Perencanaan Lokasi TPS di Kecamatan Selong: Optimalisasi dengan Analisis Spasial Tahun 2025

16 Februari 2025

By: Abdul Faqih Maulana

Optimasi Lokasi TPS di Kecamatan Selong Menggunakan Analisis Spasial Tahun 2025

PENDAHULUAN

Kecamatan Selong, sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Timur, mengalami peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi yang berdampak pada peningkatan produksi sampah. Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2021 Kabupaten Lombok Timur menghasilkan sekitar 483,44 ton sampah per hari. Dengan jumlah penduduk sebesar 1.343.901 jiwa pada tahun yang sama, rata-rata timbulan sampah per orang adalah 0,4 kg per hari. Meskipun data spesifik timbulan sampah di kecamatan selong tidak di cantumkan, sebagai ibu kota Kabupaten Lombok Timur, Kecamatan Selong pastinya berkontribusi signifikan terhadap total produksi sampah di kabupaten Lombok Timur. Namun, sebagai ibu kota kabupaten. Saat ini, setiap kelurahan di Kecamatan Selong tidak memiliki Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang tersebar secara merata, sehingga banyak sampah yang dibuang secara sembarangan atau tidak terangkut dengan baik oleh sistem pengelolaan sampah yang ada. Kondisi ini menyebabkan permasalahan lingkungan, seperti penumpukan sampah di area terbuka, pencemaran tanah dan air, serta gangguan kesehatan masyarakat.

Penumpukan sampah di pinggir jalan di salah satu kelurahan di kecamatan selong
Penumpukan sampah di pinggir jalan, di salah satu kelurahan di kecamatan selong

Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan perencanaan lokasi TPS yang optimal dan strategis berdasarkan analisis spasial. Perencanaan ini bertujuan untuk menentukan titik lokasi TPS yang sesuai dengan kondisi geografis, aksesibilitas, serta kepadatan penduduk, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah di Kecamatan Selong.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan analisis spasial berbasis GIS (Geographic Information System) untuk menentukan lokasi optimal Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Kecamatan Selong. Metode Weighted Overlay Analysis diterapkan untuk menggabungkan berbagai faktor yang mempengaruhi kesesuaian lokasi TPS.

Pendekatan yang digunakan meliputi:

  1. 1.
    Pengumpulan dan pengolahan data spasial, termasuk peta penggunaan lahan, jaringan jalan, kemiringan lahan, dan faktor lingkungan lainnya.
  1. 2.
    Analisis kesesuaian lokasi menggunakan teknik Weighted Overlay untuk mengidentifikasi area dengan tingkat kesesuaian tinggi untuk pembangunan TPS.
  1. 3.
    Validasi hasil analisis dengan citra satelit dan survei lapangan untuk memastikan lokasi yang diusulkan sesuai dengan kondisi nyata.

Data dan Parameter yang Digunakan

Untuk menentukan lokasi TPS yang optimal, digunakan beberapa parameter utama dengan bobot yang berbeda sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap lokasi TPS. Berikut adalah parameter yang digunakan dalam analisis:

tabel parameter

Tahapan Analisis

  1. 1.
    Pengumpulan Data Mengumpulkan data spasial dari berbagai sumber (BIG, OpenStreetMap, BPS, Google Maps, dll.). Melakukan preprocessing data untuk memastikan kualitas dan kompatibilitasnya dalam analisis GIS.
  1. 2.
    Buffering & Reclassification Membuat buffer untuk parameter seperti jarak ke jalan, pemukiman, dan sungai. Melakukan Reclassification pada data raster untuk mengelompokkan tingkat kesesuaian lokasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
  1. 3.
    Weighted Overlay Analysis Menggabungkan semua parameter menggunakan metode Weighted Overlay dengan pembobotan sebagai berikut:Penggunaan Lahan (30%) Jarak ke Jalan (25%) Kemiringan Lahan (15%) Jarak ke Sungai (15%) Jarak ke Pemukiman (10%) Jarak ke Fasilitas Umum (5%)
  1. 4.
    Penentuan Lokasi TPS Optimal Hasil Weighted Overlay diklasifikasikan menjadi Sangat Sesuai, Cukup Sesuai, dan Tidak Sesuai. Dipilih lokasi dengan skor tertinggi sebagai kandidat TPS optimal.
  1. 5.
    Validasi Lapangan & Pemetaan Final Lokasi yang dipilih diverifikasi menggunakan citra satelit dan Hasil akhir divisualisasikan dalam bentuk peta rekomendasi lokasi TPS optimal di Kecamatan Selong.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan metode Weighted Overlay Analysis berbasis GIS untuk menentukan lokasi optimal Tempat Penampungan Sementara (TPS) di Kecamatan Selong. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor utama, yaitu penggunaan lahan, aksesibilitas jalan, kemiringan lahan, jarak ke pemukiman, jarak ke sungai, dan jarak ke fasilitas umum.

Hasil analisis spasial menggunakan metode weighted overlay

Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya sebagian wilayah di Kecamatan Selong yang memenuhi kriteria kesesuaian tinggi untuk pembangunan TPS. Peta hasil overlay mengidentifikasi zona "Sangat Sesuai" dan "Cukup Sesuai" yang tersebar di beberapa titik strategis. Sebaliknya, area dengan kemiringan curam, dekat dengan sungai, atau berada dalam zona pemukiman padat dikategorikan sebagai "Tidak Sesuai".

Setelah menentukan titik optimal TPS, dilakukan validasi menggunakan citra satelit dari Google Earth Pro untuk melihat kondisi geografis dan aksesibilitas lokasi yang terpilih. Hasil validasi menunjukkan bahwa lokasi yang dipilih memiliki akses yang baik ke jalan utama dan tidak berada di zona rawan banjir atau area konservasi.

hasil validasi analisis

Berdasarkan analisis Weighted Overlay, diperoleh beberapa titik lokasi yang memiliki skor tertinggi dalam aspek keterjangkauan dan efisiensi pengelolaan sampah. Lokasi-lokasi tersebut kemudian divisualisasikan dalam platform MAPID.

tampilan di mapi

Pada Gambar tersebut, dapat dilihat bahwa titik-titik TPS yang diusulkan tersebar di beberapa wilayah dengan kode identifikasi (R-1 hingga R-12). Setiap titik TPS diberikan radius sejauh 100 meter yang bertujuan untuk mengidentifikasi cakupan layanan dan keterjangkauan bagi penduduk sekitar. Warna yang digunakan dalam peta menunjukkan klasifikasi elevasi wilayah, yang juga berperan dalam mempertimbangkan penempatan TPS agar sesuai dengan kondisi topografi Kecamatan Selong.

Dari hasil analisis ini, ditemukan bahwa area di bagian tengah dan selatan Kecamatan Selong memiliki cakupan layanan TPS yang lebih baik dibandingkan area utara. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kepadatan penduduk serta aksesibilitas jalan. Beberapa wilayah di bagian utara masih memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk memastikan bahwa layanan pengelolaan sampah dapat merata.

Tantangan dan Peluang Implementasi

Meskipun penelitian ini berhasil menentukan lokasi optimal TPS, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan, seperti:

  • Ketersediaan lahan: Tidak semua area yang secara spasial sesuai bisa langsung digunakan karena status kepemilikan tanah.
  • Dukungan masyarakat: Penting untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan agar TPS diterima dan digunakan dengan baik.
  • Anggaran pembangunan: Implementasi lokasi TPS baru membutuhkan dukungan finansial dari pemerintah daerah.

Namun, penelitian ini juga membuka peluang bagi perencanaan pengelolaan sampah berbasis GIS yang lebih luas, termasuk optimasi rute pengangkutan sampah dan integrasi dengan sistem daur ulang.

Kesimpulan

Analisis spasial menggunakan GIS telah berhasil mengidentifikasi lokasi optimal untuk pembangunan TPS di Kecamatan Selong. Dengan mempertimbangkan faktor aksesibilitas, lingkungan, dan kebutuhan masyarakat, rekomendasi lokasi TPS ini dapat menjadi solusi dalam meningkatkan sistem pengelolaan sampah di wilayah ini. Langkah selanjutnya adalah integrasi hasil penelitian ini ke dalam kebijakan pemerintah daerah untuk implementasi yang lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur. (2023). 3. BPS Kabupaten Lombok Timur.

Badan Standardisasi Nasional. (2012). SNI 19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. BSN.

Eastman, J. R. (1999). Multi-criteria evaluation and GIS. In Geographical information systems, 1, 493-502.

ESRI. (2020). Understanding weighted overlay analysis. Diakses dari https://www.esri.com.

Gusnedi, E., & Amin, B. (2020). Analisis Keterjangkauan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Wilayah Perkotaan Menggunakan GIS. Jurnal Teknik Lingkungan, 18(2), 100-110.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. (2018). Peraturan Menteri LHK Nomor P.10 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Sampah. KLHK.

Saaty, T. L. (1980). The Analytic Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation. McGraw-Hill.

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

127 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

340 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

217 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

169 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot