Persebaran dan Analisis Keterjangkauan Puskesmas di Kota Padang

20 September 2024

By:

Open Project

Persebaran Puskesmas di Kota Padang

Open Project

Keterjangkauan Puskesmas di Kota Padang

Persebaran dan Analisis Keterjangkauan Puskesmas di Kota Padang

Persebaran dan Analisis Keterjangkauan Puskesmas di Kota Padang

PENDAHULUAN

Ketersediaan fasilitas kesehatan di masyarakat sangat penting karena mempengaruhi tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam Pasal 28 H dan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan layanan kesehatan dan negara wajib untuk menyediakannya. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkas) Nomor 3 Tahun 2023, fasilitas kesehatan didefinisikan sebagai tempat atau alat yang bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ini dibagi menjadi observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Fasilitas kesehatan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). FKTP adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik yang meliputi puskesmas, klinik pratama, praktik dokter umum, praktik dokter gigi. Sedangkan FKRTL adalah pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi klinik utama, rumah sakit umum, dan rumah sakit khusus. Salah satu fasilitas kesehatan yang akan dibahas lebih rinci yaitu puskesmas.

Menurut Permenkes No. 43 Tahun 2019, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas adalah fasilitas kesehatan bagi seluruh bagian masyarakat, khususnya pada tingkat ekonomi menengah kebawah. Alasan utama masyarakat memilih fasilitas kesehatan Puskesmas sebagai tempat pengobatan karena biaya pemeriksaan lebih terjangkau dan lokasi yang strategis, baik di tingkat kelurahan maupun kecamatan (Radito, 2014).

Kota Padang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang memiliki luas wilayah 694,96 km2 jumlah penduduk di tahun 2023 sebanyak 942.938 Jiwa (Kota Padang Dalam Angka 2024). Kota Padang terdiri dari 11 Kecamatan dan 104 kelurahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: 1) Persebaran puskesmas yang ada di Kota Padang dan 2) Analisis keterjangkauan puskesmas di Kota Padang. Dalam proses pengolahan data memanfaatkan ilmu Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan metode analisis tetangga terdekat dan buffering. Berdasarkan analisis yang dihasilkan dapat membantu dalam pengelolaan puskesmas dengan melihat persebaran dan keterjangkauannya di Kota Padang

METODE

Penelitian ini dilakukan di Kota Padang, Sumatera Barat. Data yang dibutukan dalam penelitian ini, yaitu:

  1. 1.
    Data shp titik lokasi puskesmas sumber geomapid
  1. 2.
    Data shp administrasi kota padang sumber Inageoportal
  1. 3.
    Data shp pemukiman Kota Padang sumber openstreetmap

Setelah semua data telah dikumpulkan, langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis spasial dengan metode analisis tetangga terdekat untuk mengetahui pola persebaran puskesmas di Kota Padang dan buffering untuk mengetahui analisis keterjangkauan puskesmas. Analisis buffering dilakukan dengan radius jarak 3000 meter (3 km) yang berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-1733-2004 tentang Tata Cata Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Alat yang digunakan untuk pengolahan data dengan software ArcGIS 10.8 dan GeoMapid.

Kerangka Penelitian

PEMBAHASAN

1. Pola Persebaran Puskesmas di Kota Padang

Dalam mengetahui pola persebaran puskesmas di Kota Padang menggunakan metode nearest neighbor analysis atau analisis tetangga terdekat yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana persebaran puskesmas di Kota Padang dan mengidentifikasi penyebaran puskesmas tersebut. Analisis ini menggunakan software ArcGIS yang prosesnya dimulai dengan mengimput data titik lokasi puskemsas untuk mengetahui pola persebarannya.

Nantinya dalam Analisis nearest neighbor dapat mengetahui nilai nearest neigbor ratio, critical value (z-score), dan significance level (p-value) dari pola persebaran puskesmas. Nearest neighbour ratio (NNR) adalah ukuran yang menggambarkan rasio antara jarak rata-rata dari titik ke tetangga terdekatnya yang diamati. Critical value (z-score) adalah ukuran statistik yang menyatakan seberapa jauh sebuah titik data dari rata-rata populasi dalam satuan standar deviasi. Sedangkan significance level (p-value) merupakan ukuran yang menunjukkan signifikansi statistik dari hasil uji hipotesis. Pola persebaran puskesmas menginterpretasi apakah pola persebaran cenderung mengelompok, acak, atau merata.

Persebaran Puskesmas di Kota Padang

Pola Persebaran Puskesmas di Kota Padang

Analisis Tetangga Tedekat

Diketahui titik lokasi Puskesmas di Kota Padang berjumlah 24 Puskesmas yang tersebar di 11 Kecamatan. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa persebaran puskesmas di Kota Padang memiliki nearest neighbor ratio 1,164525 dengan jarak rata-rata 1522,5644 meter dan z-score sebesar 1,541943. Hasi ini menunjukan bahwa persebaran puskesmas di Kota Padang memiliki pola persebaran yang acak (random). Pola persebaran acak ditandai dengan tidak adanya kecenderungan titik-titik untuk berkumpul atau tersebar secara signifikan

2. Analisis Keterjangkauan Puskesmas di Kota Padang

Keterjangkauan puskesmas di Kota Padang dapat diketahui dengan menggunakan analisis buffering. Analisis buffering merupakan analisis spasial yang dapat digunakan untuk melihat zona keterjangkauan atau perluasan suatu objek dengan ukuran luas tertentu. Hasil Buffering yang dihasilkan pada analisis buffering menghasilkan luasan zona jangkauan Puskesmas terhadap pemukiman. Hal tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui keterjangkauan lokasi puskesmas dalam menjangkau permukiman masyarakat dari titik lokasi puskesmas. Luas diameter zona buffer yang digunakan pada analisis ini menggunakan penentuan standar minimal pelayanan kesehatan berdasarkan SNI No. 03-1772-2004 yang menyatakan bahwa fasilitas kesehatan berupa puskesmas adalah dengan radius pencapaian 3.000 meter. Standar tersebut berfungsi untuk tolak ukur dalam memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan yang memadai dalam jarak yang terjangkau bagi penduduk. Hasil buffering untuk mengetahui keterjangkauan Puskesmas di Kota Padang dapat dilihat dibawah ini

Analisis Keterjangkauan dengan Buffer

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, pola persebaran dan analisis keterjangkauan Puskesmas di Kota Padang yaitu:

1. Pola persebaran di Kota Padang memiliki pola yang acak (random), dengan nilai nearest neighbor ratio sebesar 1,164525 dengan jarak rata-rata 1522,5644 meter, z-score sebesar 1,541943, dan p-value 0,123087. Pola persebaran acak ditandai dengan tidak adanya kecenderungan titik-titik untuk berkumpul atau tersebar secara signifika. Kemudian

2. Analisis keterjangkauan dapat dilihat lokasi puskesmas banyak menumpuk yang tumpang tindih dengan radius 3000 metes di daerah Kecamatan Nanggalo, Kuranji, Padang Utara, Padang Barat, Padang Selatan, Lubuk Begalung, Lubuk Kilangan, dan Pauh. Sedangkan untuk kecamatan Bungus Teluk Kabung hanya memiliki satu puskesmas. Permasalahan keterjangkauan ini dapat menjadi kompleks sehingga diperlukan kerja sama antar lapisan masyarakat dan pemerintah untuk memperbaiki distribusi fasilitas kesehatan khususnya puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang dapat digunakan untuk masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2024). Buku Dalam Angka Kota Padang 2024. BPS

Badan Standardisasi Nasional. (2004). Standar Nasional Indonesia tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan (SNI 03-1733-2004)

Salsabilah, I., Arie, F. C., Pusporini, N., & Afrianto, F. (2023). Pemodelan Network Analysis terhadap Keterjangkauan Fasilitas Puskesmas Kota Malang. Jurnal Solma, 12(2), 522-535.

Rizal, S., & Syaibana, P. L. D. (2022). Analisis Keterjangkauan dan Pola Persebaran SMA/MA Negeri di Kabupaten Banyuwangi Menggunakan Analisis Buffering dan Nearest Neighbor pada Aplikasi Q-GIS. Techno. Com, 21(2), 355-363.

Data Publikasi

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Iklim dan Bencana

15 Jun 2025

Anggara Yudha

Final Project : Analisis Kerawanan Bencana Erupsi Gunung Merapi Lokasi Wisata di Kabupaten Sleman

Analisis Kerawanan

5 menit baca

117 dilihat

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Transportasi

11 Jun 2025

Safira Ramadhani

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Program Reaktivasi Jalur Kereta Api Antarkota Kalisat - Panarukan di Kabupaten Bondowoso

Pemerintah Indonesia mendorong program reaktivasi jalur kereta api nonaktif sebagai bagian dari revitalisasi infrastruktur dan pengembangan wilayah. Salah satu yang direncanakan adalah jalur kereta api antarkota Kalisat – Panarukan yang melintasi Kabupaten Bondowoso. Kajian kesesuaian lahan dibutuhkan untuk meminimalkan dampak lingkungan pada lahan yang akan difungsikan kembali pada program reaktivasi. Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG), kajian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada.

25 menit baca

318 dilihat

7 Data

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Kesehatan

05 Jun 2025

HIMA SAIG UPI

Analisis Kasus Stunting Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (GWR) di Provinsi Jawa Barat

Penelitian ini membahas analisis spasial kasus stunting di Provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung, dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh variabel sosial-ekonomi dan lingkungan—seperti kemiskinan, akses air bersih dan sanitasi, pendidikan ibu, serta cakupan posyandu—terhadap prevalensi stunting di tingkat lokal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi spasial yang signifikan: beberapa kecamatan seperti Gedebage, Rancasari, dan Buahbatu memiliki kecocokan model yang sangat tinggi namun jumlah kasus stunting yang rendah, sedangkan Bandung Kulon dan Babakan Ciparay menunjukkan jumlah kasus tinggi dengan kecocokan model yang lebih rendah. Model GWR secara keseluruhan memiliki kemampuan prediktif yang sangat baik (R² global 0,9822), menandakan efektivitas pendekatan spasial dalam mendukung perumusan kebijakan intervensi stunting yang lebih terarah dan sesuai karakteristik wilayah.

9 menit baca

200 dilihat

2 Data

1 Proyek

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Kesehatan

11 Jun 2025

Muhammad Reza Zulkarnain

Analisis Spasial Keterjangkauan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Bukittinggi

Publikasi ini menyajikan analisis spasial keterjangkauan fasilitas kesehatan berupa Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Bukittinggi menggunakan platform Geo Mapid. Dengan pendekatan buffer dan isochrone, kajian ini mengidentifikasi wilayah-wilayah yang belum terlayani secara optimal dan memberikan rekomendasi berbasis data untuk pemerataan layanan kesehatan.

18 menit baca

133 dilihat

1 Data

1 Proyek

Syarat dan Ketentuan
Pendahuluan
  • MAPID adalah platform yang menyediakan layanan Sistem Informasi Geografis (GIS) untuk pengelolaan, visualisasi, dan analisis data geospasial.
  • Platform ini dimiliki dan dioperasikan oleh PT Multi Areal Planing Indonesia, beralamat
  • mapid-ai-maskot