Potensi Mata Air di Jorong Sungai Angek Nagari Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam

09/12/2024 • rexy elnando


a
a

1. PENDAHULUAN

Kabupaten Agam salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang terdapat berbagai macam kekayaan tersendiri. Wilayah yang terletak di 500 – 1000mdpl ini terhampar pariwisata, pertanian,perkebunan, maupun perikanan. Potensi tersebut yang mampu menambah pendapatan daerah. Kabupaten Agam terletak di 000 01’ 34” - 000 28’ 43” LS dan 990 46’ 39” - 1000 32’ 50” BT. Terdiri dari 16 kecamatan dengan luas wilayah 2.232,30 km2 atau ± 5,24% luas wilayah Provinsi Sumatera Barat. (Badan Perencanaan, Profil Kabupaten Agam, 2019)

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Air menjadi bagian terpenting dalam lingkungan hidup yang dapat mempengaruhi dan di pengaruhi oleh komponen lainnya (Slamet,2000). Tubuh manusia terdiri dari tiga perempat oleh air dan tidak dapat hidup jika tidak mengkonsumsi air dalam 6 hari. Tidak hanya untuk keperluan sehari-hari saja, air juga digunakan untuk keperuan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, domestik dan banyak fungsi penting lainnya.

Menurut dari Dinas Kesehatan Kabupaten Agam di tahun 2020 terdapat sepuluh kecamatan yang menggunakan akses berkelanjutan terhadap air minum berdasarkan non PDAM diantaranya Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Palambayaian, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Tiku, Kecamatan Ampek Angkek,Kecamatan Kamang,Kecamatan Malalak, Kecamatan Padang Luar,Kecamatan Baso dan Kecamatan Lubuk Basung. Sehingga daerah tersebut berpotensi untuk digunakan akses air bersih untuk dikonsumsi dan penggunaan lainya.

Jumlah Pengguna  Air Minum Berdasarkan Mata Air  Di Nagari Simarasok

Dilihat dari perbandingan tabel pada tahun 2017 dan 2020 terdapat penggunaan mata air yang cukup meningkat di Jorong Sungai Angek. Sedangkan penggunaan PDAM menurut Puskesmas Padang Tarok di Jorong Sungai Angek hanya 537 jiwa dari 2.201 jiwa penduduk Sungai Angek atau sebanyak 60,33% menggunakan sumur gali, mata air, air hujan. Mata air inikeluar dari lereng perbukitan yang cukup jauh dari permukiman padatpenduduk. Mata air Langkuang Durian dan Sawah Towaka, kedua mata air ini digunakan untuk pengairan irigasi dan air minum. Sedangkan mata air Langkuang Sawuak digunakan untuk irigasi.

Potensi ketiga mata air tersebut dapat dilihat dari penggunaan yang masih belum digunakan secara maksimal. Berdasarkan standar kebutuhan air yang menyatakan 60 lt/org/hari, maka jumlah air yang harus ada setiap harinya adalah 132.060 liter. Berdasarkan survei lapangan ketiga sumber mata air tadi debitnya cukup besar dan perlu di lakukan pengukuran debit untuk mengetahui tingkat kebutuhan air masih defisit, seimbang dan surplus. Tidak hanya penentuan dari segi potensi memenuhi wilayah setempat saja, kualitas juga perlu di uji. Karena secara kasat mata memungkin air tersebut layak untuk digunakan namun untuk seara kualitas belum bisa di katakan seperti itu. Berbagai media agar penyakit masuk ke dalam tubuh manusia, salah satunya juga melalui air. Kebanyakan orang menggunakan air hanya melihat sifat fisiknya saja, seperti warna, bau, dan rasa. Hal tersebut memang bisa diputuskan sacara mudah. Tetapi apakah air bersih atau tidak, tidak dapat di pastikan.

Menurut dari Puskesmas Padang Tarok tercatat ada 62 orang yang ditangani masalah diare pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2019 terdapat 210 orang. Kemungkinan terdapat masalah air bersih dan juga masalah sanitasi lingkungan. Menurut Andi Zuklifli, dkk (2016) syarat air minum yang berhubungan langsung dengan kesehatan adalah kualitas air minum sesuai dengan Permenkes No 492/Menkes/IV/2010 bebas bakteri, zat kimia, bebas mikrobiologi seperti E.Coli. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa tidak berbau. Air juga seharusnya tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah

fungsi tubuh, tidak kosif dan tidak meninggalkan endapan pada air saat di ambil menggunakan wadah penampung. Sehingga dapat membantu masyarakat dan pemerintah setempat dalam mencegah terjadi gangguan kesehatan masyarakat.

Air bersih belum tentu sehat untuk di konsumsi. Air dikatakan bersih secara kasat mata dilihat dari fisik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Jika ciri – ciri tersebut tersebut terpenuhi bukan berarti air tersebut layak untuk dikonsumsi. Selain sifat fisik, harus dilihat juga kondisi kimia dan biologinya yang sesuai dengan standar kualitas yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/IV/2010 Tentang Pesyaratan Air Minum. Berdasarkan fenomena di atas, penulis ingin meneliti mata air tersebut yang mengacu kepada persyaratan kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92/MENKES/PER/IV/2010 Serta potensi dari segi kuantitas air untuk minum sebagai pemenuhan kebutuhan air domestik. Penelitian ini berjudul “Potensi Mata Air di Jorong Sungai Angek Nagari Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam”

2. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, masalah/ kejadian yang actual dan berarti, serta bertujuan untuk mendeskripsikan situasi atau kejadian secara tepat dan akurat (Yusuf dalam Ponta, 2014). Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan potensi mata air yang terdapat di Jorong Sungai Angek untuk dimanfaatkan sebagai sumber air domestik dan digunakan untuk air minum sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Pesyaratan Kualitas Air Minum.

3. JENIS DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari lapangan seperti pengukuran debit

mata air, pengujian fisika (warna, bau, rasa dan kekeruhan) air, kimia ( pH dan kesadahan),

seta biologi (E. Coli) air. Data sekunder adalah berupa penelitian yang relevan sebagai acuan.

Data sekunder lainya adalah jumlah penduduk, peta topografi, peta geologi dan data curah

hujan dari BMKG. Data jumlah penduduk di dapatkan dari pemerintahan Nagari Simarasok.

4. PENGAMBILAN DATA

Sampel dari tiga sumber mata air. Pengambilan air di lapangan dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1. Kondisi Fisika

Untuk menentukan rasa dan bau menggunakan panca indra di sumber mata air.

Sedangkan warna dan kekeruhan di uji pada laboratorim. Sampel untuk kekeruhan di

ambil menggunakan botol air.

2. Kondisi kimia

a. Sampel uji kimia diambil menggunakan botol air mineral 600ml

b. Kemudia bilas botol terlebih dahulu menggunakan sampel setelah itu botol air

mineral tersebut diisi sampel dan di tutupi rapat.

c. Sebelum sampai di laboratorium, maka tidak boleh terkena sinar mata hari dan

dalam kaadaan suhu tetap.

d. Sampel harus di uji dalam waktu kurang dari 72 jam.

3. Kondisi Biologi

Beberapa langkah yang akan dilakukan sebelum uji labor seperti berikut:

a. Siapkan botol air mineral biasa 600 ml

b. Bilas botol dengan sampel air.

c. Masukan sampel air

d. Botol di tutup rapat masukkan ke dalam termos es

e. Jangan terkena cahaya, suhu tinggi dan rendah.

4. Debit

Dalam menghitung debit menggunakan metode volumetrik. Mata air yang keluar

dibuat seperti pancuran. Setelah itu air di tamping menggunakan ember yang sudah

ditentukan volumenya. Lama pengisisan wadah penampung diukur menggunakan

stopwatch

5 DIAGRAM ALIR
diagram alir

6. HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan terdiri dari pengukuran debit mata air, pengujian kualitas

fisik (warna, bau, rasa,TDS dan kekeruhan) air, kondisi kimia ( pH dan Kesadahan) dan

kondisi Biologi air (E. Coli). Objek sampel terdiri dari 3 titik, yaitu Sawah Towaka (ST),

Langkuang Durian (LD) dan Langkuang Sawuak (LS).

1. Debit Mata Air Untuk Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik Di Jorong Sungai

Angek

Pengukuran debit masing – masing mata air dilakukan sebanyak sepuluh kali. Rata￾rata dari pengukuran tersebut menjadi hasil pengukuran debit mata air. Hasil pengukuran debit mata air yang dilakukan pada 3 Juni 2020 di ketiga mata air tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

dATA PRIMER

Analisis debit mata air untuk pemenuhan keperluan domestic dihitung dari ketiga mata

air yang ada di Jorong Sungai Angek.Debit total ketiga mata air yang ada di Jorong

Sungai Angek adalah :

Q mata air = 1,25 liter/ detik + 1,12 liter /detik + 0,18 liter/detik

= 2,95 liter/detik

=177 liter /menit

=10.620 liter/ jam

=254.880 liter/ hari

Dilihat dari perhitungan tersebut, maka diketahui debit mata air keseluruhan pada Jorong Sungai Angek sebanyak 254.880 liter/ hari. Untuk melihat total kebutuhan air domestic harian, maka jumlah penduduk pada tahun tersebut dikalikan dengan standar kebutuhan minimal masyarakat pedesaan menurut standar Dinas Pekerjaan Umum. Dalam Standar Nasional Indonesia No- 6728.1 2002 menjelaskan bahwa penggunaan air untuk keperluan domestic diperhitungkan dari jumlah penduduk di daerah penelitian dikalikan dengan standar kebutuhan air penduduk persatua waktu tertentu,

maka kebutuhan air domestic masyarakat adalah sebagai berikut :

Q domestic = 2.201 x 60 liter/hari

= 132.061 liter/hari

Berdasarkan hasil di atas, maka jumlah air untuk kebutuhan air domestic di Jorong

Sungai Angek sebanyak 132.061 liter/hari. Jika dihitung kelebihan air yang tersedia,

maka potensi air sebanyak 254.880 liter/hari – 132.061 liter/hari adalah 122.819

liter/hari. Kelebihan air yang ada hendaknya tidak terbuang begitu saja, namun harus

ada upaya mendistribusikan air kerumah warga dengan sistem sirkulasi air bertingkat.

2. Kualitas Mata Air Untuk Kebutuhan Air Minum Masyarakat

Kondisi fisika mata masing – masing mata air adalah sebagai berikut :

a. Kondisi Fisik Mata Air

Uji kualitas mata air dilihat kondisi fisiknya, antara lain bau, warna, kekeruhan rasa

dan suhu. Di lakukan pengujian di Jorong Sungai Angek pada 3 Juni 2020 pukul 07.15-

11.00 Wib dan cuaca cerah

1) Sampel LS

Sampel LS di ambil pada pukul 07.20 dengan kondisi air tidak berbau, tidak berasa

dan suhu air 28,7 TDS 33ppm, dan suhu udara 29,0 0C dengan pH 6,2

2) Sampel ST

Sampel ST di ambil pada pukul 07.40 dengan kondisi air tidak berbau, rasa tidak

berasa dan suhu air 28,8 TDS 30ppm dan suhu udara 29,10C dengan pH 7,2

3) Sampel LD

Sampel LD di ambil pada pukul 08.10 dengan kodii air tidak berbau, rasa tidak

berasa , suhu air 28,2 TDS 28 ppm dan suhu udara 29,9oC dengan pH 8,1

b. Kondisi Kimia Mata Air

Uji kualitas mata air dilihat dari kondisi kimia antara kesadahan. Kadar yang di

peroleh untuk kebutuhan pemenuhan kebutuhan rumah tangga menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 82/2001 tentang kesadahan 500mg/l.

Pengambilan sampel dilakukan di Jorong Sungai Angek pada tanggal 3 Juni 2020

pukul 07.15 – 11.00 Wib dan cuaca cerah berawan, kemudian dilakukan uji labor di

Laboratorium Dasar Kimia Universitas Bung Hatta pada tanggal 4 Juli 2020 dengan

hasil sebagai berikut :

Diperbolehkan

Berdasarkan hasil laboratorium ketiga sampel mata air tersebur dapat dinyatakan

bahwa hasilnya berada di bawah kadar maksimum standar kualitas air minum. Sumber

mata air Langkuang Sawuak hasilnya 49,80 mg/l, Sawah Towaka hasilnya 46,48 mg/l dan Langkuang Sawuak hasilnya 43,80 mg/l. Hasilnya dari faktor kesadahan untuk

ketiga mata air memenuhi standar kualitas air minum.

c. Kondisi Biologis Mata Air

Uji kualitas mata air dilihat dari kondisi biologis yaitu E.coli. Sampel diambil di Jorong

Sungai Angek tanggal 3 Juni 2020 pukul 7.15 – 11.00 Wib dan cuaca cerah. Kemudian

dilakukan uji laboratorium UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

pada tanggal 4 Juni 2020 dengan hasil positif tercemar pada mata air Langkuang

Sawuak. Hasil pengujian E.coli ketiga mata air dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

negT

Dari hasil uji biologis, maka salah satu dari tiga sampel yaitu LS positif tercemar bakteri

E.coli. Berdasarkan standar kebutuhan air minum pada masyarakat hasil E.coli adalah 0

atau tidak boleh tercemar bakteri E.coli. Kadar E.coli tinggi pada Sampel LS di

karenakan lingkungan yang banyak tumbuhan yang membusuk sekitar mata air tersebut.

Selain dari itu pelapukan tumbuhan yang mengendap juga mempengaruhi kualitas air

tersebut.

7.PEMBAHASAN

Pembahasan

1. Potensi Mata Air

Potensi mata air adalah kemampuan atau kesanggupan jumlah air secara kualitas untuk memenuhi kebutuhan air domestik masyarakat. Jika Kualitas mata air melebihi dari jumlah air domestik (Qmata air > Qdomestik) maka dikatakan surplus air. Apabila potensi mata air sama dengan jumlah kebutuhan air domestic (Qmata air = Qdomestik) maka dikatakan seimbang. Jika potensi mata air lebih kecil dari jumlah air domestic masyarakat (Qmata air < Qdomestik), maka dikatakan deficit.

Temuan di lapangan bahwa debit mata air di Jorong Sungai Angek sebanyak 254.880 liter/ hari, sedangkan kebutuhan air domestik sebanyak 132.061 liter/hari, artinya Qmata air lebih besar dibandingkan dengan Qdomestik. Dapat diambil kesimpulan bahwa sumber mata air yang ada di Jorong Sungai Angek berpotensi untuk memenuhi kebutuhan air domestik masyarakat 132.061 liter/hari. Jika dihitung kelebihan air yang tersedia, maka potensi air sebanyak 254.880 liter/hari – 132.061 liter/hari adalah 122.819 liter/hari.

Ketiga mata air tersebut sudah mencukupi kebutuhan masyarakat, namun karena lokasi sumber mata air cukup jauh dari permukiman waraga, maka air hujan menjadi salah satu sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air. Sebaran Potensi mata air di Jorong Sungai Angek dabat dilihat pada gamabar berikut ini dalam hitungan perhitungan perdetik.

potensi

2. Kualitas Air Untuk Minum

Kualitas mata air adalah baik buruknya mutu air secara kandungan yang terdapat

dalamnya. Hasil ketiga mata air dilihat dari kondisi fisik (warna, bau, rasa dan kekeruhan).

Kondisi kimia (Kesadahan (CaCo3)) dan kondisi biologis (E.coli). Berdasarkan hasil uji

lapangan dan laboratorium ditemukan berbagai kondisi yang mengacu berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang

persyaratan kualtas air minum, maka dilihat dari tabel di bawah ini.

p

Dilihat dari tabel di atas, maka berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 kualitas fisik warna, rasa dan bau memenuhi

batas standar. Namun untuk pH dan kekeruhan tidak memenuhi syarat yang ditentukan.

Dilihat dari parameter E.coli tidak memenuhi syarat disebabkan sumber mata air yang

banyak tercemar oleh tumbuhan yang membusuk di sumber mata air sehingga membuat aliran airpun juga tercemar oleh aktivitas tumbuhan tersebut. Sehingga untuk dikonsumsi

tidak memenuhi kualitas untuk dijadikan air minum. Jenis penggunaan lahan di sekitas lokasi

mata air akan mempengaruhi keterdapatan bakteri E.coli di sekitar lokasi mata air Mata air Langkuang sawuak terletak disekitar perkebunan dan juga persawahan.

Sehinggat tidak ada aktivitas MCK yang dilakukan mnausia yang dapat menyebabkan

adanya bakteri E.Coli dalam air mat air. Namun, banyaknya tumbuhan yang sudah

membusuk dan mengering sehingga mengendap di sekitar mata air.

a

Dilihat dari hasil uji laboratorium parameter warna, bau, kekeruhan, rasa, kimia,

kesadahan, dan E.coli tidak ada melewati batas standar yang ditentukan oleh SK Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia. Pengukuran kimia juga tidak melewati batas maksimum.

Sehingga mata air dapat diperuntukan untuk minum.

Warna pada air biasanya disebabkan karena adanya zat organic berwarna di dalam air.

Kondisi warna air mata air di Jorong Sungai Angek yang jernih (tidak berwarna) dapat

disimpulkan karena tidak adanya kandungan zat organic berwarna di dalam air pada mata air

tersebut. Kandungan mikroorganisme, garam terlarut, atau gas terlarut yang rendah juga

disimpulkan sebagai penyebab air tidak berasa dan berbabu. Karena rasa dan bau pada air

biasanya disebabkan karena tingginya kandungan material – material di dalam air. Letak mata air sawah towaka berada di sekitar perbukitan yang digunakan untuk irigasi

dan air minum karena sangat jernih,

p

Melihat tabel di atas, maka kualitas mata air Langkuang Durian (LD) dilihat dari

parameter bau, kesadahan, TDS dan E.coli memenuhi syarat standar kesehatan. Sedangkan

parameter warna, rasa dan kekeruhan melebihi batas standar syarat ketentuan. Kekeruhan

dapat dihilangkan dengan cara mendiamkan beberapa menit pada tempat yang tidak ada

gangguan dari yang lain. Kekeruhan terjadi akibat adanya pasir dan lumpur pada sisi aliran

mata air Mata air yang kekeruhan yang melewati batas standar baku mutu di sebabkan oleh zat

padat tersuspensi, baik bersifat anorganik maupun yang organic. Zat anorganik dari lapukan

dan logam. Sedangkan organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan (Slamet, 2002) .

Sehingga untuk di konsumsi secara berkelanjutan tidak direkomendasikan karena

belum memenuhi syarat yang di rekomendasikan oleh (Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum)

Hasil dari ketiga mata air ditemukan satu sampel mata air yang mengandung E.coli

dinyatakan positif di karenakan mata air yang mengalir bebas dan melakukan kontak

langsung dengan batuan dan bahan organic sehingga nilai E.coli mempengaruhi mata air

tersebut. Salah satu usaha untuk menghilangkan bakteri E.Coli dalam air adalah mendidihkan

air terlebih dahulu sebelum di minum.

a

Pada peta penggunaan lahan mata air yang terdapat di Jorong Sungai Angek terletak di

hutan primer dan sekunder. Mata air yang terletak di Ketiga mata air terletak di bagian

perbukitan yang masih asri. Parameter kekeruhan tiap sampel berbeda antara air yang berasal

dari sumber mata air. Lokasi dari sumber mata air semakin datar, maka tingkat kekeruhan

semakin tinggi. Menurut Taryana (2015) semakin datar letak sumber air samakin lama air

tinggal di batuan, sehingga banyak unsur kimia yang terlarut serta didukung oleh kondisi

geologi yang tersusun material yang belum terkonsolidasi (litogenesis) sehingga

mempengaruhi kualitas air, salah satunya yaitu adanya illuviasi dari tanah dan masuk

kedalam air tanah. Mata air di Langkuang Durian memiliki kekeruhan yang tinggi karena

letaknya pada daerah yang datar.

Pada mata air Sawah Towaka terletak cukup bersih dan tidak terlalu banyak kontak

langsung dengan lingkungan sekitar. Karena mata air yang langsung keluar dari bebatuan

dan mengalir dengan cepat tanpa adanya waktu yang lama saat mengalir. Sehingga tidak

mempengaruhi keadaan kualitas air tersebut.

a

Secara umum mata air pada mata air memiliki kualitas baik dan memenuhi standar air

minum. Nilai pH pada mata masing – masing mata air memiliki perbedaan. Hal ini

dipengaruhi oleh tingkat E.coli yang tinggi maka pH pada Langkuang Sawuak memiliki

keasaman. Apabila pH lebih kecil dari 6,5 atau lebih 9,2 maka akan menyebabkan korosifitas

pada pipa- pipa air yang terbuat dari logam dapat mengakibatkan beberapa senyawa kimia

berubah menjadi racun yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Ketiga mata air yang

berada di Jorong Sungai Angek terdapat satu mata air yang memiliki pH dibawah 6,5.

Sehingga mata air ini tidak dapat direkomendasikan untuk diminum dan juga tercemar E.coli.

Sawah Towaka dan Langkuang Durian memiliki pH yang masih diperbolehkan. Berikut

sebaran kualitas mata air di Jorong Sungai Angek Nagari Simarasok . Menurut Rompas (2017) masalah utama adalah kualitas air yang buruk akan

berdampak kepada kesehatan. Air dapat menjadi penyebaran penyakit tertentu seperti diare.

Air merupakan media yang baik untuk kehidupan bakteri patogen contohnya bakteri

Escherichia coli. Sehingga air yang derdapat E.coli akan mengakibatkan terjadinya diare.

Sehingga kemungkinan terjadinya diare yang di akibatkan penggunaan mata air Langkuang

Sawuak. Perlu adanya pemanasan air untuk di konsumsi terlebih dahulu. Hal ini sejalan

dengan Aini(2016) bakteri E.coli merupakan salah satu penyebab diare pada pengkosumsian

air secara langsung jika tanpa pengolahan.

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan

pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan tentang Potensi Mata Air Di Jorong Sungai

Angek Nagari Simarasok Kecamatan Baso sebagai berikut:

1. Debit Mata Air

Mata air pada Jorong Sungai Angek terdapat tiga mata air yaitu Langkuang Sawuak,

Sawah Towaka dan Langkuang Durian. Ketiga mata air tersebut memiliki debit masing

masing 1,25 liter/detik, 1,12 liter/ detik dan 0,18 liter/detik. Sehingga jumlah ketiga mata

air tersebut memiliki 2,95 liter/ detik atau 254.880 liter /hari. Jumlah penduduk yang

terdapat sebanyak 2.201 jiwa sehingga membutuhkan 132.060 liter/hari. Dari hasil

perhitungan debit air maka ketiga mata air tersebut memiliki kelebihan (Surplus) 122.819

liter/hari. Sehingga masih dapat digunakan untuk kebutuhan lainya seperti irigasi dan

lainya.

2. Kualitas mata air untuk kebutuhan air minum

a. Kondisi fisik

Kondisi fisik mata air Langkuang Sawuak (LS) hanya tidak memenuhi ketentuan pada

parameter kekeruhan. Kondisi fisik mata air Sawah Towaka (ST) keseluruhan parameter

memenuhi ketentuan dan Langkuang Durian tidak memuhi ketentuan pada parameter

warna, rasa dan kekeruhan.

b. Kondisi Kimia

Kondisi kimia pada semua mata air memenuhi ketentuan. Hasil uji tidak melewati

batas ketentuan. Jadi semua mata air dapat untuk dikonsumsi.

c. Kondis Biologi

Kondisi E.coli dari ketika mata air hanya pada Mata Air Langkuang Sawuak yang tidak

memenuhi ketentuan. Sehingga secara keseluruhan untuk di konsumsi belum memenuhi

ketentuan yang di tetapkan oleh (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum)

Mata air Langkuang Durian dan Sawah Towaka yang terdapat di Jorong Sungai Angek

secara tidak langsung masih dapat di konsumsi. Pendugaan awal terjadinya diare diduga

penggunaan mata air pada Langkuang Sawuak. Namun, perlu penelitian lebih lanjut agar

ada hubungan korelasi yang lebih akurat.

B. Saran

Setelah menganalisis hasil penelitian mengenai potensi mata air Jorong Sungai Angek

maka disarankan sebagai berikut:

1. Mata air yang terdapat di Jorong Sungai Angek berpotensi untuk kebutuhan domestic

penduduk di Jorong Sungai Angek dan sebaiknya di upayakan pengelolaan mata air

yang baik lagi. Sehingga air yang mengalir tidak terbuang dan dapat digunakan untuk

keperluan sehari-hari.

Saran kepada penduduk Jorong Sungai Angek agar memanfaatkan mata air untuk

sumber mata air domestic memiliki potensi dari aspek kualitas, kuantitas untuk

didayagunakan sebagai sumber air domestic.

3. Saran kepada masyarakat yang mengkonsumsi air mata air agar melakukan

pengolahan air tersebut seperti didihkan atau di panaskan agar dapat dikonsumsi lebih

baik untuk kesehatan.

Daftar Pustaka

Ameilia, D . 2016. Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal Untuk Keperluan Air Minum Di

Desa Pematang Kecamatan Kalianda Kabupatem Lampung Selatan Tahun 2017.

Lampung: Universitas Negeri Lampung

Aini, Nurul. 2016. Hubungan Kualitas Air Minum Dengan Kejadian Diare Kecamatan

Loano.Jurnal Kesehatan Masyarakat :Universitas Diponegoro .Volum 4 No1

Badan Perencanaan Daerah 2020. Profil Kabupaten Agam 2020.

Estika, Suprihati , Yani. 2017. Analisis Dan fomulasi Strategi ketersediaan Air Bersih Di

Lokasi Transmigrasi. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Vol

114-121.

Halim dkk .2013. Pengembangan Sistim Pelayanan Air Bersih.. Jurnal Pengelolaan Sumber

Daya Alam Dan Lingkungan. 7(2):114-121

Halim, dkk. 2013. Pengembangan Sistim Pelayanan Air Bersih. Jurnal Teknik Sipil:

Universitas Samratulangi. 1(6): 444-451

Hartanto. 2007. Studi Kasus Kualitas dan Kauantitas Kelayakan Air Sumur Artetis Sebagai

Air Bersih Untuk Kebutuhan Sehari- hari Di Daerah Kelurahan Sukorejo

Kecamatan Gunungpati Semarang Tahun 2017. Semarang : Universitas Negeri

Semarang

Hendrayana. 2013 . Hidrologi Mata Air. Rearserchgate, Vol 3 No 1

Kurniasari , R. D. (2014). Distribusi Kuantitas Dan Kualitas Mata Air Untuk Air Minum Di

Kecamatan Jatinom Karanganom Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Jurnal

Lingkungan, 22-55.

Mukkarroh, R. (2016). Analsis Sifat Fisis Dalam Studi Kualitas Air Di Mata Air Sumber

Asem Dusun Kalijeruk, Desa Siwuran Wonosob. Jakarta: Universitas Indonesia.

Neno, A. K., dkk. 2016. Hubungan Debit Air Dan Tinggi Muka Air Sungai Lambagu

Kecamatan Tawaeli Kota Palu. Warta Rimba, Volume 4, No 2.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990.

Ponta, C. R. 2014 . Pemetaan Potensi Mata Air Desa Sungau Tanduk Dan Desa Bedeng Baru

Lerengkaki Selatan Gunung Kerinci. Skripsi.

Purwantara, S. (2013). Kajian Kualitas Air Tanah Di Kecamatan Piyungan Dan Banguntapan

Kabupaten Bantul. Universitas Negeri Yogya Karta.

Putri, dkk (2018). Studi Kelayakan Mata Air Sebagai Sumber Air Minum Tanpa

Pengolahan Di Desa Kukuh, Tabanan.

Rompas. 2017. Analisis Kandungan E-Coli Dan Total Coliform Kualitas Air Baku Dan Air

Bersih Pam Manado Dalam Menunjang Kota Manado Yang Berwawasan

Lingkungan. Jurnal Universitas Samratulangi. Volume V No. 3. Halaman 9.

Setiawan dan Asfan. 2015. Kendali Struktur Geologi Terhadap Keterdapatan Air Tanah

Kars di Pulau Sumba Bagian Barat. Jurnal Lingkungan dan Bencana. Volume 79-89

Slamet, J. S. 2000. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Pres.

Slamet, J. S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada.

Standar Nasioanal Indonesia No 19-6728.1 2002. (2002). Jakarta .

Sulistyorin, I. dkk. 2016. Analisis Kualitas Air Pada Sumber Mata Air Di Kecamatan

Karangan Dan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Hutan Tropis, Volume 4

No 1.

Suryana, R. 2013. Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal Di Kecamatan Biringkanayya Kota

Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitas dan R & D. Bandung: Alfabeta

Talanipa, R dkk . 2018. Analisis Kualitas Mata Air Motonuno Kecamatan Lohia Kabupaten

Muna. Jurnal Stabilita, Vol 6 No 2.

Yolla, M. 2015 . Kajian Potensi Mata Air Sekitar Lereng Barat Gunung Marapi Kanagarian

Sungai Pua Dan Sekitarnya. Skripsi, Universitas Negeri Padang.

Yusuf, M. 2015. Pola Persebaran Potensi Mata Air Di Bentukan Laham Karst Di Kecamatan

Giriwoyo Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Yuswira, Y. 2015. Studi Kualitas Mata Air Perbukitan Tembok Di Kenagarian Paninjauan

Kecamatan X Koto Diatas Kabupaten Solok. Skripsi. Padang: Stikip Pgri Sumatera

Barat.

Zulkifli. 2014. Potensi Dan Kualitas Mata Air Untuk Minum Masyarakat Di Jorong

Kapuah Nagari Bungo Tanjuang Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar.

Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa debit mata air di Jorong Sungai Angek

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa debit mata air di Jorong Sungai Angek dengan jumlah 254.880 liter/hari dan dapat memenuhi kebutuhan domestic penduduk Jorong Sungai Angek yang membutuhkan 132.061 liter/hari. Sehingga memiliki kelebihan 122.820 liter/hari atau di katakana surplus. Kualitas mata air secara fisik Langkuang Sawuak tercemar terhadap parameter kekeruhan dan Biologi (E.coli). Mata Air Sawah Towaka tidak tercemar sehingga untuk konsumsi diperbolehkan. Langkuang Sawuak tercemar pada parameter kekeruhan dan warna sehingga belum memenuhi standar kualitas air. Sedangkan pada kualitas kimia semua mata air tidak melebihi dari ketentuan, sehingga memenuhi standar kualitas air.

Data Publications