Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota Bandung

02/05/2025 • Muhamad Misykat Ali Al Mahdi

Laporan per Kelurahan

Laporan Aksesibilitas Trotoar Kota Bandung Tahun 2020

Pemetaan Trotoar Akses di Kota Bandung


Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung
Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota Bandung

Indonesia merupakan negara dengan jumlah tunanetra tertinggi kedua di dunia yaitu sebanyak 3,6 juta jiwa. Sayangnya, tanpa adanya fasilitas akses (accessibility) yang memadai untuk menunjang kemandirian mereka, sahabat netra menghadapi hambatan untuk menjalani kehidupan yang lebih produktif.

Bayangkan anda harus pergi ke tempat kerja tapi anda tidak punya supir pribadi yang bisa mengantarkan anda langsung ke depan pintu ruangan anda. Harus berjalan kaki, naik angkutan umum, dan berjalan kaki lagi. Tapi di trotoar tempat anda berjalan ada lubang besar yang menganga, kabel listrik menjuntai-juntai berbahaya, belum lagi pecahan ubin siap menorehkan luka. Bayangkan itu pada hampir 3,6 juta orang tuna netra di Indonesia. Perjalanan ke luar rumah itu mengancam nyawa, padahal ada anak istri harus dinafkahi, padahal ada mimpi untuk bersekolah setinggi-tingginya agar taraf hidup bisa diperbaiki.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Berangkat dari keresahan tersebut, Tune Map mengembangkan aplikasi yang menghubungkan pejalan kaki dengan pengguna tunanetra. Pejalan kaki dapat mengunggah foto dan melaporkan titik kerusakan seperti lubang pada trotoar, ubin pemandu yang rusak, tiang, hingga parkir liar. Data laporan ini kemudian digunakan sebagai informasi bagi pengguna tunanetra untuk dapat mengetahui aman atau tidaknya rute yang akan ia lalui. Sejak tahun 2018, Tune Map juga telah mengadakan pemetaan kolektif sebanyak 8 kali di Kota Bandung. Pemetaan kolektif ini secara total telah melibatkan 434 orang dan berhasil mengumpulkan lebih dari 5000 data. Dari kegiatan ini kami belajar bahwa participatory mapping dapat sangat membantu kita mewujudkan pembangunan kota yang data-driven dan inklusif.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Pada kesempatan kali ini, kami akan menggunakan Mapid untuk memvisualisasikan 1.036 data yang kami kumpulkan pada tahun 2020.

Metode Pengambilan Data

Data yang kami gunakan adalah data yang dikumpulkan melalui Aplikasi Tune Map.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Data laporan pada aplikasi tunemap kemudian diimport ke Geo Mapid menggunakan format GeoJSON. Hal yang paling menarik dari proses import ini adalah integrasi yang otomatis dengan Form Mapid. Semua field yang kami import otomatis menjadi form baru di Form Mapid sehingga sangat memangkas waktu dan konsistensi dari struktur data tetap terjaga. Hal ini penting karena Form Mapid dapat kami gunakan sebagai media alternatif dalam pengambilan data saat terjadi masalah kompatibilitas pada aplikasi sehingga pelapor tidak dapat mengirimkan laporan melalui aplikasi Tune Map.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Form Pelaporan Aksesibilitas Trotoar

Dari pemetaan yang dilakukan, kami ingin mengetahui 1) Jenis hambatan apa yang paling banyak dilaporkan, 2) Dimana jalur trotoar yang paling banyak dilaporkan dan 3) Mengklasifikasikan lokasi hambatan berdasarkan wilayah kewenangan Pemerintah Kota, Provinsi dan Nasional. Oleh karena itu data yang kami kumpulkan berupa foto yang setidaknya memuat waktu pelaporan, jenis masalah, titik koordinat, serta nama jalan.

Alasan kami mengklasifikasikan laporan berdasarkan kewenangan karena pemangku kebijakan memiliki cakupan kerja masing-masing yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan pengalaman kami bertukar pikiran dengan Open Data Bandung, Dinas PU Kota Bandung, dan Bappelitbang Kota Bandung, akan lebih baik apabila kami dapat menyajikan data kepada pihak-pihak terkait sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing. Harapannya, dengan melakukan hal ini lewat platform Mapid, kami dapat mengadvokasi isu aksesibilitas dengan lebih tepat sasaran dan lebih efisien dalam merumuskan call to action kepada pihak-pihak terkait.

Persebaran Data

Pada kesempatan kali ini, kami hanya fokus pada data yang dilaporkan di Kota Bandung. Data ini tersebar di 9 kecamatan dan 14 kelurahan di Kota Bandung, yaitu:

Kecamatan: Bojong Soang, Baleendah, Regol, Bandung Wetan, Sumur Bandung, Cibeunying Kaler, Regol, Astana Anyar, Coblong

Kelurahan: Lengkong, Baleendah, Ciateul, Cihapit, Taman Sari, Merdeka, Kebon Pisang, Braga, Babakan Ciamis, Cihaurgeulis, Balong Gede, Karang Anyar, Cipaganti, Sadang Serang.

Resume Data

Berdasarkan resume statistik yang kami dapatkan dari Analyze Lite diketahui bahwa jenis hambatan yang paling banyak dilaporkan adalah Tidak Ada Guiding Block, yaitu sebanyak 375 laporan atau 36% dari total laporan. Selanjutnya disusul dengan Trotoar Rusak sebesar 21% dan Pedagang Kaki Lima sebesar 9%.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Berdasarkan jenis kewenangan jalan, mayoritas laporan berada di jalan yang menjadi wewenang Pemerintah Kota Bandung (79,2%), disusul dengan Jalan Provinsi (17,2%) dan Jalan Nasional (3,6%).

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Selain itu, dengan menggunakan Analyze 3D kami dapat mengetahui titik mana yang paling banyak dilaporkan oleh pengguna Tune Map.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Analisa Data

A) Jenis hambatan apa yang paling banyak dilaporkan?

Pertanyaan ini sudah terjawab melalui fitur analyze lite. Diperoleh informasi bahwa hambatan yang paling banyak dilaporkan secara berturut-turut sebagai berikut:

1. Tidak Ada Guide Block

2. Trotoar Rusak

3. Pedagang Kaki Lima

4. Masalah Lainnya (hambatan-hambatan yang belum terkategorisasi dalam fitur aplikasi tune map)

6. Guide Block Tidak Sesuai

7. Tiang Listrik

8. Parkir Liar

9. Dekorasi Jalan

10. Pot Bunga

B) Dimana jalur trotoar yang paling banyak dilaporkan?

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Secara umum, diperoleh informasi 5 jalur trotoar dengan laporan terbanyak:

1. Jalan Cihampelas 208 Laporan

2. Jalan Mohamad Toha 155 Laporan

3. Jalan Otista 142 Laporan

4. Jalan Asia Afrika 65 Laporan

5. Jalan Balong Gede 56 Laporan

Dengan 5 Kelurahan memliki jumlah laporan terbanyak, yaitu:

1. Balonggede 183 Laporan

2 Cipaganti 159 Laporan

3. Ciateul 146 Laporan

4. Karang Anyar 100 Laporan

5. Braga 89 Laporan

Informasi ini akan sangat berguna untuk perencanaan bottom-up. Pemerintah Kota Bandung dapat memprioritaskan kelima jalan tersebut untuk direvitalisasi.

Penataan Trotoar Jalan Diponegoro Kota Bandung

Selain itu, data dari tune map dapat digunakan sekalipun untuk perencanaan top-down. Misalnya, pada tahun 2020 Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan merevitalisasi Trotoar Jalan Diponegoro yang merupakan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data yang divisualisasikan menggunakan Mapid, jenis hambatan yang dilaporkan di sekitar jalan Diponegoro antara lain tidak ada kelandaian (ramp), guiding block tidak sesuai, dan adanya pedagang kaki lima yang menempati trotoar yang telah dipasang guiding block. Oleh karena itu, hendaknya dalam merevitalisasi trotoar di jalan Diponegoro perlu memperhatikan hal-hal tersebut agar trotoar yang diperbaiki tidak hanya baik dipandang mata namun juga terpenuhi aspek aksesibilitasnya.

C) Mengklasifikasikan lokasi hambatan berdasarkan wilayah kewenangan Pemerintah Kota, Provinsi dan Nasional.

Untuk mempermudah proses advokasi yang dilakukan, dengan mengklasifikasikan lokasi hambatan berdasarkan wilayah kewenangan. Diperoleh informasi bahwa jalur trotoar di Jalan Provinsi yang paling banyak dilaporkan adalah Jalan Moh. Toha, yaitu sebanyak 151 laporan. Kerusakan yang paling banyak terjadi di jalur ini adalah Trotoar Rusak (53 laporan) dan Tidak Ada Guide Block (41 laporan).

Adapun jalur trotoar di Jalan Nasional yang Paling Banyak Dilaporkan adalah Jalan Surapati yaitu sebanyak 21 laporan dengan laporan terbanyak yaitu tidak ada guide block (12 laporan).

Saran dan Masukan untuk Pihak Terkait

Berdasarkan analisis yang kami lakukan, laporan terbanyak didominasi oleh Tidak Ada Guide Block dan Trotoar Rusak, baik pada jalan Kota, Provinsi, maupun Nasional. Oleh karena itu pemerintah perlu memetakan kembali dan memprioritaskan pembangunan dan revitalisasi trotoar berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya.

Bagi kita mungkin fasilitas trotoar yang tidak nyaman hanya mengakibatkan kita malas berjalan kaki. Namun bagi tunanetra, ketiadaan fasilitas trotoar yang nyaman dan aksesibel mengakibatkan mereka tidak bisa bersekolah dan tanpa pendidikan yang baik, sulit bagi mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya. Ketiadaan fasilitas trotoar yang nyaman dan akses mengakibatkan mereka kesulitan untuk bekerja dan mengembangkan potensinya.

Kurangnya pemahaman warga tentang fasilitas tunanetra juga memperburuk keadaan. Masih banyak yang tidak tahu fungsi jalur aksesibilitas di trotoar, dengan begitu maka tanpa perasaan bersalah jalur aksesibilitas ditutupi oleh gerobak dagangan, oleh parkiran kendaraan, oleh pot, tiang, dan segalanya yang mengakibatkan jalur itu menjadi membahayakan. Oleh karena itu kami juga menyarankan pemerintah untuk dapat memastikan bahwa kontraktor/pembangun yang diberikan tugas untuk mengerjakan revitalisasi trotoar memiliki pengetahuan yang tepat tentang guide block agar biaya yang dikeluarkan untuk membeli dan memasang guide block tidak terbuang sia-sia. Jangan sampai ada lagi satu rupiah terbuang karena pemasangan guide block yang tidak tepat dan malah cenderung membahayakan pengguna tunanetra.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Penyediaan trotoar yang nyaman dan aksesibel adalah hak asasi dari kelompok difabel, terutama tunanetra. Ia harus terjamin keselamatannya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Fasilitas trotoar yang nyaman dan aksesibel bagi kelompok difabel tentu akan nyaman juga bagi kelompok yang lainnya. Maka memperjuangkan hak trotoar yang nyaman dan aksesibel adalah memperjuangkan hak semuanya.

Saran dan Masukan untuk MAPID

Biasanya, salah satu aktivitas yang cukup menyita waktu kami dalam menganalisis data adalah melakukan pembersihan data, misalnya ada data yang memuat "Bandung City" dan "Kota Bandung". Namun proses ini bisa dilakukan dengan lebih cepat melalui Mapid. Selain itu, apabila ada data yang tidak akan kami ikut sertakan dalam analisis juga dapat dihapus dengan lebih mudah.

Pemetaan Trotoar Akses untuk Sahabat Netra di Kota
Bandung

Namun, dalam proses analisis kami menemukan beberapa kendala seperti misalnya:

1. Warna legenda titik pada Analyze Lite berbeda dengan di resume statistik. Selain itu, warna pada resume statistik juga kadang berubah-ubah secara random dan sempat kami menemukan satu warna untuk dua jenis kerusakan yang berbeda. Mungkin untuk legenda titik bisa menggunakan icon sebagai pengganti warna agar lebih dipahami oleh pengguna.

2. Kami masih kesulitan menganalisis data untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan karena belum adanya customized filter di Analyze Lite. Akan lebih baik jika Mapid dapat menyediakan customized filter misalnya Ruas Jalan atau bisa juga filter yang sifatnya hieraki misalnya dari kota, kecamatan sampai kelurahan.

3. Pada pie chart di Analyze Lite mungkin bisa ditambahkan maksimum item yang dimunculkan misalnya top 5 atau top 10. Hal ini kami rasakan saat menampilkan jumlah laporan per nama jalan yang memilki item sangat banyak.

Terkait form mapid akan lebih baik apabila dilakukan otomasi/default value beberapa field, diantaranya:

1. Tanggal dengan current date

2. Waktu dengan current time

3. Kota/Kecamatan/Kelurahan/Alamat dengan current location

Demikian cerita pengalaman kami menggunakan Mapid. Senang bisa menggunakan platform ini sebagai upaya untuk turut membangun ekosistem data yang lebih baik di Indonesia. More data availability will enable better decision making. Maju terus Mapid! 🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Data Publications