Penerapan Network Analysis Terhadap Keterjangkauan Fasilitas Puskesmas di Kota Malang

25/08/2024 • Muhammad Raihan Nur Radilla

Map History


Thumbnail Project
Thumbnail Project

Disusun Oleh : Muhammad Raihan Nur Radilla

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari – hari, manusia sangat bergantung pada fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Adanya berbagai fasilitas tersebut sangat penting dan harus dipastikan keberadaannya pada lingkungan tempat tinggal agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya. Secara garis besar fasilitas pelayanan terbagi menjadi 3 kategori yaitu fasilitas umum, sosial, dan ekonomi. Salah satu dari klasifikasi pelayanan sosial adalah berupa fasilitas kesehatan, yang merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting bagi masyarakat. Untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang terjangkau bagi semua orang, perlu diperhatikan dengan beberapa aspek yaitu: aspek pelayanan, jumlah penduduk, luas wilayah dan aksesibilitas

Berdasarkan SNI No. 03 – 1733 – 2004, bahwa fasilitas kesehatan terdiri dari Posyandu, Pukesmas, Klinik, Dokter Praktik, hingga Rumah Sakit (Badan Standardisasi Nasional, 2004). Akan tetapi, yang termasuk kedalam kategori layanan kesehatan masyarakat (Public Health Services) adalah berupa fasilitas kesehatan tingkat pertama. Fasilitas kesehatan tingkat pertama merujuk pada sarana kesehatan yang termasuk Pukesmas. Puskesmas merupakan sarana kesehatan tingkat pertama yang memberikan layanan kesehatan secara umum dan juga memberikan upaya kesehatan individual tingkat awal. Puskesmas adalah bentuk pelayanan kesehatan sekaligus fasilitas kesehatan bagi seluruh segmen masyarakat, khususnya untuk mereka yang berada pada tingkat ekonomi menengah kebawah. Alasan utama masyarakat dalam memilih fasilitas kesehatan Puskesmas sebagai tempat pengobatan adalah karena biaya pemeriksaan lebih terjangkau dan lokasinya yang mudah diakses, baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan.

Pelayanan fasilitas kesehatan dapat dilihat berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03 – 1733 – 2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Pada Puskesmas, standar pelayanan fasilitas kesehatan ditetapkan dengan jangkauan radius 3.000 meter (3 Km). Dengan adanya standar ini, maka dapat diketahui sejauh mana pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut dapat melayani penduduk yang berada di sekitar fasilitas.

Dari berbagai penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa faktor yang dapat dikembangkan untuk menentukan lokasi fasilitas secara umum adalah menggunakan jumlah penduduk, tingkat layanan, serta kebutuhan yang ada saat ini dan di masa mendatang. Lokasi yang semakin kecil jaraknya serta waktu tempuhnya antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan, maka dapat mengurangi resiko kematian bayi, lansia, resiko kematian akibat penyakit jantung, pasien asma, serta pasien darurat. Adapun dalam jangkauan fasilitas kesehatan terdapat beberapa variabel, salah satunya adalah lokasi fasilitas utama (kesehatan) dan tantangan perkotaan. Salah satu contoh tantangan perkotaan yaitu berupa kepadatan lalu lintas. Kepadatan lalu lintas menjadi salah satu permasalahan yang sering terjadi di daerah Perkotaan.

Dengan adanya permasalahan tersebut, khususnya kemacetan dapat mempengaruhi jangkauan fasilitas kesehatan masyarakat di Kota Malang sebagai fokus lokasi penelitian. Kota Malang menjadi salah satu kota yang sering mengalami kemacetan, kemacetan tersebut terjadi pada di pagi serta sore hari seolah tidak dapat terpisahkan dari Kota Malang, mengingat Kota Malang terkenal sebagai Kota Pendidikan di Jawa Timur. Hal tersebut membuat banyak pendatang dari luar Kota Malang berdatangan untuk menempuh pendidikan, akhirnya dapat mengakibatkan kemacetan. Kemacetan tersebut disebabkan karena kapasitas jalan raya yang tidak sejalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang semakin menigkat. Kemacetan tersebut terjadi di beberapa ruas jalan, di jam – jam tertentu. Hal ini bahwa kemacetan dapat memberikan dampak terhadap masyarakat dalam menjangkau fasilitas kesehatan yang dapat dilihat dari segi waktu, serta biaya.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan permodelan SIG yaitu berupa metode Network Analysis yaitu dengan menggabungkan antara metode pendekatan kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung waktu tempuh antara fasilitas kesehatan dengan permukiman, sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil dari metode yang diterapkan. Metode yang digunakan meliputi Buffering dan Network Analiysis. Metode Buffering digunakan untuk menganalisis radius jangkauan pelayanan fasilitas kesehatan Puskesmas. Sementara itu, metode Network Analysis digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu lokasi dapat dijangkau oleh induvidu atau masyarakat dalam mencapai layanan fasilitas tertentu. Melalui kombinasi kedua metode tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif mengenai fenomena yang sedang diteliti.

Wilayah Studi

Wilayah studi dalam penelitian ini berada di Kota Malang, dengan luas wilayah 10.995 hektar. Secara geografis Kota Malang berada di 07°46'48" - 08°46'42" Lintang Selatan dan 112°31'42" - 112°48'48" Bujur Timur. Kota Malang terdiri dari 5 Kecamatan dan 57 Kelurahan. Lima kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Blimbing, Kecamatan Kedungkandang, Kecamatan Klojen, Kecamatan Lowokwaru, dan Kecamatan Sukun.

Gambar 2. Peta Administrasi dan Persebaran Puskesmas Di Kota Malang

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang berasal

dari observasi atau lapangan. Adapun data sekunder yaitu data yang didapatkan dari pihak lain, seperti instansi atau sumber-sumber lainnya. Selain itu, untuk penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia. Selain itu, data penunjang dapat diperoleh dari berbagai literatur ilmiah lainnya.

Teknik Analisis Data

Nearest Neighbour Analysis

Dalam Teknik tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analysis) digunakan dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi pola persebaran lokasi fasilitas menggunakan software Arcgisc 10.4. Teknik analisis ini menggunakan perhitungan,luas wilayah, jumlah titik lokasi serta jarak. Hasil analisis ini adalah dalam bentuk indeks (T), nilai indeks berkisar antara 0 – 2,1. Berikut adalah kategori indeks persebaran (T):

I : Nilai T dari 0 – 0,7, menunjukkan pola mengelompok atau bergerombol (Cluster Pattern).

II: Nilai T dari 0,8 – 1,4, menunjukkan pola acak atau tersebar tidak merata (Random Pattern).

III: Nilai T dari 1,5 – 2,15 menunjukkan pola seragam atau tersebar merata (Uniform /Dispersed Pattern).

Buffering

Buffering merupakan metode untuk mengetahui seberapa besar keterjangkauan fasilitas

dengan menggunakan bantuan tools SIG. Buffering merupakan analisis yang menghasilkan area buffer berbentuk lingkaran atau poligon yang melingkupi objek tertentu sebagai pusatnya. Dengan demikian, parameter objek (permukiman) serta luas wilayah yang terlayani dapat diketahui (Wijayanti, 2017). Adapun dalam penelitian ini menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03 – 1733 – 2004, untuk mengetahui standar pelayanan pada fasilitas kesehatan.

Service Area

Service area pada metode Network Analysis digunakan untuk mengidentifikasi area yang

dapat dicapai dari sebuah fasilitas yang terhubung dengan jaringan jalan (Pratama, 2015). Untuk menentukan jarak antara fasilitas dengan permukiman, maka penelitian ini menggunakan metode Service area menggunakan data fasilitas network dataset dan buffering (Putri et al., 2014). Service area adalah berupa radius wilayah pelayanan masing – masing titik. Radius tersebut diambil dari Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03 – 1733 – 2004 (Adilang et al., 2022). Setelah melakukan analisis Service area adalah menghitung waktu berdasarkan jarak radius, dengan menggunakan standar kecepatan yaitu 50 km/jam, pada kawasan perkotaan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengemudi dalam menentukan kecepatan meliputi kondisi lingkungan jalan, kemampuan pengendara, dan kondisi kendaraan. Oleh karena itu, batas kecepatan yang ditetapkan di suatu ruas jalan perkotaan adalah maksimal 50 km/jam (Pramesti & Budiharjo, 2020). Adapun rumusnya menggunakan (t) = jarak (s) / kecepatan (v)

Standar Radius Pelayanan

Sumber: (SNI) No. 03 – 1733 – 2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nearest Neighbour Analysis

Berdasarkan hasil analisis menggunakan Nearest Neighbour dengan menggunakan tools

Argisc 10.4. Dapat diketahui terdapat 13 fasilitas kesehatan berupa Puskesmas di Kota Malang. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa persebaran sarana kesehatan berupa Puskesmas di Kota Malang memiliki nearest neighbor t ratio 1,486626 dengan jarak rata-rata (Expected Mean Distance) sebesar 1006,7166 meter dan z-skor sebesar 3,483295. Hasil ini menunjukkan bahwa persebaran sarana kesehatan berupa Puskesmas di Kota Malang memiliki pola persebaran yang acak (Random). Berdasarkan teori yang diadopsi oleh penulis, pola persebaran acak dikategorikan sebagai acak jika nilai T mendekati 1 atau berada rentang T = 0,8-1,4. Pola persebaran acak menunjukkan bahwa jarak antara titik – titik penyebaran sarana Puskesmas tidak memiliki pola jarak yang berseragam. Hal tersebut mungkin dapat dipengaruhi oleh pola penyebaran permukiman yang cenderung acak.

Analisis Buffering

Dalam penentuan standar minimal pelayanan kesehatan berdasarkan SNI No. 03 – 1772 –2004, bahwa fasilitas kesehatan berupa Puskesmas adalah dengan radius pencapaian 3.000 meter (3 Km). standar tersebut berfungsi untuk tolak ukur dalam memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan yang memadai dalam jarak yang terjangkau bagi penduduk. Gambar 2 menunjukkan seberapa besar radius pelayanan Puskesmas di Kota Malang. Dapat diketahui bahwa Puskesmas melayani hampir seluruh wilayah Kota Malang yang ditunjukkan dengan warna hijau, kuning, dan merah. Akan tetapi, terdapat daerah yang tidak terlayani oleh fasilitas tersebut, diantaranya Kecamatan Kedungkandang bagian timur, yang berada pada Kelurahan Tlogowaru, Buring, Madyopuro, Cemorokandang dan Kelurahan Wonokoyo. Sementara itu, terdapat Kecamatan Sukun bagian barat, yang tidak terlayani oleh fasilitas kesehatan Puskesmas, yang berada pada Kelurahan Pandanlandung, Mulyorejo. Selain itu, juga terdapat Kecamatan Lowokwaru bagian barat dan timur, yang berada pada Kelurahan

Merjosari, Tegalsari, dan Kelurahan Landungsari. Terdapat pula Kecamatan Blimbing bagian timur, yang berada pada Kelurahan Arjosari, dan Kelurahan Balearjosari. Kelurahan-kelurahan yang tidak terlayani tersebut berada di sekitar pinggiran Kota Malang. Kelurahan yang tidak terlayani, memiliki jarak dan waktu yang lebih lama ditimbang dengan kelurahan yang lain, yang berada di Kota Malang.

Peta Radius
Keterjangkauan Jarak Fasilitas

Untuk mengetahui keterjangkauan jarak adalah dengan menggunakan service area pada

metode Network Analysis. Keterjangkauan jarak, digunakan untuk mengetahui akses suatu fasilitas yang ada pada suatu jaringan jalan. (Gambar 3)

Keterjangkauan Jarak

Keterjangkauan jarak fasilitas di Kota Malang dapat dikelompokkan menjadi beberapa

kategori berdasarkan jaraknya. Keterjangkauan jarak diukur berdasarkan jaringan jalan yang tersedia dan radius pelayanan yang ditentukan SNI dan literatur. Pada umumnya, keterjangkauan jarak fasilitas di Kota Malang mencakup rentang 0 – 300 m, 300 – 600 m, 600 – 1200 m, 1200 – 3000 m, dan > 3000 m. Rentang jarak ini memberikan gambaran tentang sejauh mana penduduk dapat mencapai fasilitas – fasilitas tersebut berdasarkan aksesibilitas jalan dan wilayah pelayanan. Adapun daerah yang tidak termasuk dalam klasifikasi keterjangkauan jarak tersebut berarti bahwa daerah tersebut merupakan yang melebihi jangkauan radius pelayanan berdasarkan SNI, dengan luas 1.127 Ha. Daerah tersebut meliputi kelurahan Arjosari, Arjowinganun, Balearjosari, Bandulan, Bandungrejosari, Buring, Bunulrejo, Bakal Krajan, Cemorokandang, Dinoyo, Jatimulyo,

Karang Besuki, Kebonsari, Kedungkandang, Lesanpuro, Madyopuro, Merjosari, Mulyorejo,

Pandanwangi, Pisang Candi, Polowijen, Sawojajar, Tasikmadu, Tlogomas, Tlogowaru,

Tunjungsekar, Tunggulwulung, dan Wonokoyo.

Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa standar minimal pelayanan kesehatan di Kota Malang mengacu pada SNI No. 03 – 1733 – 2004, dengan menetapkan radius pencapaian fasilitas kesehatan yaitu Puskesmas sejauh 3.000 meter (3 Km). Namun, meskipun Puskesmas secara umum mampu melayani sebagian besar dari penduduk di Kota Malang. Akan tetapi, terdapat beberapa daerah yang tidak terlayani dan tidak menjangkau oleh fasilitas tersebut. Hal tersebut, dapat dilihat dari daerah yang tidak masuk ke dalam radius, perlunya pertambahan fasilitas kesehatan Puskesmas atau bisa jadi di daerah tersebut terdapat fasilitas kesehatan lainnya berupa Rumah Sakit. Dalam meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan dan keterjangkauan fasilitas, perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki infrastruktur dan memperluas jaringan pelayanan pada area yang masih belum terjangkau. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam perencanaan oleh pemerintah daerah dan pihak terkait dalam penentuan lokasi fasilitas kesehatan baru ataupun peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas yang ada guna memastikan bahwa semua penduduk dapat dengan mudah mengakses layanan kesehatan yang diperlukan. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui keterjangkauan terhadap fasilitas kesehatan jenis lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai penyediaan fasilitas kesehatan di Kota Malang.

Daftar Pustaka

Pelambi, M. R., Tilaar, S., & Rengkung, M. M. (2016). Identifikasi Pola Sebaran Permukiman Terencana di Kota Manado. SPASIAL: Jurnal Perencanaan Wilayah & Kota, 3(1), 55–65.

Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan Badan Standardisasi Nasional (SNI 03-1733-2004), (2004).

Ramadan, G. F., Maishella, A., Darmajaya, E. P., Ammaturrohman, M. A., & Widayani, P. (2020). Analisis Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Menggunakan Pemodelan Network Analysis di Kota Yogyakarta (Analysis of Affordability of Health Facilities using Network Analysis Modeling in Yogyakarta City). Seminar Nasional Geomatika 2020: Informasi Geospasial Untuk Inovasi Percepatan Pembangunan Berkelanjutan, 179–188

Riadhi, A. R., Aidid, M. K., & Ahmar, A. S. (2020). Analisis Penyebaran Hunian dengan Menggunakan Metode Nearest Neighbor Analysis. VARIANSI: Journal of Statistics and Its Application on Teaching and Research, 2(1), 46–51

Data Publications