Penentuan Pusat Pertumbuhan Calon Daerah Otonom Baru Kabupaten Sukabumi Utara

19/02/2025 • Muhammad Faisal Yusuf Al Ayubi

Penentuan Lokasi Pusat Pertumbuhan Calon Daerah Otonom Baru Kabupaten Sukabumi Utara


THumbnail
THumbnail

1. Pendahuluan

Kabupaten Sukabumi merupakan wilayah administratif kabupaten terluas di Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi adalah 4.164,152 km2 dan memiliki proporsi 11,24% dari total luas Provinsi Jawa Barat (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, 2022).Memiliki wilayah yang luas bentang alam Kabupaten Sukabumi cukup bervariasi. Mulai dari wilayah pegunungan vulkanik di bagian utara sampai pantai terjal dan perbukitan bergelombang yang berhadapan dengan Samudera Hindia di bagian selatan yang menjadi ciri utama pantai selatan dengan kemiringan mencapai 40% yang disusun oleh sedimen tua (Wahyudin, 2011).

Secara potensi sumberdaya alam Kabupaten Sukabumi kaya dengan berbagai potensi dibidang pariwisata, pertanian, perkebunan, kelautan, kehutanan, bahkan energi panas bumi dan pertambangan. Meskipun begitu Kabupaten Sukabumi termasuk kedalam kabupaten tertinggal di Provinsi Jawa Barat (Faruqi et al., 2015). Produktivitas ekonomi Kabupaten Sukabumi masih rendah dengan persentase Produk Domestik Bruto (PDRB) sebesar 3,16% dari PDRB Jawa Barat. Selain itu kualitas sumber daya manusia Kabupaten Sukabumi masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari indeks pembangunan manusia Kabupaten Sukabumi yang sebesar 67.07 atau berada pada peringkat 24 dari 27 Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, 2022)

Wilayahnya yang luas menjadi tantangan Kabupaten Sukabumi dalam menghadapi masalah kesenjangan dalam pemerataan pembangunan. Sebanyak 2.699.285 jiwa penduduk tersebar pada 47 kecamatan yang terdiri dari 381 desa dan 5 kelurahan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, 2022). Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Sukabumi yang tidak merata khususnya antara bagian utara dan bagian selatan. Ketidakmerataan sebaran penduduk menandakan sebaran fasilitas penunjang yang tidak merata dan telah terjadi kesenjangan pembangunan. Kesenjangan pembangunan akan menimbulkan berbagai masalah yang sangat merugikan proses pembangunan yang ingin di capai (Faruqi et al., 2015).

Peta Persentase Sebaran Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi

Kesenjangan pembangunan yang terjadi antar wilayah di Indonesia terjadi karena berbagai faktor. Diantara penyebabnya adalah keragaman potensi sumberdaya alam, letak geografis, kualitas suberdaya manusia, dan ikatan etnis atau politik. Permasalahan yang terjadi akibat kesenjangan pembangunan biasanya terdiri dari masalah kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan (Harefa, 2010). Permasalahan tersebut apabila dilihat dalam konteks pembangunan memiliki keterkaitan dengan rendahnya kemampuan akses masyarakat perdesaan, wilayah terpencil, perbatasan, serta wilayah tertinggal terhadap sarana prasarana sosial maupun ekonomi (Faruqi et al., 2015)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesenjangan pembangunan tersebut diantaranya dengan melakukan pemekaran wilayah dan membentuk wilayah otonom baru. Hal tersebut dikarenakan secara filosofis tujuan pemekaran daerah terdiri dari 3 kepentingan yaitu untuk meningkatkan pelayanan umum pemerintah kepada masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, dan memperpendek rentang kendali pemerintahan (Sunarso, 2012). Pemekaran daerah di daerah tertinggal memang menjadi implementasi dari desentralisasi dan penyeleggeraan pemerintahan daerah di Indonesia (Maulana, 2019). Sejak diberlakukannyaUU Nomor 22 Tahun 1999 sampai UU Nomor 23 Tahun 2014 sudah terdapat banyak daerah otonom yang dibentuk oleh pemerintah, baik pada tingkatprovinsi maupun tingkat kabupaten/kota.

Berdasarkan hal tersebut Kabupaten Sukabumi rencananya akan melakukan pembentukan daerah otonom baru yaitu Kabupaten Sukabumi Utara. Secara administratif wilayah ini akan terdiri dari 21 kecamatan dan akan berbatasan dengan Kabupaten Bogor di bagian utara, Kabupaten Cianjur di bagian timur, Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi di bagian selatan, dan Kabupaten Lebak di bagian barat. Rencananya juga Kabupaten Sukabumi Utara akan dimekarkan bersama dengan Kabupaten Bogor Barat dan Kabupaten Garut Selatan (Surat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 118/6393/Perkim, 2019)

Meskipun demikian pembentukan daerah otonom baru bukanlah solusi yang instan dalam menyelesaikan masalah kesenjangan pembangunan. Perlu adanya penyelenggaraan pembangunan yang terencana serta kajian yang komprehensif terhadap permasalhan kesenjangan tersebut. Apabila merujuk kepada teori pusat pertumbuhan wilayah yang dikemukakan oleh Perroux bahwa pertumbuhan sebuah wilayah tidak terjadi dan muncul di berbagai daerah pada waktu yang bersamaan.(Farizal et al., 2011)

Berdasarkan hal tersebut diperlukan penentuan lokasi pusat pertumbuhan wilayah yang unggul dan wilayah yang akan menjadi hinterland. Fungsi pusat pertumbuhan wilayah diantaranya adalah untuk menjadi pusat konsentrasi penduduk dalam melaksanakan kegiatan ekonomi dan sebagai pusat pelayanan kepada daerah hinterland (Tarigan, 2004).

Adapun hinterland berfungsi sebagai pemasok bahan baku, penyedia tenaga kerja dan daerah pemasarana hasil barang dan jasa juga untuk menjaga keseimbangan lainnya seperti ekologi. Kedua jenis wilayah tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain dan menjaga keseimbangan sumberdaya dalam mengupayakan pemerataan pembangunan.

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana lokasi pusat pertumbuhan wilayah beserta hinterland calon daerah otonom baru Kabupaten Sukabumi Utara. Penentuan pusat pertumbuhan wilayah dapat dilakukan dengan menganalisis tingkat penyediaan fasilitas disuatu lokasi. Asumsinya adalah semakin banyak ketersediaan fasilitas suatu lokasi maka lokasi itu semakin berkembang begitupun sebaliknya (Rahayu & Santoso, 2014).

Adapun wilayah hinterland dapat ditentukan dengan mengetahui kekuatan interaksi antar wilayah dengan lokasi pusat pertumbuhan. Dengan demikian pembangunan pusat pertumbuhan diharapkan dapat mempunyai efek sebar (spread effect) dan memicu pemerataan di setiap kecamatan (Riyadi, 2000).

Selain itu untuk mengetahui lokasi pusat pertumbuhan dan hinterland secara lebih jelas penelitian ini juga memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG digunakan sebagai alat pengolahan data, analisis, dan visualisasi dengan menggunakan peta. SIG memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran secara visual terkait lokasi yang ada di permukaan bumi (Arronof, 1989). Hasil analisis terkait pusat pertumbuhan wilayah kemdian di analisis secara overlaysehingga menghasilkan lokasi pusat pertumbuhan yang paling baik. Hasil Penggunaan SIG akan memberikan kemudahan dan kelebihan dalam melakukan identifikasi, pemetaan, pengorganisasian data dan analisis spasial secara efektif untuk kawasan yang luas (Diartho & Pratama, 2020).

2. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan positivisme. Pendekatan positivisme dalam penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penyelesaian masalah melalui pengetahuan teknis tentang pengukuran, desain dan berbagai metode kuantitatif dengan dasar sesuai dengan teori-teori formal dan tentang fenomena alam (Sarwono, 2006). Sehingga dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan bersumber dari fakta empiris yang berasal dari pengamatan yang didukung oleh landasan teori.

Penelitian ini memiliki dari 2 variabel yang digunakan sebagai proses untuk menentukan lokasi pusat pertumbuhan beserta wilayah hinterland nya. Variabel tingkat ketersediaan fasilitas terdiri dari 5 kategori dan 20 jenis fasilitas yaitu ketersediaan sarana pendidikan (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/MA), ketersediaan sarana kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Puskesmas Pembantu), ketersediaan sarana peribadatan (Masjid, Musholla, Gereja), ketersediaan sarana kelembagaan (Kantor Pemerintahan, Kantor Pos, Kantor Polisi), dan ketersediaan sarana perekonomian (Pasar, Kelompok Pertokoan, Minimarket, Koperasi, Restoran, Bank) . Sedangkan variable interaksi wilayah terdiri dari jumlah penduduk dan jarak antar kecamatan.

Penelitian ini juga memanfaatkan peta sebagai alat analisis hasil akhir dari penentuan pusat pertumbuhan wilayah. Untuk data sekunder penulis melakukan perhitungan dengan beberapa rumus analisis, yaitu analisis scalogram (menghitung tingkat ketersediaan sarana prasarana wilayah dan analisis gravitasi wilayah (menghitung kekuatan interaksi wilayah), serta analisis overlay melalui pemetaan SIG.

Analisis skalogram merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketersediaan fasilitas didalamnya (Ermawati, 2010). Kecamatan yang memiliki kelengkapan fasilitas tertinggi dapat ditentukan sebagai pusat pertumbuha. Asumsinya adalah dalam sebuah wilayah kabupaten, kecamatan yang memiliki fasilitas lebih lengkap tentu bisa memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat sehingga kecamatan tersebut menjadi pusat pertumbuhan wilayah tersebut (Rahayu & Santoso, 2014).

Analisis ini digunakan untuk melihat jumlah dan jenis fasilitas yang berada di tiap kecamatan di CDOB Kabupaten Sukabumi Utara. Berdasarkan jumlah ketersediaan fasilitas tersebut dapat ditentukan kecamatan yang layak menjadi pusat pertumbuhan CDOB Kabupaten Sukabumi Utara adalah yang paling lengkap fasilitasnya. Sedangkan kecamatan yang keterediaan fasilitasnya kurang lengkap akan menjadi wilayah hinterland atau wilayah pendukung. Hasil analisis ini berupa hierarki atau tingkatan kelas kelas setiap kecamatan sesuai dengan nilai ketersediaan fasilitasnya.

Kemudian untuk menganalisis sebaran hinterland masing-masing pusat pertumbuhan penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk menentukan hinterland dari setiap pusat pertumbuhan yang diketahui. Menurut Setiono (Setiono, 2011) penerapan model gravitasi untuk mengukur keseimbangan pengaruh antar dua kota. Analisis Gravitasi digunakan untuk melihat daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi, kaitan potensi suatu lokasi dengan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut (Utoyo, 2007)

Bagan Alur Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Letak Geografis CDOB Kabupaten Sukabumi Utara di persilangan antara Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi dengan Kabupaten Bogor, serta Kabupaten Lebak dengan Kabupaten Cianjur. CDOB Kabupaten Sukabumi Utara terletak di antara 1060 31’ 29” – 1070 3’ 55” BT dan 6042’56” – 702’29” LS. Batas wilayah CDOB Kabupaten Sukabumi Utara adalah sebagai berikut

a. Sebelah Utara : Kabupaten Bogor

b. Sebelah Barat : Kabupaten Lebak

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi

d. Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur.

CDOB Kabupaten Sukabumi Utara akan memiliki luas sekitar 947,51 km2 sekitar 23,86% dari luas Kabupaten Sukabumi sebagai daerah induk sebelum dilakukan pemekaran. Adapun CDOB Kabupaten Sukabumi Utara akan meliputi 21 dari 47 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukabumi saat ini.

B. Analisa lokasi pusat pertumbuhan berdasarkan ketersediaan sarana prasarana

Dalam menganalisa calon lokasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana digunakan teknik analisa scalogram. Tujuan teknik ini adalah untuk mengidentifikasi kecamatan- kecamatan yang dapat dikelompokkan menjadi calon pusat-pusat pertumbuhan berdasarkan pada sarana prasarana yang tersedia. Prinsip analisa yang digunakan adalah dengan skoring terhadap setiap fasilitas dari masing-masing sarana prasarana. Jika dalam kecamatan tersebut memiliki sarana seperti yang tertera pada variabel maka diberi nilai 1 (satu), sebaliknya jika tidak memiliki sarana tersebut diberi nilai 0 (nol).

Tabel Skoring dan Hirarki Kelengkapan Fasilitas

Dari hasil analisis diperoleh 5 hirarki yang terbentuk yaitu :

1) Hirarki 1 terdiri dari kecamatan dengan nilai kelengkapan fasilitas sebanyak 20/19 fasilitas yaitu Kecamatan Cicurug, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cisaat, dan Kecamatan Cibadak. Hirarki ini sangat cocok untuk menjadi pusat pertumbuhan karena memiliki kelengkapan fasilitas dari setiap kategori. Pada Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cisaat, dan Kecamatan Cibadak tidak tersedia fasilitas gereja.

2) Hirarki 2 terdiri dari kecamatan dengan nilai kelengkapan fasilitas sebanyak 18/17 fasilitas yaitu Kecamatan Nagrak, Kecamatan Parungkuda, Kecamatan Kalapanunggal, Kecamatan Sukalarang, dan Kecamatan Gegerbitung. Fasilitas yang tidak ada pada hirarki ini adalah fasilitas rumah sakit dan gereja. Pada hirarki ini terdapat perbedaan ketidaktersediaan fasilitas pada kecamatan yang memperoleh skor 17. Di Kecamatan Kalapanunggal dan Kecamatan Gegerbitung tidak tersedia restoran, Sedangkan di kecamatan Sukalarang tidak tersedia Puskesmas Pembantu.

3) Hirarki 3 terdiri dari kecamatan yang memiliki nilai kelengkapan fasilitas sebanyak 16/15 fasilitas yaitu Kecamatan Cidahu, Kecamatan Gunungguruh, Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Cicantayan, Kecamatan ParakanSalak, Kecamatan Kabandungan, Kecamatan Bojonggenteng, dan Kecamatan Kebonpedes. Pada hirarki ini fasilitas yang tidak tersedia adalah gereja, rumah sakit, dan kantor pos, Selain itu terdapat variasi ketidak tersediaan fasilitas juga diantaranya Pasar, Kelompok pertokoan, restoran, kantor polisi, dan bank.

4) Hirarki 4 terdiri dari kecamatan yang memiliki nilai kelengkapan fasilitas sebanyak 14 fasilitas yaitu Kecamatan Kadudampit, Kecamatan Caringin, dan Kecamatan Ciambar. Fasilitas yang tidak tersedia pada hirarki ini hampir seragam yaitu gereja, rumah sakit, kantor pos, restoran, bank, pasar dan/atau kelompok pertokoan,dan kantor polisi

5) Hirarki 5 terdiri dari kecamatan yang memiliki nilai kelengkapan fasilitas sebanyak 13 yaitu Kecamatan Cireunghas. Hirarki ini tidak memiliki fasilitas diantaranya gereja, rumah sakit, kantor pos, restoran, bank, pasar dan kelompok pertokoan.

Hasil klasifikasi hirarki tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Peta Hirarki Pusat Pertumbuhan Wilayah Calon Daerah Otonom Baru Kabupaten Sukabumi Utara

Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat diketahui bahwa hirarki 1 merupakan kecamatan yang memiliki kelengkapan sarana prasarana untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah. Kelengkapan sarana pada hirarki 1 meliputi kelengkapan sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana kelembagaan, sarana peribadatan dan sarana perekonomian. Oleh karena itu hirarki 1 ditentukan sebagai pusat-pusat pertumbuhan wilayah CDOB Kabupaten Sukabumi Utara. Dengan demikian pusat pertumbuhan wilayah CDOB Kabupaten Sukabumi Utara terdiri dari Kecamatan Cicurug, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cisaat, dan Kecamatan Cibadak.

Selain itu apabila dilihat dari sebarannya, kecamatan pusat pertumbuhan tersebut tersebar dengan baik. Kecamatan Cicurug terletak di sebelah utara, Kecamatan Cibadak terletak di sebelah selatan, Kecamatan Cisaat terletak ditengah, dan Kecamatan Sukaraja terletak di sebelah timur. Sehingga dapat memberikan pelayanan dan spread effect secara merata ke kecamatan hinterland nya masing-masing.

C. Analisis sebaran hinterland masing-masing pusat pertumbuhan berdasarkan kekuatan interaksi

Analisa sebaran hinterland untuk masing-masing pusat pertumbuhan berdasarkan kekuatan interaksi ini menggunakan analisis model gravitasi. Dalam analisa penentuan hinterland ini kecamatan yang tidak terpilih sebagai lokasi pusat pertumbuhan dijadikan unit analisis sebagai hinterland menggunakan model gravitasi sebagaimana yang diungkapkan Willian Reilly dalam Setiono (2011). Berdasarkan analisis sebelumnya diperoleh lokasi pusat pertumbuhan CDOB Kabupaten Sukabumi Utara terdirii dari Kecamatan Cicurug, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Cisaat, dan Kecamatan Cibadak.

Dari hasil perhitungan kekuatan interaksi diketahui bahwa setiap pusat pertumbuhan di CDOB Kabupaten Sukabumi Utara memiliki wilayah hinterlandnya masing-masing sebagai berikut :

1) Pusat pertumbuhan Kecamatan Cicurug memiliki 4 kecamatan hinterland. Hinterland Kecamatan Cicurug terdiri dari Kecamatan Cidahu dengan kekuatan interaksi sebesar 416,5061, Kecamatan Parakansalak dengan kekuatan interaksi sebesar 160,7372, Kecamatan Kalapanunggal dengan kekuatan interaksi sebesar 142,2183 dan Kecamatan Kabandungan dengan kekuatan interaksi sebesar 82,16706.

2) Pusat pertumbuhan Kecamatan Sukaraja memiliki 4 kecamatan hinterland. Hinterland Kecamatan Sukaraja terdiri dari Kecamatan Sukalarang dengan kekuatan interaksi sebesar 1640,77, Kecamatan Gegerbitung dengan kekuatan interaksi sebesar 216,3006, Kecamatan Kebonpedes dengan kekuatan interaksi sebesar 466,968 dan Kecamatan Cireunghas dengan kekuatan interaksi sebesar 269,5382

3) Pusat pertumbuhan Kecamatan Cisaat memiliki 5 kecamatan hinterland. Hinterland Kecamatan Cisaat terdiri dari Kecamatan Cicantayan dengan kekuatan interaksi sebesar 1011,662, Kecamatan Gunungguruh dengan kekuatan interaksi sebesar 2533,55, Kecamatan Caringin dengan kekuatan interaksi sebesar 851,7886, Kecamatan Kadudampit dengan kekuatan interaksi sebesar 974,2286, dan Kecamatan Sukabumi dengan kekuatan interaksi sebesar 1361,892.

4) Pusat pertumbuhan Kecamatan Cibadak memiliki 4 kecamatan hinterland. Hinterland Kecamatan Cibadak terdiri dari Kecamatan Parungkuda dengan kekuatan interaksi sebesar 974,1726, Kecamatan Nagrak 1027,7, Kecamatan Bojonggenteng dengan kekuatan interaksi sebesar 202,9874, dan Kecamatan Ciambar dengan kekuatan interaksi sebesar 169,434.

Sebaran hirarki masing-masing pusat pertumbuhan wilayah di CDOB Kabupaten Sukabumi Utara dapat diamati dalam gambar berikut.

Peta Sebaran Hinterland Pusat Pertumbuhan Wilayah Calon Daerah Otonom Baru Kabupaten Sukabumi Utara
Berdasarkan hasil visualisasi dengan menggunakan sistem informasi geografi dapat diketahui sebaran lokasi hinterland yang sangat dipengaruhi oleh jarak dan jumlah penduduk antar kecamatan. Pusat pertumbuhan Kecamatan Cicurug yang terletak di sebelah utara memiliki hinterland yang tersebar di arah barat kecamatan. Pusat pertumbuhan Kecamatan Cibadak yang terletak di selatan cenderung memiliki hinterland yang terletak di arah utara kecamatan. Pusat pertumbuhan Kecamatan Cisaat yang terletak di tengah memiliki sebaran hinterland yang mengelilingi kecamatan. Sedangkan pusat pertumbuhan Sukaraja yang terletak di bagian timur juga memiliki sebaran hinterland mulai dari arah utara sampai selatan kecamatan.

1. Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian penelitian mengenai Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Wilayah di Calon Daerah Otonom Baru Kabupaten Sukabumi Utara dapat disimpulkan sebagai berikut

1) Dari 21 kecamatan, terdapat 4 kecamatan yang dapat menjadi lokasi pusat pertumbuhan wilayah yang terdiri dari Kecamatan Cicurug, Kecamatan Cisaat, Kecamatan Cibadak dan Kecamatan Sukaraja.

2) setiap kecamatan pusat pertumbuhan wilayah di CDOB Kabupaten Sukabumi Utara memiliki wilayah hinterlandnya masing-masing. Pusat pertumbuhan Kecamatan Cicurug, Kecamatan Cibadak, dan Kecamatan Sukaraja memiliki 4 kecamatan hinterland, sedangkan pusat pertumbuhan Kecamatan Cisaat memiliki 5 kecamatan hinterland

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa rekomendasi yang dapat peneliti sampaikan kepada beberapa pihak terkait diantaranya pemerintah dan akademisi sebagai berikut:

1) Penelitian ini hanya menentukan pusat-pusat pertumbuhan dan hinterland dan tidak secara spesifik memperhatikan potensi lebih lanjut dari CDOB Kabupaten Sukabumi Utara. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan perlu juga diklasifikasikan berdasarkan potensi eksisting seperti potensi pariwisata maupun sector lainnya.

2) Penelitian ini belum menggunakan indikator sarana prasarana yang menunjang aksesibilitas suatu daerah. Indikator yang menunjang aksesibilitas tersebut seperti jenis jalan dan sarana transportasi. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan perlu adanya kajian pusat terhadap kemampuan aksesibilitas antar wilayah karena tujuan penentuan pusat pertumbuhan adalah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang dibutuhkan.

Daftar Pustaka

Arronof, S. (1989). Geographic Information Systems : A Management Perspective. WDL Publication.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi. (2022). Kabupaten Sukabumi Dalam Angka 2022. In Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi.

Diartho, H. C., & Pratama, R. (2020). Analisis Fungsi Kecamatan Sebagai Daerah Pusat Pertumbuhan dan Pelayan Publik di Kabupaten Kediri (Pendekatan Interaksi Geospasial). Media Trend, 15(2), 204–216. https://doi.org/10.21107/mediatrend.v15i2.5286

Surat Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 118/6393/Perkim, Pub. L. No. 118, Hasil Konsultasi dan Hasil Forum Desk Calon Daerah Persiapan terkait Usulan Persyaratan Calon Daerah Persiapan Otonom Baru di Jawa Barat. (2019).

Ermawati. (2010). Analisis Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pada Tingkat Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi, Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Farizal, F., Hidayanti, A. N., & Kumcoro, T. (2011). PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA PUSAT PERTUMBUHAN (STUDI KASUS: KABUPATEN BIMA, NUSA TENGGARA BARAT). Jurnal Tata Kota Dan Daerah, 3(1).

Faruqi, I., Hadi, S., & Sahara. (2015). Analisis Potensi Dan Kesenjangan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Tata Loka, 17(4), 231–247. http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka

Harefa, M. (2010). Kebijakan Pembangunan dan Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah. DPR RI.

Maulana, A. (2019). Faktor-Faktor Pembentukan Daerah Otonomi Baru dan Dampaknya Terhadap Keuangan Negara. Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi, 7(2). https://doi.org/10.23887/ekuitas.v7i2.17862

Rahayu, E., & Santoso, E. B. (2014). Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Dalam Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Teknik Pomitis, 3(2), 290–295.

Riyadi, D. M. M. (2000). Pembangunan Daerah Melalui Pengembangan Wilayah. Acara Diseminasi Dan Diskusi Program-Program Pengembangan Wilayah Dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat Di Daerah, 15–16.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Setiono, D. N. (2011). Ekonomi Pengembangan Wilayah: Teori dan Analisis. Lembaga Penerbit FE UI.

Sunarso, S. (2012). Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia. Sinar Grafika.

Tarigan, R. (2004). Ekonomi Regional. PT. Bumi Aksara.

Utoyo, B. (2007). Geografi : Membuka Cakrawala Dunia untuk SMA/MA (1st ed.). Setia Purna INves.

Wahyudin, Y. (2011). Karakteristik sumberdaya pesisir dan laut kawasan Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bonorowo Wetlands, 1(1), 19–32.

Data Publications