Studi Kelayakan Dan Rekomendasi Penempatan Lokasi Shelter Untuk Evakuasi Bencana Tsunami Sebagai Upaya Mitigasi Berkelanjutan Di Kabupaten Pandeglang

24/08/2024 • Desviana Dwi Haryani

Studi Kelayakan dan Rekomendasi Shelter Evakuasi


PETA AKSESIBILITAS
PETA AKSESIBILITAS
Dibuat oleh:

1. Annisa Amaanah

2. Desviana Dwi Haryani

3. Devina Fauziah

LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang sangat rentan terhadap bencana alam khususnya tsunami. Letak geologis Indonesia yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik membuat Indonesia sering diguncang gempa bumi dan aktivitas vulkanik yang berpotensi memicu terjadinya tsunami. Menurut Tim Pusat Studi Gempa Nasional (2017), wilayah Indonesia dikelilingi oleh 13 zona subduksi (zona Megathrust) salah satunya megathrust Selat Sunda. Zona subduksi Selat Sunda yang merupakan pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Sunda, memiliki potensi gempa bumi dahsyat dengan magnitudo maksimum hingga 8,7 SR. Hal ini dikarenakan akumulasi energi yang sangat besar akibat proses subduksi lempeng yang terus berlangsung. Salah satu wilayah yang memiliki risiko tinggi terhadap gempa bumi dan bencana tsunami adalah pesisir barat Pulau Jawa, termasuk Kabupaten Pandeglang yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda. Sejarah telah mencatat beberapa kejadian tsunami dahsyat yang mengakibatkan kerugian besar baik jiwa maupun harta benda di wilayah ini.

Upaya mitigasi bencana tsunami menjadi sangat penting untuk dilakukan. Salah satu upaya mitigasi yang efektif adalah dengan menyediakan shelter evakuasi yang memadai dan mudah diakses oleh masyarakat Pandeglang. Shelter evakuasi berfungsi sebagai tempat perlindungan sementara bagi masyarakat ketika terjadi bencana tsunami. Penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk mengkaji potensi bencana tsunami di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, kajian mengenai kelayakan lokasi shelter evakuasi berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kabupaten Pandeglang masih terbatas di kalangan masyarakat. Padahal, analisis spasial menggunakan SIG dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan komprehensif terkait pemilihan lokasi shelter evakuasi yang layak, optimal dan efisien.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan lokasi shelter evakuasi bencana tsunami di Kabupaten Pandeglang dengan menggunakan pendekatan analisis spasial berbasis SIG. Analisis ini akan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan lokasi shelter, seperti jarak tempuh dari pemukiman, kondisi jalan, kondisi bangunan, dan keberadaan fasilitas pendukung lainnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi penempatan shelter evakuasi alternatif yang lebih efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami. Dengan mengetahui jangkauan suatu lokasi shelter evakuasi, kita dapat menentukan area mana saja yang dapat dijangkau oleh masyarakat terdampak dalam waktu tertentu. Hal ini penting untuk memastikan bahwa seluruh penduduk di wilayah tersebut dapat mengakses shelter dengan mudah dan cepat saat terjadi bencana. Dengan menggunakan metode ini, dapat diketahui waktu tempuh yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai shelter evakuasi dari berbagai titik di wilayah kajian. Selain itu, analisis spasial juga akan dilakukan untuk mengidentifikasi area-area yang belum terlayani dengan baik oleh shelter evakuasi yang ada. Hasil analisis ini akan menjadi dasar untuk merumuskan rekomendasi penempatan shelter evakuasi alternatif yang lebih efektif dan strategis.

METODE PENELITIAN

Lokasi Kajian

Lokasi kajian pada penelitian ini adalah Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang terletak di ujung barat pulau Jawa dengan garis panjang di sepanjang pesisir barat dan selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Wilayah ini berada dekat dengan selat Sunda yang merupakan bagian dari zona subduksi aktif dengan adanya megathrust aktif yakni megathrust Sunda. Letak geografis Kabupaten Pandeglang yang berada sangat dekat dengan zona megathrust aktif memperbesar risiko terkena dampak bencana yang besar khususnya gempa dan tsunami.

Pengolahan dan Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Network Analysis serta Closest Facility Analysis. Network Analysis merupakan metode yang digunakan untuk memvisualisasikan hubungan antar elemen dalam suatu jaringan. Elemen yang biasanya digunakan dalam metode ini adalah fasilitas atau jaringan jalan. Dalam Network Analysis, diperlukan integrasi dua jenis data vektor yakni titik dan garis. Dalam penelitian ini, data yang digunakan untuk mewakili vektor titik adalah hasil plotting untuk lokasi bencana yang didapat melalui Google My Maps berdasarkan lokasi shelter evakuasi yang telah ditentukan oleh BNPB pada masa tanggap darurat bencana tsunami selat sunda pada tahun 2018. Sementara itu, data yang digunakan untuk mewakili vektor garis adalah data jaringan jalan Kabupaten Pandeglang. Kedua data tersebut kemudian diintegrasikan sehingga menghasilkan prediksi rute terhadap shelter pengungsian yang efisien dan mudah dijangkau.

Selain Network Analysis, metode selanjutnya yang digunakan adalah Closest Facility Analysis. Metode ini digunakan untuk melakukan analisis terkait penentuan lokasi fasilitas terdekat dari suatu titik terjadinya suatu insiden termasuk lokasi terjadinya suatu bencana. Dalam penelitian ini Closest Facility Analysis digunakan untuk mengidentifikasi fasilitas shelter pengungsian terdekat dari titik prediksi terjadinya bencana tsunami. Data yang digunakan dalam hal ini adalah data titik rawan bencana yang didapat melalui interpretasi citra dengan memperhatikan tingkat bahaya bencana, tingkat elevasi kurang dari 10 mdpl, dan penggunaan lahan, titik lokasi shelter serta jaringan jalan disertakan pula dalam analisis ini. Seluruh data tersebut kemudian diintegrasikan sehingga menghasilkan lokasi shelter dengan rute termudah serta waktu pencapaian terbaik.

Luaran dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pihak terkait dalam menentukan lokasi pengungsian sebagai upaya mitigasi berkelanjutan serta kesiapsiagaan dalam menangani bencana apabila suatu saat terjadi. Tersedianya lokasi yang memadai untuk pengungsian memudahkan proses evakuasi untuk dilakukan dengan cepat dan terorganisir sehingga dapat mengurangi resiko dampak bencana dengan mencegah jatuhnya korban lebih lanjut. Lokasi pengungsian yang terorganisir dengan baik serta memiliki lokasi yang strategis dapat memudahkan proses pemulihan pasca bencana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penentuan Lokasi Titik Rawan Bencana

Titik rawan bencana merupakan titik yang memiliki potensi tinggi berada pada zona bahaya tsunami. Lokasi titik ini diperoleh dengan melakukan interpretasi dan penitikan pada Map Editor Geomapid. Penentuan titik rawan bencana mengacu pada wilayah bahaya atau terancam tsunami Kabupaten Pandeglang yang diperoleh dari data eksisting GEOMAPID, ketinggian tempat dengan rentang kisaran 0-10 mdpl dan rute jaringan jalan. Titik-titik ini sangat penting ditentukan dalam pembentukan rute optimal untuk evakuasi tsunami menuju lokasi shelter. Pentitikan dilakukan dengan distribusi yang menyebar di setiap tempat yang berisiko tinggi bahaya bencana, sehingga diperoleh 51 titik rawan bencana yang telah ditentukan dan tersebar di sepanjang daerah pesisir pantai Kabupaten Pandeglang.

titik rawan bencana

Gambar 1. Persebaran Titik Rawan Bahaya Bencana Tsunami Kab. Pandeglang

Hasil Ploting Lokasi Shelter Evakuasi

Lokasi shelter evakuasi yang diploting mengacu pada shelter evakuasi yang telah digunakan pada bencana tsunami selat pada tahun 2018 dan rekomendasi yang ditetapkan BPBD Kabupaten Pandeglang. Dengan menggunakan Google My Maps, jumlah lokasi shelter yang di ploting sebanyak 21 shelter evakuasi yang tersebar di 11 kecamatan. Lokasi yang digunakan sebagai penempatan shelter evakuasi meliputi kantor, sekolah, gedung, posko dan lahan terbuka. Shelter evakuasi bencana ini ditentukan berdasarkan standar BNPB, yaitu harus dilokasikan di ketinggian 15 mdpl, tidak termasuk daerah bahaya tsunami, dan memperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk mengevakuasi masyarakat yang terdampak.

shelter

Gambar 2. Sebaran Shelter Evakuasi Tsunami Kab. Pandeglang

Tabel 1. Tempat Shelter Evakuasi Tsunami Kab. Pandeglang

elevasi

Mengacu pada penentuan standar kelayakan shelter evakuasi, terdapat 10 tempat evakuasi yang tidak memenuhi standar ketinggian 15 mdpl. Penentuan ketinggian tersebut merupakan ketetapan dalam upaya meminimalisir dampak jika terjadi gelombang pasang yang tinggi.

Closest Facility Analysis

Closest Facility Analysis merupakan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi lokasi atau fasilitas terdekat dari suatu titik tertentu, sehingga dapat menampilkan rute tempuh terbaik ke fasilitas yang dituju. Dalam hal ini, Closest Facility digunakan sebagai penentu rute terdekat titik rawan bencana menuju shelter evakuasi. Dengan pengolahannya menggunakan aplikasi ArcGIS, data lokasi shelter dijadikan sebagai parameter facilities dan data titik rawan bencana digunakan sebagai incident. Proses dilakukan dengan menggunakan data jaringan jalan sebagai penentu rute tempuh. Analisis ini dapat dijadikan sebagai salah satu mitigasi bagi masyarakat terdampak untuk melakukan evakuasi dari potensi bencana. Lokasi shelter yang dapat ditempuh dapat dianalisis kelayakannya dengan mempertimbangkan standar shelter evakuasi yang sudah ditentukan.

closest area

Gambar 3. Hasil Pengolahan Rute Terdekat Menuju Shelter Evakuasi

Pada hasil pengolahan didapatkan 33 rute terdekat yang menghubungkan titik rawan bencana menuju shelter evakuasi. Penitikan titik rawan bencana yang berdasarkan pada daerah rawan bahaya tsunami dan rute jaringan jalan masih banyak yang belum ditemukan rute terbaik dalam menjangkau shelter evakuasi terdekat. Shelter evakuasi yang terdapat di Kabupaten Pandeglang pun secara keseluruhan belum dapat terjangkau oleh titik rawan bencana yang berada di sepanjang daerah pesisir yang berpotensial termasuk wilayah yang terancam bahaya tsunami.

Service Area Analysis

Service Area digunakan untuk mengetahui jangkauan suatu lokasi dalam mengevaluasi luas cakupan zona pelayanan setiap shelter evakuasi dengan menggunakan eksistensi Network Analysis pada ArcGIS. Hasil dari pengolahan yang dilakukan menghasilkan daerah pelayanan tiap lokasi shelter evakuasi berdasarkan jaringan jalan dengan radius yang direkomendasikan BPBD dalam rentang 500-3000 meter.

sservice area

Gambar 4. Luasan Radius Area Service Lokasi Shelter Evakuasi

Area yang dijangkau oleh setiap shelter evakuasi di Kabupaten Pandeglang berdasarkan radius area service belum secara keseluruhan melayani wilayah lainnya. Hal ini dapat menjadi evaluasi pada area blank spot atau area yang belum terlayani titik shelter mengindikasikan penambahan shelter evakuasi untuk pelayanan evakuasi dan mitigasi yang lebih optimal.

Analisis Kelayakan dan Rekomendasi

Lokasi shelter evakuasi bencana harus disesuaikan dengan rekomendasi ketinggian tempat. Ketinggian atau elevasi yang direkomendasikan oleh BNBP adalah lebih dari 15 mdpl. Pada hasil plotting lokasi plotting shelter di Kabupaten Pandeglang, diketahui bahwa dari 21 lokasi shelter hanya 12 shelter yang memenuhi kualifikasi ketinggian shelter yang sesuai dengan rekomendasi BNPB. Sedangkan, 10 lokasi shelter lainnya tidak memenuhi ketentuan disebabkan terdapat pada daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 15 mdpl.

Pada hasil Closest Facility Analysis, dapat ditinjau bahwa shelter evakuasi yang berada di Kabupaten Pandeglang secara keseluruhan masih belum bisa terjangkau dengan rute terdekat. Terdapat beberapa shelter yang dapat dijangkau dengan aksesibilitas rute terdekat seperti Kantor Camat Munjul, Tunggaljaya, Posko bencana tsunami selat sunda, Balai Penyuluh KKBPK Kecamatan Sumur, Kantor Kecamatan Sumur, Banyuasih, Bumi Perkemahan Cikujang, Kantor Kecamatan Cigeulis, GOR Dan Futsal H.Margono, Radio Krakatau 93,7 FM, Cigondang, Gedung Shelter Tsunami Labuan dan Bukit Kadu Tembaga.

Tabel 2. Hasil Kelayakan Lokasi Shelter Evakuasi Tsunami

layak

Hasil kelayakan lokasi shelter evakuasi setelah dianalisis menunjukkan bahwa lokasi shelter yang digunakan di Kabupaten Pandeglang secara keseluruhan berada di lokasi yang layak untuk tempat evakuasi. Terdapat 4 lokasi yang tidak layak menjadi tempat evakuasi, yaitu SDN Teluklada 3, Cigondang, Posko Tsunami Selat Sunda dan Kantor Kecamatan Sumur. Hal ini disebabkan oleh lokasi evakuasi terdapat di kawasan rawan bencana, tidak sesuai dengan ketinggian yang direkomendasikan yaitu <15 mdpl dan tidak terjangkau oleh rute jaringan jalan.

Shelter evakuasi yang dianalisis melalui service area dalam rentang radius pelayanan 500-3000 m digunakan untuk mempertimbangkan waktu evakuasi yang optimal. Pada jarak dengan radius tersebut digunakan berdasarkan pada jaringan jalan atau aksesibilitas. Dengan penggunaan jarak tersebut, dapat menjadi acuan bagi masyarakat dalam rentang radius 500-3000 m dapat menjangkau tiap shelter yang terdekatnya saat situasi bencana terjadi. Akan tetapi, masih terdapat banyak blank spot atau area kosong yang berada di luar radius cakupan shelter. Hal ini perlu dilakukan pemetaan terkait lokasi shelter evakuasi lainnya dengan rentang radius yang ditetapkan secara merata di Kabupaten Pandeglang. Untuk itu, diperlukan adanya rekomendasi terkait lokasi dan kelayakan dalam penempatan shelter evakuasi tsunami dengan mempertimbangkan ketentuan lokasi yang aman untuk digunakan sebagai rekomendasi shelter evakuasi bencana tsunami di Kabupaten Pandeglang.

Shelter evakuasi direkomendasikan untuk tidak berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB), berada di ketinggian >15 mdpl untuk mencegah terdampaknya gelombang pasang dan memiliki aksesibilitas yang baik dan terjangkau. Dibawah ini merupakan tabel terkait kriteria-kriteria penentuan shelter evakuasi.

Tabel 3. Kriteria-kriteria Penentuan Shelter Evakuasi (Stefanus, Albert. 2022).

kriteria

Rekomendasi lokasi shelter berdasarkan kriteria tersebut adalah tempat peribadatan, fasilitas pendidikan dan kantor pemerintahan. Hal ini direkomendasikan dengan mempertimbangkan kesesuaian komponen yang terpenuhi, seperti kapasitas yang cukup menampung pengungsi, berada di wilayah indeks bahaya rendah, terdapat di elevasi >15 mdpl, dan memiliki aksesibilitas yang baik. Rekomendasi shelter evakuasi yang diperoleh sebanyak 9 shelter yang terdapat di kecamatan yang berbeda-beda. Pemilihan Shelter evakuasi rekomendasi tersebut juga dipertimbangkan dengan lahan atau bangunan yang terbuka untuk umum dengan fasilitas penunjang lainnya yang terdapat di area sekitar shelter.

Untuk rekomendasi yang lebih spesifik terkait penentuan lokasi shelter evakuasi, data yang diperoleh diintegrasikan dengan platform GEOMAPID yang berbasis Location Analytics. Sebagai salah satu kajian, SINI on the spot dilakukan penitinikan di Desa Sidamukti, Kecamatan Sukaresmi yang memiliki tingkat kerawanan bahaya tsunami tinggi. Analisis yang diperoleh yaitu terkait aspek demografi diketahui desa ini memiliki jumlah penduduk 7535 orang dengan luas wilayah 4 km persegi. Kemudian, terdapat proyeksi pengeluaran kebutuhan rutin serta guna dan perkiraan nilai tanah. pada tools SINI pun diketahui indikasi kerawanan bencana di desa tersebut yang dibagi menjadi beberapa klasifikasi dan yang terakhir dilengkapi dengan point of interest yang menampilkan data-data dari berbagai fasilitas penunjang lainnya.

sini ai

Gambar 5. SINI on the spot

Berikut merupakan peta yang dihasilkan dari pengolahan serta analisis yang telah dilakukan yaitu peta asksesibilitas dan rekomendasi shelter evakuasi terhadap titik rawan bahaya tsunami di kabupaten pandeglang.

revisi peta

Gambar 6. Peta Aksesibilitas dan Rekomendasi Shelter Evakuasi

KESIMPULAN

Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas mengenai tingginya tingkat kerawanan bencana tsunami di sepanjang garis pantai, kondisi shelter evakuasi tsunami di Kabupaten Pandeglang, dan mengidentifikasi beberapa permasalahan yang perlu segera diatasi. Ketidakmampuan shelter evakuasi yang ada untuk menjangkau seluruh wilayah rawan bencana di Pandeglang menjadi kendala utama dalam upaya mitigasi bencana tsunami. Distribusi shelter yang tidak merata, jarak tempuh yang jauh, dan kondisi infrastruktur yang belum memadai membuat masyarakat pesisir rentan terhadap risiko yang lebih besar, terutama saat terjadi bencana. Selain tu, terdapat 10 tempat evakuasi yang tidak memenuhi standar ketinggian 15 mdpl dan 4 tempat yang tidak layak dijadikan shelter evakuasi. Dengan melakukan upaya-upaya perbaikan dan penambahan fasilitas, diharapkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami dapat ditingkatkan. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah, lembaga terkait, dan masyarakat dalam menyusun rencana mitigasi bencana tsunami yang lebih efektif termasuk terkait penentuan lokasi dan kelayakan dalam penempatan shelter evakuasi tsunami dengan mempertimbangkan ketentuan lokasi yang aman untuk digunakan sebagai rekomendasi shelter evakuasi bencana tsunami di Kabupaten Pandeglang.

REFERENSI

Albert, S. (2022). PENENTUAN JALUR EVAKUASI DAN SHELTER UNTUK KAWASAN PARIWISATA: LOKASI STUDI KECAMATAN ANYAR. PENENTUAN JALUR EVAKUASI DAN SHELTER UNTUK KAWASAN PARIWISATA: LOKASI STUDI KECAMATAN ANYAR, 3, 279-297.

Enrico M.P, K. (2024). PENENTUAN JALUR EVAKUASI DAN SHELTER UNTUK KAWASAN PARIWISATA: LOKASI STUDI KECAMATAN ANYAR. MEDIA MATRASAIN, 21, 13-22.

Fathurrahman, B. (2023). Identifikasi Kesesuaian Lokasi Tempat Evakuasi Sementara Menggunakan Intersect-Overlay di Kabupaten Banggai Kepulauan. LOSARI : Jurnal Arsitektur, Kota dan Permukiman, 8, 93-101.

Gaudensia. (n.d.). PEMETAAN JALUR EVAKUASI TSUNAMI DENGAN METODE NETWORK ANALISIS (Studi Kasus : Kota Maumere).

Sigit, S. (n.d.). KAJIAN PENENTUAN LOKASI SHELTER UNTUK EVAKUASI TSUNAMI BERDASARKAN ANALISIS SERVICE AREA DI KOTA PACITA. Jurnal Sains dan Teknologi, 2, 72-78.

Kurniawan, W., Daryono, D., Kerta, I. D. K., & Triwinugroho, T. (2022). Analisis Sistem Peringatan Dini Tsunami di Zona Megathrust Selat Sunda Guna Mewujudkan Ketahanan Nasional. PENDIPA Journal of Science Education, 6(2), 457-464.

Data Publications