Melawan Lahar Dingin Marapi: Menentukan Jalur Evakuasi dan Memetakan Risiko Bencana

02/05/2024 • Nokia Sigalingging

Marapi


Lahar dingin Gunung Marapi
Lahar dingin Gunung Marapi

Ring of Fire, julukan yang sudah tidak asing lagi dengan untuk Indonesia. Seperti yang kita tahu, keberadaannya membuat negara kita berada di pusaran bencana alam yang tak terelakkan. Tsunami, gempa bumi, hingga gunung meletus kadang kalanya melanda kapan saja. Salah satunya yang terjadi hingga hari ini adalah erupsi dari Gunung Marapi. Sebelumnya sempat meletus dashyat di penghujung tahun kemarin, tepatnya pada tanggal 3 Desember 2023 yang menelan 75 korban jiwa. Kini bertambah lagi sebanyak 37 orang meninggal akibat dari banjir lahar dingin yang dilansir dari laman situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Menelan banyak korban jiwa = Ketidaksiapan mitigasi bencana

Dalam UU No. 24 tahun 2007 dijelaskan, "Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana." Maka dari itu sangatlah penting kesiapan dan kesadaran diri dalam menghadapi bencana, salah satunya pentingnya mitigasi karena hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab segelintir orang saja, tetapi setiap individu. Apakah kalian tidak takut kehilangan orang terkasih hanya karena ketidaksiagaan diri terhadap bencana?

Jalur evakuasi, hal krusial yang perlu diketahui

Salah satu mitigasi yang krusial dan sangat perlu diketahui baik itu meliputi prabencana, saat bencana, dan pascabencana adalah jalur evakuasi. Jalur evakuasi merupakan aspek yang penting untuk dikembangkan pada wilayah rawan bencana. Jalur evakuasi yang baik adalah jalur yang aman serta tidak ada titik-titik penghalang atau hambatan yang banyak ketika penduduk dialokasikan ke tempat yang aman walau hanya ke tempat evakuasi sementara bahkan ke tempat evakuasi akhir.

Jalur evakuasi yang digunakan haruslah benar-benar aman dari benda-benda yang berbahaya yang dapat menimpa diri, serta jarak jalur evakuasi yang dipakai untuk evakuasi dari tempat tinggal semula ke tempat yang lebih aman haruslah jarak yang memungkinkan cepat sampai pada tempat yang aman dan jalur yang dipilih pun layak digunakan pada saat evakuasi sehingga tidak menghambat proses evakuasi.

Bagaimana caranya?

Untuk menemukan jalur evakuasi yang aman perlu melibatkan sistem informasi geografi, yakni pendekatan berbasis teknologi seperti network analysis yang dapat mengidentifikasi jalur evakuasi yang paling efisien dengan memanfaatkan data parameter kebencanaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas evakuasi dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keselamatan penduduk di wilayah tersebut. Metode analisis spasial network analysis shortest path digunakan untuk menentukan rute evakuasi terdekat dari titik rawan bencana menuju posko evakuasi. Hasilnya menunjukkan jalur evakuasi yang efisien dan terjangkau yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan penanggulangan bencana di wilayah Gunung Marapi dan wilayah lain yang rentan terhadap bencana alam.

Sebelum menentukan jalur evakuasi, kita perlu mengetahui zona bahaya banjir bandang di sekitar wilayah Tanah Datar, terlebih utama sungai-sungai yang kerap dilalui oleh lahar dingin dari Gunung Marapi. Menurut data yang dikeluarkan pada situs website InaRISK, bahaya bencana banjir lahar dingin di wilayah Tanah Datar diklasifikasikan menjadi lima kelas yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Klasifikasi yang paling mendominasi adalah kelas dengan kategori sedang dan sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah Tanah Datar yang dilewati sungai-sungai sangat rentan terdampak dari Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi.

Network analysis jalur evakuasi banjir lahar dingin Gunung Marapi di wilayah Tanah Datar

Berdasarkan hasil klasifikasi tingkat bahaya bencana banjir lahar dingin, dilakukan deliniasi yang mengacu pada tingkat bahaya sangat tinggi sebagai asumsi titik bencana yang tersebar di wilayah Tanah Datar. Deliniasi dilakukan sebanyak lima titik dan satu titik yang bersumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Untuk mengurangi risiko adanya dampak dari bencana ini, perlu adanya pos evakuasi khususnya bagi warga yang tinggal di bantaran sungai yang berhulu ke Gunung Marapi dari potensi risiko bahaya susulan maupun yang sudah terdampak.

Dalam penentuan titik berdirinya pos evakuasi perlu adanya beberapa faktor yang diantaranya adalah tempat yang terbuka serta dekat dengan jalan dan yang paling utama adalah keterjangkauan. Pada hasil pengolahan dengan penambahan jaringan jalan sebagai salah satu aspek utama dalam menentukan keterjangkauan, metode analisis spasial Network Analysis Shortest Path dipakai untuk memberikan informasi jalan terdekat atau tercepat dari titik rawan bencana. Hasil dari analisis tersebut didapatkan jarak dari titik bencana ke tiap pos evakuasi pada tabel dibawah ini.

Tabel jarak jalur evakuasi

Dari tabel diatas didapatkan informasi bahwa jalur evakuasi yang paling efisien dan terjangkau dari tiap titik bencana menuju posko evakuasi. Jalur terpanjang adalah jalur evakuasi dari Titik Bencana 2 menuju Posko Evakuasi 4 dengan jarak 8006 meter yang disimbolkan dengan jalan yang berwarna ungu, untuk titik bencana yang saling berdekatan yakni Titik Rawan Bencana 5, 6, dan 7 bisa menentukan posko evakuasi di Nomor 1, 2, 3, dan 4 dengan jarak terjauhnya 3581 meter yang pada visualisasi GEOMAPID disimbolkan dengan jalan yang berwarna merah, Titik Bencana 7 memiliki dua alternatif posko evakuasi yakni Posko Evakuasi 3 dan 4 dengan jarak 2008 meter, selanjutnya Titik Rawan Bencana 8 menuju Posko Evakuasi 1 dengan jarak 5384 meter, dan terakhir Titik Rawan Bencana 9 dengan posko evakuasi terdekat ada di Posko Evakuasi 4 dengan jarak 2411 meter.

Visualiasasi GEOMAPID

Keterangan:

1. Titik berwarna biru : Posko Evakuasi

2. Titik berwarna oranye : Titik Rawan Bencana

3. Titik berwarna merah : Gunung Marapi

Rekomendasi untuk mengurangi risiko banjir lahar dingin Marapi

Penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah untuk mengurangi risiko dan dampak banjir lahar dingin di Tanah Datar. Perlu menetapkan dan membangun posko evakuasi di lokasi strategis dekat titik rawan bencana, serta memperbaiki dan meningkatkan infrastruktur jalan menuju posko evakuasi. Program penyuluhan dan pelatihan evakuasi bagi masyarakat harus diadakan secara rutin. Penting juga mengembangkan sistem peringatan dini khusus untuk banjir lahar dingin. Koordinasi antara pemerintah daerah, BNPB, dan lembaga terkait harus ditingkatkan untuk memastikan respon yang cepat dan efektif selama bencana. Pemantauan dan pemeliharaan rutin pada jalur evakuasi dan posko diperlukan, serta rencana evakuasi yang jelas dan terperinci harus disosialisasikan kepada masyarakat. Evaluasi dan simulasi evakuasi secara berkala perlu dilakukan untuk memastikan kesiapan dan efektivitas rencana evakuasi.

Dibuat Oleh:

(MAOL-01824-01) Nokia Sigalingging

Daftar Rujukan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2020). Laporan Aktivitas Gunung Marapi. Diakses dari

Central Bureau of Statistics Sumatra Barat. (2020). Population Density Report. Diakses dari

Esri. (2021). Network Analysis and Overlay Weighting in ArcGIS. Diakses dari

Gunawan, H., & Pratama, M. (2019). Mitigasi Bencana Gunung Api di Indonesia. Jurnal Vulkanologi dan Teknologi Kebencanaan, 10(2), 87-102.

United States Geological Survey (USGS). (2020). Volcanic Hazards and Risks. Diakses dari

Data Publications