PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan, terletak pada pertemuan 4 lempeng yang bergerak aktif. Lempeng tersebut yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Philipina dan lempeng Pasifik (Hadi et al., 2016). Kepulauan Indonesia juga berada di dalam rangkaian Cincin Api Pasifik (Ring of Fire). Hal tersebut membuat tingginya tingkat potensi gempa bumi di Indonesia. Sebesar 71% dari keseluruhan wilayah Indonesia merupakan kawasan perairan. Indonesia memiliki garis pantai dengan panjang mencapai 95.181 kilometer. Garis pantai tersebut merupakan yang terpanjang kedua setelah Kanada. Gempa bumi yang terjadi di Indonesia sangat rentan menimbulkan terjadinya bencana tsunami. Tsunami berasal dari bahasa Jepang, artinya serangkaian gelombang laut yang dahsyat. Gelombang tersebut pada umumnya diakibatkan oleh gerakan lempeng tektonik di dasar laut. Karakteristik gelombang tsunami menyerupai riak-riak air. Gerakan gelombangnya semakin melebar dari awal bermulanya (Rusli et al., 2010). Berdasarkan pada historisnya, kejadian tsunami sangat membahayakan bagi masyarakat di wilayah pesisir. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa kematian, kehilangan harta benda, kerusakan sarana dan prasarana, gangguan ekonomi, dan juga mengganggu keadaan psikologis dari masyarakat (Pratomo dan Rudiarto, 2013). Bangunan menjadi unsur yang paling rentan mengalami kerusakan pada kebanyakan kasus bencana alam. Selain menjadi tempat tinggal bagi penduduk, bangunan juga memiliki nilai ekonomis (Wibowo et al., 2017). Semakin tinggi kepadatan bangunan, maka semakin tinggi juga tingkat kerentanannya terhadap tsunami (Mardiyanto et al., 2013). Pesisir selatan Pulau Jawa merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Pesisir selatan Pulau Jawa tergolong wilayah rawan bencana tsunami. Hal tersebut diperkuat dengan sering terjadinya gempa bumi yang bersumber di dasar Samudra Hindia. Beberapa gempa yang terjadi di Jawa Timur disebabkan oleh penunjaman lempeng benua di selatan Pulau Jawa (Purbandini et al., 2017). Pesisir Tambakrejo berada di selatan Pulau Jawa yang memiliki 3 pantai yaitu, Pantai Tambakrejo, Sumur Gemuling, dan Pasir Putih Pasetran Gondo Mayit. Pesisir Tambakrejo terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Pemilihan pesisir Tambakrejo sebagai lokasi penelitian dilatarbelakangi oleh beberapa sebab. Sebab tersebut yaitu pesisir tambakrejo terbentang di sebuah teluk dengan topografi landai (Irawan et al., 2016). Teluk tersebut memiliki panjang mencapai 10 kilometer. Terdapat permukiman kampung nelayan yang lumayan padat di area bibir pantainya. Secara umum daerah dengan permukiman padat berbanding lurus dengan bangunan yang ada. Risiko kerusakan akibat gelombang tsunami terutama terjadi pada daerah yang berbentuk teluk. Daerah berteluk mengakibatkan terjadinya peyempitan gerakan gelombang, sehingga membuat gerakan gelombang semakin cepat (Fauzi et al., 2020). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan luas area, jumlah bangunan, dan kerugian bangunan yang terdampak tsunami di wilayah pesisir Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk mitigasi bencana, sebagai upaya meminimalkan risiko yang ditimbulkan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2020 – Oktober 2020. Lokasi penelitiannya berada di wilayah pesisir Desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis Desa Tambakrejo berada di pesisir selatan Pulau Jawa, sedangkan secara astronomis terletak di 8,313724 LS dan 112,143211 BT. Peta Lokasi Penelitian terdapat pada Gambar berikut:
Alat dan Bahan Penelitian
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian yaitu “SCP Plugin”, “ArcMap”, “Microsoft Excel”, dan “Microsoft Word”, tersaji pada Tabel berikut:
Data yang digunakan dalam penelitian yaitu “Sentinel-2A”, “DEM ALOS PALSAR”, ketinggian tsunami maksimum, nilai bangunan, shapefile batas desa, garis pantai, dan bangunan, tersaji pada Tabel berikut:
Skema Kerja Penelitian
Pengolahan data pada penilitian ini dimulai dengan mengumpulkan data berupa data spasial dan non spasial. Selanjutnya dilakukan analisis spasial dan kuantitatif untuk mendapatkan hasil berupa peta area dan bangunan terdampak tsunami serta kerugiannya. Skema kerja penelitian terdapat dalam diagram alir pada Gambar berikut:
Pemodelan genangan tsunami dilakukan menggunakan fungsi “raster calculator” pada perangkat lunak “ArcGIS” dengan memasukkan rumus perhitungan “Hloss”. Rumus tersebut dikembangkan oleh Berryman (2006):
Keterangan :
Hloss = Penurunan ketinggian tsunami per 1 meter jarak inundasi
n = Koefisien kekasaran permukaan
H0 = Ketinggian gelombang tsunami di garis pantai (meter)
S = Kemiringan permukaan tanah (derajat
Parameter kekasaran permukaan didapatkan dari data penutupan lahan. Parameter ketinggian gelombang tsunami mengacu pada Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2012 yaitu sebesar 11 meter pada daerah kajian. Parameter kemiringan permukaan tanah dihasilkan dari pengolahan data “Digital Elevation Model”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Estimasi Tinggi Genangan Tsunami
Gambar di atas memberikan informasi ketinggian dari genangan tsunami di Desa Tambakrejo. Informasi tersebut ditunjukan oleh 3 warna, yaitu warna merah, kuning, dan hijau. Warna merah sampai dengan kuning menunjukan tinggi genangan 11 – 6 meter. Warna kuning sampai dengan hijau menunjukan tinggi genangan 6 – 0,0008 meter. Semakin menjauh dari pantai, maka ketinggian genangan juga makin berkurang.
Luas Area Terdampak Tsunami
Gambar di atas memberikan informasi kategori bahaya tsunami di Desa Tambakejo. Informasi tersebut ditunjukan oleh 3 warna, yaitu warna merah, kuning, dan hijau. Warna merah menunjukan kategori bahaya tinggi dengan ketinggian genangan lebih dari 3 meter. Warna kuning menunjukan kategori bahaya sedang dengan ketinggian genangan 1 sampai 3 meter. Warna hijau menunjukan kategori bahaya rendah dengan ketingian genangan kurang dari 1 meter. Luas area terdampak bahaya tsunami sebesar 982.969 m2. Kategori bahaya tinggi memiliki luas sebesar 727.500 m2, bahaya sedang memiliki luas sebesar 168.750 m2, dan bahaya rendah memiliki luas sebesar 86.719 m2. Tabel luas area terdampak berdasarkan kategori bahaya tsunami tersaji pada Tabel berikut:
Bangunan Terdampak Tsunami
Gambar di atas memberikan informasi bangunan yang terdampak bahaya tsunami di Desa Tambakejo. Informasi tersebut ditunjukan oleh 3 warna, yaitu warna merah, kuning, dan hijau. Warna merah menunjukan bangunan terdampak bahaya kategori tinggi. Warna kuning menunjukan bangunan terdampak bahaya kategori sedang. Warna hijau menunjukan bangunan terdampak bahaya kategori rendah. Terdapat 485 bangunan yang terdampak bahaya tsunami. Sebanyak 372 bangunan terdampak dengan kategori rusak berat, 50 bangunan rusak sedang, dan 63 bangunan rusak ringan. Pada penelitian ini untuk mengategorikan kerusakan bangunan didasarkan pada kategori bahaya tsunami. Bangunan yang terdampak bahaya tsunami kategori tinggi dikategorikan mengalami kerusakan berat. Bangunan yang terdampak bahaya tsunami kategori sedang dikategorikan mengalami kerusakan sedang. Bangunan yang terdampak bahaya tsunami kategori rendah dikategorikan mengalami kerusakan ringan. Nama Bangunan Terdampak Tsunami Nama bangunan terdampak tsunami terdapat pada Gambar
Gambar di atas memberikan informasi nama bangunan yang terdampak bahaya tsunami di Desa Tambakejo. Terdapat 43 nama bangunan yang terdampak bahaya tsunami kategori tinggi serta 8 untuk kategori sedang dan rendah. Nama bangunan terdampak bahaya tsunami kategori tinggi yaitu Bakso Pak Pangat, Dini Laundry, Galangan Kapal, Guest House Mitra Bahari, Home Stay Disco, Homestay Kampung Tengah, Homestay Mbah Suyut, Kedai Cethe Pantai Tambakrejo, Kios Jamu Herbal Angger Waras, Masjid Hidayatullah, Mushola Bahrul Iman, Musholla Dahrul Iman, Niken Cell, Pasar Ikan Tambakrejo, Penginapan "Rumah Singgah Nelayan", Pos KAMLADU, Rehan Cell, SDN Tambakrejo 01, Sekretariat KUB Mina Usaha, Sekretariat KUB Ngudi Lestari, Toko Alat Tulis "Elly's Production", Toko Baju "Lestari Fashion", Toko Bangunan "Sederhana Bangunan", Toko Mbah Ruwek, Toko Peralatan Memancing "Indu Indah", Toko Peralatan Rumah Tangga, Toko Sederhana, Toko Sepatu Ananda, UPT P2SKP Tambakrejo Blitar, Warung kopi Bu Esra & PP Busana, Warung Kopi Sederhana, Warung Mamak Kita, Warung Mbak Siti, Warung Mie Ayam Puja Rasa, Warung Moro Jodo, Warung NN, Warung Pak Peno, Warung Pojok, Warung Pojok Bu Jarni & Makmur, Warung Pojok Kamladu, Warung Sate Bu Siti, Warung Sibun Lah dan bangunan lainnya. Nama bangunan terdampak bahaya tsunami kategori sedang yaitu Niken Cell, Putra Cellular, SDN Tambakrejo 01, Toko Baju "Pangestu Fashion", Toko Bintang Terang, Toko Bintang Terang 1, Toko Gabbriel Itan Putuk dan bangunan lainnya. Nama bangunan terdampak bahaya tsunami kategori rendah yaitu Kantor Kelurahan, Laura Cake, Penjahit Deni, Pom Mini Bukit Raya, Putra Cellular, Toko Gabbriel Itan Putuk, Toko Material Bangunan "Harapan Sentosa", dan bangunan lainnya. Tabel nama bangunan yang terdampak bahaya tsunami kategori tinggi, sedang, dan rendah tersaji pada Tabel di bawah berikut ini.
- Tabel nama bangunan terdampak tsunami kategori tinggi
- Tabel nama bangunan terdampak tsunami kategori sedang
- Tabel nama bangunan terdampak tsunami kategori rendah
Kerugian Bangunan Terdampak Tsunami
Data nilai bangunan ditentukan berdasarkan ayat 3 pasal 1, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 186/PMK.03/2019 tentang Klasifikasi Objek Pajak dan Tata Cara Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan. Nilai Jual Objek Pajak bangunan tersebut ditentukan dengan cara mengetahui nilai perolehan baru. Nilai perolehan baru merupakan metode menentukan Nilai Jual Objek Pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu objek pajak pada saat melakukan penilaian, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi objek pajak tersebut. Pada proses tersebut, penyusutan yang berdasarkan kondisi fisik objek pajak tidak dimasukkan dalam perhitungan. Tidak dimasukkannya penyusutan dalam nilai perolehan baru, karena pada saat dilakukannya penelitian ini masih berada dalam kondisi pandemi Covid-19. Nilai bangunan setiap meter persegi ditaksir dengan harga sebesar Rp2.500.000,00 – Rp4.500.000,00 yang diasumsikan untuk bangunan tipe standar dan mewakili secara keseluruhan jenis bangunan. Perlu diketahui bahwa harga bangunan tersebut dilain waktu dapat berubah sesuai dengan harga pasar yang berlaku. Berdasarkan proses penghitungan kerugian yang telah dilakukan menggunakan perangkat lunak “ArcGIS” dan “Microsoft Excel”, didapatkan hasil yang tersaji pada Tabel di bawah. Tabel tersebut memberikan informasi kerugian bangunan dalam nominal rupiah. Bangunan terdampak memiliki total luas 79.771 m2 dengan kerugian ditaksir mencapai Rp199.427.500.000,00 –Rp358.969.500.000,00. Bangunan rusak berat memiliki luas 60.680 m2 dengan kerugian sebesar Rp151.700.000.000,00 –Rp273.060.000.000,00. Bangunan rusak sedang memiliki luas 7.134 m2 dengan kerugian sebesar Rp17.835.000.000,00 – Rp32.103.000.000,00. Bangunan rusak ringan memiliki luas 11.957 m2 dengan kerugian sebesar Rp29.892.500.000,00 – Rp53.806.500.000,00.
Setelah diketahui perkiraan bangunan terdampak serta kerugian yang ditimbulkan oleh adanya bahaya tsunami di wilayah pesisir Desa Tambakejo, maka perlu adanya suatu program dari pemerintah. Program tersebut diharapkan dapat meminimalkan risiko kerusakan dan kerugian yang disebabkan oleh gelombang tsunami. Program tersebut dapat berupa desa tangguh bencana dengan penambahan sabuk hijau berlapis di pinggir pantai. Penambahan sabuk hijau tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan penanaman tanaman mangrove dan cemara udang di bibir pantai. Tanaman mangrove dan cemara udang dapat mereduksi terjangan gelombang tsunami, sehingga daya hancur dari gelombang tersebut akan berkurang ketika mencapai permukiman penduduk. Pemeliharaan jalan untuk jalur evakuasi juga perlu dilakukan agar kondisinya selalu layak digunakan terutama untuk mobilisasi menggunakan kendaraan bermotor, jika bencana tsunami terjadi. Perlu juga diadakannya kegiatan sosialisasi terkait pengetahuan mitigasi bencana kepada masyarakat setempat. Pelaksanaan program tersebut akan berjalan dengan efektif dan efisien, jika adanya koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat setempat.
KESIMPULAN
Tsunami menggenangi area seluas 982.969 m2 yang berdampak terhadap 485 bangunan. Sebanyak 372 bangunan rusak berat, 50 bangunan rusak sedang, dan 63 bangunan rusak ringan. Kerugian yang ditimbulkan dari bangunan yang terdampak mencapai Rp199.427.500.000,00 – Rp358.969.500.000,00.
Tampilan peta pada platform Geo Mapid dapat dibuka pada atau link berikut:
View MapArtikel dalam format PDF dapat dilihat dan diunduh pada link berikut:
Download Full Text PDF