Setiap kota punya cerita tentang bagaimana warganya bergerak, berbelanja, berinteraksi, dan menikmati ruang publik. Dalam beberapa tahun terakhir, istilah 15-Minute City mulai ramai dibicarakan—sebuah konsep yang menempatkan akses sebagai kunci utama perencanaan kota. Bayangkan: semua kebutuhan harian, mulai dari warung makan, sekolah anak, hingga taman kota, dapat dijangkau hanya dalam 15 menit berjalan kaki atau bersepeda. Tapi, jika kita berkaca pada kondisi di Indonesia, benarkah konsep ini sudah tercermin? Faktanya, untuk membeli makan pun, banyak dari kita harus menyalakan motor dan menembus lalu lintas.
Konsep 15-Minute City — Akses sebagai Poros Perencanaan

15-Minute City adalah model tata kota di mana seluruh kebutuhan sehari-hari tersedia dalam jarak tempuh singkat—15 menit berjalan kaki atau bersepeda dari rumah. Tujuannya mencakup:
- Mengurangi ketergantungan kendaraan bermotor.
- Menghemat waktu perjalanan.
- Meningkatkan interaksi sosial di ruang publik.
- Mengurangi emisi karbon dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
Konsep ini memposisikan aksesibilitas sebagai inti, bukan hanya jarak fisik, melainkan kemudahan untuk sampai dari titik A ke titik B dengan cara yang sehat dan terjangkau.
Throwback: Khrushchyovka & Mikrodistrik Soviet

Sebelum istilah 15-Minute City populer, Uni Soviet sudah mengimplementasikan prinsip serupa pada era 1958–1970 melalui pembangunan Khrushchyovka—blok apartemen sederhana dengan tinggi 3–5 lantai. Keunikan Khrushchyovka terletak pada konsep mikrodistrik:
- Satu kawasan perumahan dirancang memiliki sekolah, klinik, toko kelontong, dan halte bus dalam radius kurang dari 500 meter.
- Jalur pejalan kaki dan ruang hijau sederhana disediakan di sekitar bangunan.
- Tata letaknya mendorong mobilitas non-motor karena fasilitas sehari-hari berada sangat dekat.
Bedanya, motivasi pembangunan waktu itu adalah efisiensi dan pemerataan pasca perang, bukan keberlanjutan lingkungan atau kualitas estetika ruang publik. Meski begitu, konsep ini membuktikan bahwa perencanaan yang menempatkan fasilitas dekat warga dapat meningkatkan kenyamanan hidup secara signifikan.
Contoh Kota Global dalam Implementasi 15-Minute City

Sejumlah kota di dunia kini mengadopsi konsep 15-Minute City dengan tujuan yang lebih holistik:

- Paris mengubah banyak jalan raya menjadi jalur sepeda dan membuka halaman sekolah sebagai ruang publik yang bisa digunakan warga.

- Barcelona memperkenalkan superblocks, memblokir akses kendaraan di beberapa blok sekaligus untuk memberi prioritas penuh pada pejalan kaki dan pesepeda.

- Zurich memastikan 99% penduduknya bisa mengakses fasilitas penting—dari toko hingga taman—dalam 15 menit berjalan kaki.
Ketiga kota ini bukan hanya menempatkan fasilitas di dekat warga, tapi juga meningkatkan kualitas ruang publik, sehingga mobilitas aktif menjadi pilihan yang alami.
Relevansi untuk Indonesia
Jika kita menengok ke kota-kota besar di Indonesia, tantangannya cukup berbeda. Banyak kawasan hunian, khususnya yang dibangun oleh pengembang swasta, berada jauh dari pusat fasilitas publik. Akibatnya:
- Warga hampir selalu mengandalkan kendaraan bermotor, bahkan untuk keperluan sederhana seperti membeli makanan atau pergi ke minimarket.
- Waktu perjalanan harian membengkak, meningkatkan stres dan mengurangi waktu untuk aktivitas lain.
- Ketergantungan kendaraan bermotor berkontribusi pada polusi udara dan kemacetan yang kronis.

Sebuah studi aksesibilitas di Jakarta menggunakan analisis isochrone menunjukkan bahwa 58,5% panjang jalan tidak dapat dijangkau dalam 15 menit berjalan kaki menuju halte BRT, hanya 25% jalan yang nyaman, dan 16,5% cukup terakses. Angka ini menjadi indikator jelas bahwa perencanaan kota kita masih jauh dari konsep 15-Minute City.
Teknologi Lokasi: Isochrone & Location Analytics

Di sinilah location analytics memainkan peran penting. Salah satu tekniknya, isochrone mapping, memungkinkan kita untuk:
- Memetakan area yang dapat dijangkau dalam waktu tertentu (misalnya 15 menit berjalan kaki) dari titik tertentu.
- Menghitung jumlah fasilitas yang masuk dalam jangkauan tersebut.
- Membandingkan aksesibilitas antara dua lokasi, misalnya kawasan lama vs perumahan baru.
Hasil analisis seperti ini sering kali membuka mata: kawasan lama yang dibangun dengan prinsip kedekatan fasilitas, seperti mikrodistrik Soviet, justru memiliki akses lebih baik dibandingkan kompleks apartemen modern di pinggiran kota yang belum terintegrasi dengan layanan publik.
Insight untuk Merencanakan Kota Masa Kini

Membangun kota yang layak huni tidak cukup hanya dengan menambah jumlah unit hunian atau memperluas jalan. Kuncinya adalah menempatkan fasilitas publik di lokasi yang optimal.
Dengan data dari location analytics:
- Pemerintah dapat menentukan lokasi sekolah atau pusat kesehatan baru yang strategis.
- Pengembang dapat merencanakan kawasan yang otomatis memenuhi kebutuhan harian warganya.
- Perencanaan transportasi publik dapat lebih terintegrasi dengan pola permukiman.
Hasil akhirnya: kawasan yang inklusif, efisien, dan nyaman—bukan hanya untuk sebagian, tapi untuk seluruh lapisan masyarakat.
Penutup
Perjalanan dari Khrushchyovka Soviet hingga 15-Minute City modern membuktikan satu hal: akses adalah inti dari kota yang baik. Kini, dengan bantuan data spasial dan teknologi seperti isochrone, kita bisa merancang kota bukan hanya untuk efisiensi, tapi juga untuk keadilan ruang dan kualitas hidup. Pertanyaannya sekarang:
Bagaimana konsep 15-Minute City dan teknologi location analytics dapat diterapkan di lingkungan atau industri Anda? Apakah Anda melihat peluang untuk meningkatkan efisiensi, aksesibilitas, dan kualitas hidup melalui pemanfaatan data geospasial?
Silakan hubungi kami untuk informasi lebih lanjut dan konsultasi penerapan location analytics di proyek Anda.
Contact UsSumber Referensi
-
1.Hardi & Murad. (2023). Spatial Analysis of Accessibility for Public Transportation: A Case Study in Jakarta Bus Rapid Transit System (TransJakarta) Indonesia. Diperoleh dari https://thescipub.com/pdf/jcssp.2023.1190.1202.pdf
-
2.Wikipedia. (2025). 15-minute city. Diperoleh dari https://en.wikipedia.org/wiki/15-minute_city
-
3.Wikipedia. (2025). Panel buildings in Russia. Diperoleh dari https://en.wikipedia.org/wiki/Panel_buildings_in_Russia
-
4.PMC. (2020). Superblocks for the design of new cities and renovation of existing ones: Barcelona’s case. Diperoleh dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7612763/
-
5.The Guardian. (2024). Europe beats the US for walkable, livable cities, study shows. Diperoleh dari https://www.theguardian.com/environment/2024/sep/16/europe-beats-the-us-for-walkable-livable-cities-study-shows
-
6.ResearchGate. (2024). Classifying 15-minute Cities: A review of worldwide practices. Diperoleh dari https://www.researchgate.net/publication/383658164_Classifying_15-minute_Cities_A_review_of_worldwide_practices
-
7.UCCRN. (n.d.). 15-minute city. Diperoleh dari https://www.uccrn.education/15-minute-city/