitar 30.000 penduduk dengan mempertimbangkan faktor geografis, kepadatan penduduk, dan karakteristik wilayah. Kondisi ini menuntut upaya lebih serius untuk menciptakan distribusi layanan kesehatan yang lebih adil dan merata bagi seluruh masyarakat Kota Cirebon.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keterjangkauan Puskesmas di Kota Cirebon. Adapun metode yang digunakan adalah buffering dengan memanfaatkan tools radius dan isochrone pada platform Geomapid. Dalam Sistem Informasi Geografis (SIG), buffering didefinisikan sebagai zona yang dibentuk di sekitar suatu titik, garis, atau poligon, mencakup seluruh area dalam jarak tertentu dari fitur tersebut. Zona ini direpresentasikan oleh SIG dalam bentuk poligon baru. Buffering dapat diterapkan baik pada model data raster maupun vektor. Buffer Zone merupakan area di sekitar objek peta, baik itu titik, garis, maupun poligon, yang berfungsi untuk menentukan cakupan area atau melindungi fitur spasial pada peta dengan jarak tertentu (Prisecilia et al., 2024). Sementara itu, isochrone adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan area yang dapat dijangkau dari suatu titik pusat dalam rentang waktu dengan menggunakan moda transportasi tertentu. Teknik ini banyak diaplikasikan dalam bidang perencanaan transportasi, analisis aksesibilitas, perencanaan kota, dan studi lingkungan (Setiawan, 2017).

Metode Penelitian

Penelitian ini mempunyai 5 tahapan yang bervariasi, dengan tujuan agar hasil data tersebut dapat akurat dan terstruktur. Adapun tahapan pada penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

Bagan Alur

Berdasarkan gambar 1, dapat dijelaskan bahwa tahap pertama yaitu studi literatur, yang meliputi kumpulan fakta dan data berupa teori atau kajian sebagai landasan dari penelitian terdahulu dan peraturan pemerintah sesuai dengan yang tercantum pada daftar pustaka. Data yang dikumpulkan dan digunakan merupakan data yang bisa diakses pada menu import data Geomapid. Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni Demografi Kota Cirebon Tahun 2024 yang bertujuan untuk mengetahui persebaran penduduk dan administrasinya dan data Puskesmas Kota Cirebon Tahun 2024 untuk mengetahui persebaran puskemas pada wilayah tersebut. Hasil dan analisis ini menggunakan metode buffering dan isochrone. Metode Buffering digunakan untuk menganalisis luas daerah atau area keterjangkauan tertentu dari suatu titik dengan masyarakat.Radius yang digunakan dalam proses analisis ini keterjangkauan ini yaitu berkisar 2000 meter atau 2 km. Alasan pemilihan parameter ini dikarenakan puskesmas ini memiliki standar jangkauan yang ideal yaitu berkisar 2 km (Umi Alfiah Istiqomah, 2019). Selanjutnya parameter isochrone yang digunakan dengan lama waktu berkendara berkisar 5 menit dengan pilihan moda kendaraan mobil. Hal tersebut mengacu pada penelitian Kana Azhara dkk. (2024) yang menetapkan standar ketentuan waktu tempuh puskesmas dengan berjalan menggunakan kendaraan bermotor selama 5 menit.

Hasil dan Pembahasan

Setelah melalui proses analisis yang dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut. Kota Cirebon memiliki 5 Kecamatan yaitu Harjamukti, Kesambi, Lemahwungkuk, Pekalipan dan Kejaksan. Data tersebut dapat dilihat pada gambar 2.

Administrasi Kota Cirebon

Pada visualisasi gambar 2 bahwa setiap Kecamatan diklasifikasikan pada 5 warna tertentu. Pada warna biru yaitu merupakan wilayah dari kecamatan kejaksaan, sedangkan warna merah yaitu kecamatan lemahwungkuk, warna hijau mengartikan kecamatan harjamukti, warna toska yaitu wilayah kecamatan Pekalipan dan warna ungu yaitu kecamatan kesambi. Adapun jumlah penduduk pada wilayah kota Cirebon yang berasal dari data demografi pada geomapid ini dapat divisualisasikan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Pada Setiap Kecamatan Dan Kelurahan Di Kota Cirebon

Berdasarkan dari data demografi sendiri Kota Cirebon memiliki total keseluruhan penduduk yaitu mencapai 354,679 ribu yang tersebar pada 5 kecamatan yang meliputi Harjamukti, Pekalipan, Kesambi, Lemahwungkuk dan Kejaksan. Dengan masing-masing total penduduk yang bervariasi dari 31-80 ribu. Setelah dilakukan analisis, teridentifikasi bahwa jumlah Puskesmas di Kota Cirebon mencapai 31 unit. Pada Kecamatan Harjamukti terdapat 8 unit Puskesmas Kecamatan Kejaksan terdapat 6 Puskesmas, lalu pada Kecamatan Kesambi berjumlah 8 Puskesmas, pada Kecamatan Lemahwungkuk terdapat 5 Puskesmas dan yang terakhir pada kecamataan Pekalipan mendapatkan 4 unit Puskesmas. Data ini merujuk pada informasi mengenai puskesmas tahun 2024 pada geomapid dan dapat divisualisasikan secara lebih rinci pada tabel berikut.

Daftar Nama Puskemas Di Setiap Kecamatan Kota Cirebon.

Pada Visualisasi persebaran titik Puskesmas memberikan klasifikasi warna tertentu. Pada titik biru yaitu mengartikan bahwa Puskesmas tersebut berada di wilayah Kecamatan Kejaksaan, sedangkan titik ungu mengartikan bahwa Puskesmas tersebut berada pada wilayah Kecamatan Pekalipan, lalu pada titik oren Puskesmas tersebut berada dalam wilayah Kecamatan Harjamukti, selanjutnya titik hijau mengartikan bahwa Puskesmas tersebut berada dalam Kecamatan Lemahwungkuk dan pada titik merah mengartikan bahwa Puskesmas tersebut berada dalam Kecamatan Kejaksan. Untuk hasilnya dapat dilihat melalui gambar 3 berikut.

Persebaran Titik Puskesmas di Kota Cirebon

Pada seluruh persebaran Puskesmas dengan total 31 titik tersebut, telah dianalisis dengan metode buffering dengan tujuan untuk mengetahui cakupan jangkauan berdasarkan radius yang diujikan. Radius yang diujikan adalah 2 kilometer. Pada analisis tersebut menunjukkan bahwa radius 2 km dapat menjangkau seluruh area di Kota Cirebon, kecuali pada bagian selatan yang terletak pada sebagian Kecamatan Harjamukti yang tidak masuk kedalam cakupan radius tersebut. Hasil ini dapat divisualisasikan pada gambar 4 berikut.

Visualisasi Radius Keterjangkauan Puskesmas Kota Cirebon

Pada analisis tersebut menunjukkan bahwa radius 2 km dapat menjangkau seluruh area di Kota Cirebon, kecuali pada bagian selatan yang terletak pada sebagian Kecamatan Harjamukti yang tidak masuk kedalam cakupan radius tersebut. Hasil ini dapat divisualisasikan pada gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Visualisasi Area Yang Tidak Terjangkau Wilayah Kecamatan Harjamukti Pada Analisis Buffering

Dengan adanya data tersebut, maka dapat dipastikan bahwa ketersediaan fasilitas kesehatan khususnya Puskesmas masih belum sepenuhnya maksimal untuk seluruh masyarakat Kota Cirebon. Tidak hanya itu, selanjutnya peneliti melakukan metode analisis isochrone. Analisis ini digunakan untuk mengetahui keterjangkauan akses Puskesmas berdasarkan lama waktu dengan menggunakan moda kendaraan tertentu yang terdapat pada Geomapid tools. Pada parameter ini, menggunakan kendaraan mobil dengan waktu tempuh selama 5 menit. Hasil analisis ini dapat di visualisasikan pada gambar 6 seperti berikut.

Analisis Isochrone Pada Puskesmas di Kota Cirebon

Berdasarkan analisis isochrone, diperoleh hasil yang relatif serupa dengan metode radius, yaitu teridentifikasi adanya wilayah-wilayah yang tidak terjangkau. Wilayah tersebut meliputi sebagian area di Kecamatan Harjamukti dan Kecamatan Lemahwungkuk. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan isochrone untuk menjangkau area tersebut. Visualisasi wilayah yang tidak terjangkau dapat dilihat secara lebih detail pada Gambar 7 dan Gambar 8 berikut ini.

Gambar 7. Visualisasi Area Yang Tidak Terjangkau wilayah Kecamatan Harjamukti Pada Analisis Isochrone

Gambar 5. Visualisasi Area Yang Tidak Terjangkau Wilayah Kecamatan Lemahwungkuk Pada Analisis Isochrone

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis mengenai keterjangkauan Puskesmas di Kota Cirebon dengan metode buffering menggunakan tools radius dan isochrone di Geomapid, maka dapat diambil kessimpulan sebagai berikut:

1. Puskesmas di Kota Cirebon terdistribusi di 5 Kecamatan yakni Kecamatan Kejaksan, lemahwugkuk, Harjamukti, Pekalipan dan Kesambi. Secara keseluruhan jumlah total yang tersebar ialah mencapai 31 Puskesmas pada setiap Kecamatan tersebut.

2. Pada analisis radius menggunakan parameter 2 kilometer menunjukkan bahwa terdapat wilayah yang tidak terjangkau oleh ring buffer yaitu pada bagian selatan Kota Crebon Tepatnya sebagian pada willayah Kecamatan Harjamukti.

3. Pada Analisis isochrone dengan memanfaatkan tools Geomapid menggunakan parameter waktu tempuh 5 menit dengan menggunakan moda kendaraan mobil. Terdapat wilayah yang tidak terjangkau yaitu meliputi sebagian Kecamatan Kecamatan Harjamukti dan beberapa area pada Kecamatan Lemahwungkuk.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan pengolahan data, analisis serta kesimpulan. Maka terdapat saran guna mendukung keberlajutan penelitian selanjutnya dan menjadikan referensi bagi kebijakan pemerintah untuk mengoptimalkan fasilitas kesehatan tersebut.

1. Pada analisis isochrone dapat dilakukan dengan banyak sampel dengan moda kendaraan yang bervariasi seperti mobil dengan kemacetan, bersepeda dan berjalan kaki. Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang maksimal dikarenakan bisa di komparasikan dengan moda kendaraan lainnya.

2. Pemerintah perlu meningkatkan fasilitas kesehatan khususnya Puskesmas yang terintegrasi khususnya pada Kecamatan Harjamukti dan Lemahwungkuk, mengingat perannya sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat yang harus mampu memberikan layanan prima, efisien, dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.

Daftar Pustaka

Ariani, L. G. S., Laksmini, P. A., Farmani, P. I., & Wirajaya, M. K. M. (2024). Analisis Kesiapan Penerapan Rekam Medis Elektronik di UPTD Puskesmas III Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Utara. Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM), 12(01), 07–16. https://doi.org/10.47007/inohim.v12i01.521

Fatimah, S., & Indrawati, F. (2019). Faktor Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 84–94.

Idris, V., & Ahmad, I. (2024). Peran Apoteker Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas. Jurnal Riseta Soshum, 1(1), 5–13.

Kana Azhara, Siti Aisyah, Arie Anggraini, & Ahmad Arif. (2024). Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Continuity Of Care pada Pelayanan Kebidanan di Puskesmas. Lentera Perawat, 5(1), 103–109. https://doi.org/10.52235/lp.v5i1.270

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 tahun 2019. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 tahun 2019 tentang Puskesmas. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas, Nomor 65(879), 2004–2006.

Prisecilia, S., Mulyadi, A., & Ihsan, H. (2024). Sma Negeri Di Kota Bandung. Jurnal Geodesi Undip Januari, 229.

Setiawan, E. (2017). PENERAPAN ISOCHRONE DAN KURVA TIME-AREA UNTUK HIDROGRAF LIMPASAN Applied of isochrone and time-area curve for determining runoff hidrograph. 4(1), 45–53.

Suryanagari, L., Mahanggoro, T. P., & Rosa, E. M. (2021). Pengaruh Faktor Kepuasan Kerja terhadap Kualitas Komunikasi Dokter-Pasien di Puskesmas Kota Cirebon. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 7(2), 186. https://doi.org/10.29241/jmk.v7i2.622

Syahdilla, I., & Susilawati, S. (2023). Analisis distribusi sumber daya manusia kesehatan berdasarkan standar ketenagaan Puskesmas di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal SAGO Gizi Dan Kesehatan, 4(2), 303. https://doi.org/10.30867/gikes.v4i2.1267

Umi Alfiah Istiqomah. (2019). Pemanfaatan Dan Efektivitas Fasilitas Puskesmas (Kasus: Kecamatan Pati Dan Dukuhseti). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Data Publications

Analisis Potensi Investasi di Kota Cirebon Menggunakan GIS

City Planning

17 Apr 2025

Muh Fiqri Abdi Rabbi

Analisis Potensi Investasi di Kota Cirebon Menggunakan GIS

Kota Cirebon, yang terletak di pantai utara Pulau Jawa bagian timur Jawa Barat, memiliki luas wilayah 39,48 km² dan posisi strategis yang mudah diakses dari Bandung dan Jakarta, menjadikannya pusat ekonomi penting. Pada tahun 2024, Kota Cirebon menargetkan investasi sebesar Rp 2,1 triliun, namun hingga kini capaian baru 37%. Selain itu, 96% dari total bidang tanah telah tersertifikasi, menandakan kemajuan dalam tata kelola pertanahan yang mendukung investasi berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi investasi Kota Cirebon secara spasial menggunakan pendekatan Sistem Informasi Geografis (GIS), guna menyediakan informasi investasi yang akurat. Faktor-faktor yang dianalisis meliputi Zona Nilai Tanah (ZNT), status hak tanah, dan jarak dari infrastruktur utama.

7 min read

29 view

1 Projects

Analisis Potensi Lahan Investasi Berbasis Spasial di Kabupaten Majalengka

City Planning

02 Apr 2025

Munazilah Rohiyal Ma'ani

Analisis Potensi Lahan Investasi Berbasis Spasial di Kabupaten Majalengka

Majalengka Regency, West Java, is developing a new industrial area. This area is designated as a Center for Industrial Growth (WPPI). It aims to boost the eastern region's economy and focus economic activity towards Cirebon.

9 min read

203 view

2 Projects

Analisis Keterjangkauan Supermarket Skala Besar di Kota Yogyakarta

Retail

27 Mar 2025

Diva Amevia Mahendradani

Analisis Keterjangkauan Supermarket Skala Besar di Kota Yogyakarta

Analisis ini mengevaluasi keterjangkauan supermarket di Kota Yogyakarta dengan mempertimbangkan distribusi spasial supermarket, aksesibilitas berdasarkan isochrone analysis, serta keterjangkauannya terhadap kepadatan penduduk. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah dengan akses optimal dan area yang kurang terlayani guna mendukung perencanaan tata ruang dan distribusi fasilitas perdagangan.

23 min read

205 view

2 Data

1 Projects

Analisis Jangkauan Transportasi di Sekitar Destinasi Wisata Kota Bogor dengan Pendekatan Isochrone Zona 500m, 1000m, dan 2000m

Transportation

02 Apr 2025

Nadiyah hasnah

Analisis Jangkauan Transportasi di Sekitar Destinasi Wisata Kota Bogor dengan Pendekatan Isochrone Zona 500m, 1000m, dan 2000m

Proyek ini bertujuan untuk menganalisis jangkauan transportasi di sekitar destinasi wisata Kota Bogor menggunakan pendekatan isochrone dengan zona 500m, 1000m, dan 2000m. Analisis ini akan membantu dalam memahami aksesibilitas transportasi publik dan infrastruktur jalan terhadap titik-titik wisata utama, sehingga dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengembangan sistem transportasi yang lebih inklusif dan efisien.

9 min read

152 view

1 Projects

Terms and Conditions
Introductions
  • MAPID is a platform that provides Geographic Information System (GIS) services for managing, visualizing, and analyzing geospatial data.
  • This platform is owned and operated by PT Multi Areal Planing Indonesia, located at
  • mapid-ai-maskot