Pemetaan Keterjangkauan Lokasi Kecelakaan dan Fasilitas Kesehatan di Kota Bandung

05/08/2024 • Yusuf Nur Fanani Ikhsan

Analisis Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan dengan Lokasi Rawan Kecelakaan di Kota Bandung


Network Analysis
Network Analysis

Disusun Oleh : M. Fildzah Rake Maqomi, Salma Hanun Hanifah, Yusuf Nur Fanani I

Pendahuluan

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah yang tidak pernah terhindarkan di Indonesia dan menempatkan indonesia sebagai negara urutan kelima tertinggi angka kecelakaan lalu lintas di dunia (Hidayah dan Hendrawati, 2017). Meningkatnya jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu permasalahan yang sering terjadi di dunia kesehatan. Selain itu, kecelakaan lalu lintas juga merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera akibat terjatuh, tenggelam, terbakar, dan keracunan (Syahrizal, 2019). Ada terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yaitu manusia, kendaraan, sarana dan prasarana, serta kecelakaan.

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang padat dengan jumlah penduduk. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, menyatakan Kota Bandung memiliki populasi penduduk sebesar 2.497.938 jiwa dengan luas wilayah 167,31 km2. Sehingga tidak heran, sebagian besar masyarakatnya menggunakan kendaraan pribadi sebagai sebagai akomodasi sehari-hari. Kemacetan terkadang terjadi di berbagai ruas jalan di Kota Bandung terutama saat menjelang dan selesai jam kerja tiba. Hal itu terkadang menyebabkan kecelakaan akibat sibuknya jalur transportasi. Penyebab kecelakaan di Kota Bandung disebabkan beberapa hal diantaranya kondisi kendaraan, tindakan tidak hati-hati, suka melanggar lalu lintas, dan terhalangnya pandangan akibat minimnya penerangan saat malam hari.

Berdasarkan data dari tahun 2013-2017, jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota bandung mengalami peningkatan dengan jumlah rata-rata per tahun kecelakaan lalu lintas sebanyak 116 korban meninggal dunia, 24 korban luka berat, dan 756 luka ringan (Polrestabes, 2018). Pada tahun 2016, lebih dari 175 ribu sepeda motor mengalami kecelakaan korbannya dengan rentang usia 15 hingga 60 tahun. Pelajar dari rentang 15-19 tahun menjadi korban kecelakaan urutan kedua (Alda dan Herlina, 2019). Berdasarkan data tersebut juga, menunjukkan bahwa siswa SMA menjadi kelompok tertinggi dan memiliki perilaku keselamatan berkendara yang buruk di jalan raya. Kecelakan motor sendiri tidak hanya menyebabkan kerugian material, namun juga meningkatkan korban jiwa. Sehingga, pada fenomena ini memerlukan perhatian yang serius, agar korban jiwa kecelakan dapat dikurangi.

Oleh karena itu, fenomena tingginya angka kecelakaan seiring dengan bertambahnya angka pengendara motor dan peningkatan jumlah penduduk diperlukan analisis khusus yaitu analisis keterjangkauan antara lokasi kecelakaan dan fasilitas kesehatan. Hal itu untuk mengurangi resiko kematian korban jiwa pada kecelakaan yang terjadi. Alhasil, ketersediaan dan sebaran lokasi fasilitas kesehatan menjadi peran yang penting dalam penyediaan kebutuhan tindakan medis korban kecelakaan. Analisis keruangan yang digunakan untuk melihat rute tercepat berdasarkan waktu dan jarak, serta analisis yang dapat disimpulkan dari pola tersebut. Analisis keterjangkauan merupakan metode yang sesuai untuk mendapatkan keputusan terbaik dalam penyelesaian masalah sesuai dengan data yang tersedia. Selain itu, metode network analysis juga mendukung untuk menunjukkan sebaran dan keterjangkauan lokasi kecelakaan pada jarak dan waktu tertentu.

Metodologi

Lokasi penelitian berada di wilayah Kota Bandung dengan metode yang digunakan adalah metode deskripsi berdasarkan fenomena yang diteliti. Data yang digunakan selama penelitian berupa data spasial administrasi Kota Bandung, data kecelakaan baik luka berat maupun ringan, dan data lokasi fasilitas kesehatan Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah metode network analysis dan buffering. Hasil pengolahan berupa peta sebaran lokasi kecelakaan dan peta fasilitas kesehatan, beserta keterjangkauan menurut jarak dan waktu tercepat berdasarkan rute tertentu dengan pola persebarannya.

  • Network analysis merupakan suatu teknik analisis jaringan berbasis pada data spasial yang berupa garis. Dalam metode ini, ketentuan yangdiperlukan adalah garis yang merupakan obyek analisis harus merupakan sebuah sistem jaringan yang saling berhubungan. Beberapa hal yang dapat dihasilkan dari analisis ini adalah penentuan rute paling optimum, menentukan akses fasilitas terdekat, dan menentukan fasilitas pelayanan.
  • Buffer peta merupakan bentuk lain dari teknik analisis yang mengidentifikasi hubungan antara suatu titik dengan area di sekitarnya atau disebut sebagai Proximity Analysis (analisis faktor kedekatan). Proximity Analysis merupakan proses analisa yang biasa digunakan dalam penentuan site/lahan untuk keperluan strategi pemasaran dalam bisnis/perdagangan (A, Wafirul, 2010).

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan data dari 12 rumah sakit, 98 titik lokasi kecelakaan dengan luka berat, jaringan jalan, dan batas administrasi Kota Bandung. Data ini diperoleh dari hasil survei lapangan oleh Tim D4 RPL Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung pada tahun 2021, yang mencakup periode lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2016 hingga 2020.

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah Service Area Analysis. Metode ini digunakan untuk menentukan keterjangkauan fasilitas kesehatan berdasarkan buffer jarak. Buffer ini diaplikasikan pada peta untuk melihat sejauh mana titik-titik kecelakaan dapat dijangkau oleh fasilitas kesehatan yang ada. Penentuan jarak buffer diperoleh dari aturan Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 1984, yang menetapkan jangkauan pelayanan fasilitas kesehatan maksimum adalah 2 km.

Persebaran titik kecelakaan menunjukkan pola yang bervariasi di seluruh Kota Bandung. Sebagian besar titik kecelakaan berada di area dengan mobilitas tinggi seperti pusat kota dan jalan-jalan utama. Hal ini menunjukkan korelasi antara volume lalu lintas yang tinggi dan kejadian kecelakaan. Titik-titik kecelakaan yang berada di luar jangkauan 3 km dari fasilitas kesehatan cenderung berada di area yang lebih terpencil atau di pinggiran kota, di mana fasilitas kesehatan mungkin tidak tersebar secara merata.

Sebaliknya, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit umumnya terkonsentrasi di pusat kota dan area dengan kepadatan penduduk tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kebutuhan untuk memperluas akses ke layanan kesehatan di area yang lebih terpencil atau kurang terlayani.

Gambar Titik Lokasi Fasilitas Kesehatan

Gambar Titik Lokasi Kecelakaan

Hasil dari Service Area Analysis menunjukkan jangkauan pelayanan fasilitas kesehatan (rumah sakit) dengan menggunakan buffer jarak 1 km, 2 km, dan 3 km. Dari analisis buffer jarak, ditemukan bahwa titik lokasi kecelakaan menyebar hingga lebih dari 3 km dari rumah sakit terdekat. Namun, sebagian besar titik kecelakaan masih berada dalam cakupan pelayanan maksimum 2 km. Berikut adalah rincian hasilnya:

Buffer Lokasi Titik Fasilitas Kesehatan

  1. 1.
    Buffer 1 km: Sebanyak 50% dari titik kecelakaan berada dalam jarak 1 km dari rumah sakit terdekat. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar sepertiga dari lokasi kecelakaan dapat dijangkau dengan cepat oleh fasilitas kesehatan terdekat. Pada jarak ini, respons darurat dapat dioptimalkan karena jarak yang dekat memungkinkan transportasi korban ke rumah sakit dalam waktu singkat, yang sangat penting untuk kasus-kasus yang membutuhkan penanganan segera.
  1. 2.
    Buffer 2 km: Sebanyak 30% dari titik kecelakaan berada dalam jarak 2 km dari rumah sakit. Ini menandakan bahwa separuh lokasi kecelakaan masih dalam jangkauan pelayanan yang ideal untuk penanganan darurat cepat. Jarak 2 km dianggap sebagai radius optimal sesuai dengan standar Depkes, yang menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di wilayah ini memiliki akses yang baik ke layanan kesehatan darurat.
  1. 3.
    Buffer 3 km: Sebanyak 20% dari titik kecelakaan berada dalam jarak 3 km dari rumah sakit. Walaupun sebagian besar titik kecelakaan sudah tercakup dalam jarak ini, masih ada titik yang berada di luar jangkauan 3 km. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa area yang memerlukan perhatian lebih untuk meningkatkan aksesibilitas ke layanan kesehatan. Pada jarak ini, meskipun waktu respons bisa lebih lama, kebanyakan korban kecelakaan masih memiliki peluang untuk mendapatkan bantuan medis dalam waktu yang wajar.

Untuk mendapatkan rute terdekat antara titik kecelakaan dengan fasilitas terdekat dilakukan analisis berupa Network Analysis. Metode network analysis merupakan metode analisis yang berbasis pada data garis (line) sehingga dalam pengolahannya menggunakan data jaringan jalan di Kota Bandung. Metode ini memiliki dua jenis algoritma yaitu shortest dan fastest. Dalam analisis ini digunakan algoritma fastest yang dalam pengolahannya mempertimbangkan waktu tempuh antara titik awal (lokasi kecelakaan) dengan titik akhir (fasilitas kesehatan) dengan asumsi kecepatan rata-rata dari kendaraan sebesar 50 km/jam. Hasil dari pengolahan network analysis dari titik kecelakaan hingga faskes di Kota Bandung sebagai berikut.

Gambar Rute Terdekat

Dari gambar tersebut, terdapat garis-garis yang merupakan jalur yang dapat ditempuh dari titik kecelakaan (warna biru terang) menuju fasilitas kesehatan (warna biru gelap). Dalam atribut tabel juga dapat dilihat kolom “COST” yang merupakan waktu tempuh antara titik awal dan titik akhir. Nilai yang lebih kecil menunjukkan waktu yang lebih cepat.

Kesimpulan

Kota Bandung merupakan salah satu kota padat yang sering mengalami kecelakaan. Penanganan utama untuk kecelakaan berat adalah dilarikan ke rumah sakit atau UGD. Persebaran faskes terutama rumah sakit di Kota Bandung cenderung berada di pusat kota. Keterjangkauan titik lokasi kecelakaan terhadap fasilitas kesehatan di Kota Bandung adalah cukup terjangkau. Hal ini dikarenakan hampir 80% titik kecelakaan termasuk dalam buffer layanan faskes sejauh 2 km yang merupakan jarak optimal sesuai standar Depkes. Namun demikian, 20% lokasi kecelakaan masuk ke radius 3 km tetapi masih memiliki kesempatan pelayanan yang wajar. Pemetaan rute tercepat dari lokasi kecelakaan ke faskes menunjukkan jalur-jalur yang dapat dilewati dengan waktu tempuh tercepat dari titik kecelakaan. Secara umum, faskes dapat ditempuh dengan cepat dari titik kecelakaan. Keterjangkauan lokasi faskes ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penambahan pengadaan dan pembangunan faskes Kota Bandung di kemudian hari.

Referensi

Hafizurrahman.2023.Jangkauan Pelayanan Fasilitas Kesehatan Terhadap Zona Rawan Kecelakaan Lalu Lintas Di Kecamatan Padang Utara Kota Padang.Padang.Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.

Alda dan Herlina. 2019. Gambaran Faktor-Faktor Perilaku Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pengendara Sepeda Motor di SMAN 2 Gunung Putri Bogor Tahun 2019.Bandung: Stikes Persada Husada Indonesia

Aqli, Wafirul.2010.Analisa Buffer Dalam Sistem Informasi Geografis Untuk Perencanaan Ruang Kawasan.Jakarta:Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Rajasa, Bagus Rajasa.2017.Kajian Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Bandung.Bandung:Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Insitut Teknologi Nasional

Data Publications